Senin, 14 Januari 2013

Waktu adalah Kehidupan

Sejak menikah, Ryan bekerja sekuat tenaga untuk membahagiakan istri dan anak2nya. Namun karena pendidikannya yang rendah, seberapapun beratnya bekerja Ryan hanya mendapat gaji pas2an saja. Ryan bertekad untuk mengambil kuliah terbuka demi memperbaiki penghasilannya. Ia menghabiskan malam2 sepulang kerja untuk meningkatkan prestasinya.

Seberapapun seringnya keluarga mengeluh bahwa hampir tak ada waktu untuk bersama lagi sejak Ryan sibuk dengan kerja dan kuliahnya; Ryan selalu punya alasan untuk meyakinkan isteri dan anak2nya bahwa itu semua ia lakukan demi memperbaiki situasi keluarga dan membahagiakan mereka. Ryan teguh pada pendiriannya, toh hanya dua-tiga tahun mereka perlu bertahan dalam situasi buruk demi masa depan yang lebih baik.

Demikianlah pada saatnya Ryan lulus dengan hasil yang memuaskan; segera ia dipromosikan untuk sebuah jabatan yang lebih tinggi sebagai Supervisor Senior; otomatis penghasilannya meningkat. Seperti mimpi2 yang terwujud, sulit dipercaya akhirnya Ryan bisa memberikan penghidupan yang lebih baik bagi keluarga; makanan yang lebih baik, punya mobil, masih bisa ikut tour jalan2 ke luar negri..

Namun keluarganya masih sering mengeluh terlalu banyak waktu yang dihabiskannya untuk pekerjaan dan hampir tak ada waktu untuk anak2 sepanjang minggu. Ryan memberi alasan, ini hanya sementara, sampai ia mencapai targetnya untuk meraih jabatan Manager seperti yang dijanjikan perusahaannya; setelah itu Ryan berjanji untuk memberi waktu lebih banyak bagi keluarga. Ia juga sebenarnya rindu untuk sering kumpul dan menghabiskan waktu lebih banyak bagi ketiga anak dan isterinya.

Ketika akhirnya jabatan Manager itu diperolehnya, Ryan mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga untuk meringankan beban pekerjaan rumah tangga isterinya. Lebih dari itu ia menghadiahkan rumah baru yang lebih besar dan lebih layak untuk keluarganya. Sungguh, Ryan melakukan semuanya dengan sekuat tenaga untuk kebahagiaan keluarganya-setidaknya itu yang selalu ada di pikirannya! Berkat pengalaman2 kerjanya dan kemampuan akademis yang menjanjikan, Ryan memutuskan untuk mengambil kuliah lanjut supaya lebih memantabkan posisinya di perusahaan. Lagi, Ryan berjanji hanya perlu bertahan sedikit lagi supaya kehidupan mereka sungguh mapan dan kebahagiaan itu sungguh ada dalam genggaman tangan keluarganya.

Ada harga yang harus dibayar untuk setiap jabatan yang menggiurkan tentunya; Ryan perlu menghabiskan waktu2 weekendnya untuk melayani klien2 dan customers yang dibawahinya. Namun setidaknya soal gaji tidak lagi menjadi masalah bagi keluarga; berapapun mereka butuh selalu ada solusinya. Ketika akhirnya Ryan mendapat gelar akademik yang memungkinkan dia untuk menduduki posisi nomor satu di perusahaan; Ryan mengatakan kepada isteri dan anak2nya bahwa ia memutuskan untuk tidak akan mengambil kursus2 lagi dan berhenti mengejar promosi2 yang ditawarkan perusahaannya. Ryan memutuskan untuk memberi waktu lebih banyak bagi anak2 dan isterinya.

Begitulah, malam itu Ryan tidur dengan hati puas telah mencapai segala mimpi2nya…ia tertidur lelap, sangat lelap, dan tak pernah bangun lagi esok paginya….. Isteri dan anak2nya tetap tidak pernah mendapat cukup waktu dan perhatian dari Suami dan Ayah mereka……

Tentu saja, perusahaan manapun tak ada yang punya concern dan kepedulian terhadap keluarga karyawannya sebagai prioritas! Satu2nya concern mereka adalah: Anda bekerja maksimal, kami bayar maksimal! Anda bisa menjadi "mesin" penghasil uang bagi perusahaan, kami bayar sesuai nilai yang anda berikan! Itulah hukum bisnis; dan kita harusnya punya prioritas sendiri bagi hidup kita dan keluarga kita sendiri.

Saya kira 'kemuliaan hidup' bukan hanya tentang pencapaian dan kepenuhan diri dalam prestasi kerja dan sukses2; itu lebih tepat menjadi kemuliaan perusahaan dan lembaga2 yang berbasis bisnis. Tetapi 'kemuliaan hidup' bagi setiap pribadi lebih terletak pada kesadaran dan sifat tahu diri tentang siapa dirinya dan di mana tempat mereka bagi orang2 yang paling berharga dalam hidupnya.
Orang yang berhati mulia adalah mereka yang tahu kapan waktunya berhenti, sebelum mereka dihentikan oleh sang waktu… Orang yang berhati mulia adalah mereka yang mampu menjadi tuan atas kehidupan mereka sendiri, bukan terbelenggu sebagai budak dari kehidupannya sendiri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar