Sabtu, 28 November 2015

Cerita Berantai

Cerita Berantai yang Fatal

1. Sehabis pulang dari sawah, kerbau rebahan din kandang dengan wajah capek dan nafas yang berat. Datanglah anjing. Kerbau lalu berucap :
"Ahh teman lama, aku sungguh capek dan besok mau istirahat sehari".

2. Anjing pergi dan jumpa kucing di sudut tembok, dan berkata :
"Tadi saya jumpa kerbau, dia besok mau istirahat dulu.
Pantaslah, sebab boss kasih kerjaan terlalu berat sih".

3. Kucing lalu cerita ke kambing dan berkata :
"Kerbau komplain boss kasih kerja terlalu banyak & berat. Besok gak mau kerja lagi".

4. Kambing jumpa ayam dan berucap :
"Kerbau gak suka kerja untuk boss lagi, sebab mungkin ada boss lain yang lebih baik".

5. Ayam jumpa monyet dan berkata : "Kerbau gak akan kerja untuk bossnya dan ingin cari kerja di tempat yang lain".

6. Saat makan malam monyet jumpa boss dan berkata :
"Boss, si kerbau akhir-akhir ini sudah berubah sifatnya dan mau meninggalkan boss untuk kerja dengan boss lain."

7. Mendengar ucapan monyet, boss marah besar dan membunuh si kerbau karena dinilai telah mengkhianatinya.

Ucapan asli kerbau :
"SAYA SUNGGUH CAPEK, DAN BESOK MAU ISTIRAHAT SEHARI".

Lewat beberapa teman akhirnya ucapan ini sampai ke boss dan pernyataan kerbau telah berubah menjadi :
"Si Kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan mau meninggalkan boss untuk kerja dengan boss lain".

Sangat baik untuk disimak :

• Ada kalanya suatu ucapan harus berhenti (stop) sampai telinga kita saja. Tidak perlu diteruskan ke orang lain.

• Jangan percaya begitu saja apa yang dikatakan orang lain, meskipun itu orang terdekat kita. Kita perlu check & recheck kebenarannya sebelum bertindak.

• Kebiasaan melanjutkan perkataan orang lain dengan kecenderungan menambahi (mengurangi), bahkan menggantinya berdasarkan PERSEPSI SENDIRI bisa berakibat fatal.

• Bila ragu-ragu akan ucapan seseorang yang disampaikan via orang lain, sebaiknya kita langsung bertanya pada yang bersangkutan.

Bila ingin menyampaikan sesuatu kepada orang lain, baik juga memakai 3 kriteria yang harus dipenuhi :

- Apakah benar?
- Apakah baik?
- Apakah berguna?

Bila semua jawabannya "YA", sampaikanlah

Senin, 02 November 2015

P.U.S.H.

[P.U.S.H. = Pray Until Something Happens!]

Seorang laki-laki sedang tidur di pondoknya ketika kamarnya tiba-tiba menjadi terang, dan nampaklah Sang Juruselamat. Tuhan berkata padanya bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukannya. Lalu Tuhan menunjukkan padanya sebua batu besar di depan pondoknya. Tuhan menjelaskan bahwa ia harus mendorong batu itu dengan seluruh kekuatannya. Hal ini dikerjakan laki-laki itu setiap hari.

Bertahun- tahun ia bekerja sejak matahari terbit sampai terbenam, pundaknya sering menjadi kaku menahan dingin, ia kelelahan karena mendorong dengan seluruh kemampuannya. Setiap malam laki-laki itu kembali ke kamarnya dengan sedih dan cemas, merasa bahwa sepanjang harinya kosong dan tersia-sia.

Ketika laki-laki itu mulai putus asa, si Iblispun mulai mengambil bagian untuk mengacaukan pikirannya "Sekian lama kau telah mendorong batu itu tetapi batu itu tidak bergeming. Apa kau ingin bunuh diri? Kau tidak akan pernah bisa memindahkannnya." Lalu, ditunjukkannya pada laki-laki itu bahwa tugas itu sangat tidak masuk akal dan salah.

Pikiran tersebut kemudian membuat laki-laki itu putus asa dan patah semangat. "Mengapa aku harus bunuh diri seperti ini?" pikirnya. "Aku akan menyisihkan waktuku, dengan sedikit usaha, dan itu akan cukup baik."

Dan itulah yang direncanakan, sampai suatu hari diputuskannya untuk berdoa dan membawa pikiran yang mengganggu itu kepada Tuhan. "Tuhan," katanya "Aku telah bekerja keras sekian lama dan melayaniMu, dengan segenap kekuatannku melakukan apa yang Kau inginkan. Tetapi sampai sekarang aku tidak dapat menggerakkan batu itu setengah milimeterpun. Mengapa? Mengapa aku gagal?'

Tuhan mendengarnya dengan penuh perhatian, "Sahabatku, ketika aku memintamu untuk melayaniKu dan kau menyanggupi, Aku berkata bahwa tugasmu adalah mendorong batu itu dengan seluruh kekuatanmu seperti yang telah kau lakukan. Tapi tidak sekalipun Aku berkata bahwa kau mesti menggesernya. Tugasmu hanyalah mendorong. Dan kini kau datang padaKu dengan tenaga terkuras, berpikir bahwa kau telah gagal. tetapi apakah benar?

Lihatlah dirimu. Lenganmu kuat dan berotot, punggungmu tegap dan coklat, tanganmu keras karena tekanan terus- menerus, dan kakimu menjadi gempal dan kuat. Sebaliknya kau telah bertumbuh banyak dan kini kemampuanmu melebihi sebelumnya. Meski kau belum menggeser batu itu.

Tetapi panggilanmu adalah menurut dan mendorong dan belajar untuk setia dan percaya akan hikmatKu. Ini yang kau telah selesaikan. Aku, sahabatku, sekarang akan memindahkan batu itu." Terkadang, ketika kita mendengar suara Tuhan, kita cenderung menggunakan pikiran kita untuk menganalisa keinginanNya, sesungguhnya apa yang Tuhan inginkan adalah hal-hal yang sangat sederhana agar menuruti dan setia kepadaNya....

Dengan kata lain, berlatih menggeser gunung-gunung, tetapi kita tahu bahwa Tuhan selalu ada dan Dialah yang dapat memindahkannya. Ketika segalah sesuatu kelihatan keliru.... lakukan P.U.S.H. (PUSH = dorong)

Ketika pekerjaanmu mulai menurun.... lakukan P.U.S.H.

Ketika orang-orang tidak berlaku seperti yang semestinya mereka lakukan.... lakukan P.U.S.H.

Ketika uangmu seperti "lenyap" dan tagihan-tagihan mulai harus dibayar.... lakukan P.U.S.H.

P. Pray

U. Until

S. Something

H. Happens

PUSH = Pray Until Something HAPPENS!! (Berdoalah sampai sesuatu terjadi)

Minggu, 01 November 2015

Merendahkan Ajaran

NASIHAT SANG BUDDHA
KETIKA ORANG LAIN MERENDAHKAN AJARAN BUDDHA
Suatu ketika Buddha bersama lima ratus orang siswa-Nya dari satu kota ke kota lain. Mengikuti di belakang rombongan Sang Buddha, dua orang petapa pengembara, yaitu seorang guru dan muridnya. Walaupun keduanya guru dan murid, kedua berbeda pandangan terhadap ajaran Buddha. Selama perjalanan sang guru menghina dan merendahkan ajaran Buddha, sedangkan muridnya berusaha memuji dengan berbagai cara. Perdebatan keduanya berlangsung selama perjalanan hingga akhirnya rombongan Buddha mendapatkan tempat persinggahan untuk beristirahat.
Saat itu para bhikkhu membicarakan tentang kejadian ini dan bagaimana Buddha diam saja walaupun jelas-jelas keduanya yang berdebat tentang ajaran Beliau berada persis di belakang rombongan tersebut.
Ketika Buddha mengetahui pembicaraan tersebut, Beliau berkata:
“Para bhikkhu, jika seseorang menghina-Ku, Dhamma (ajaran Buddha), atau Sangha (perkumpulan para bhikkhu), kalian tidak boleh marah, tersinggung, atau terganggu akan hal itu.
Jika kalian marah atau tidak senang akan penghinaan itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian.
Karena jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, dan kalian marah atau tidak senang, dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka katakan itu benar atau salah?”
“Tidak, Bhagava,” jawab para bhikkhu.
“Jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, maka kalian harus menjelaskan apa yang tidak benar sebagai tidak benar, dengan mengatakan:
‘Itu tidak benar, itu salah, itu bukan jalan kami, itu tidak ada pada kami’.”
“Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian tidak boleh gembira, bahagia, atau senang akan hal itu.
Jika kalian gembira, bahagia, atau senang akan pujian itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian.
Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian harus mengakui kebenaran sebagai kebenaran, dengan mengatakan:
‘Itu benar, itu tepat sekali, itu adalah jalan kami, itu ada pada kami’.”
(Brahmajala Sutta)
Dengan demikian, Buddha mengajarkan agar para pengikut-Nya tidak terbawa emosi positif atau negatif saat seseorang memuji ataupun merendahkan ajaran Beliau, melainkan menjelaskan mana yang benar dan mana yang tidak benar atas pandangan terhadap ajaran Buddha tersebut sehingga dapat membebaskan agama Buddha dari pandangan salah orang-orang yang tidak tahu atas ajarannya.

Rabu, 21 Oktober 2015

Gangguan menjadi Peluang

Tahun 1892 Toko Buah Yu mengangkut 50 keranjang nanas dr Laiyang ke Shanghai. Krn perjalanan yg jauh nanas2 itu jadi lembek & dibuanglah nanas2 itu.

Di sebrang Toko Buah Yu ada toko kecil dihuni suami istri yg tidak memiliki sesuatu utk dimakan & segera memungut nanas yg dibuang itu. Nanas dikupas, dipotong kecil2, dibuang bagian yg lembek & dijualnya potongan2 yg masih segar. Bisnis ini berjalan lancar.

Suami istri ini membeli nanas lembek dr Toko Yu. Krn sudah lembek, Toko Yu dgn senang hati menjual murah. Nanas itu diproses menjadi dodol nanas & terjual laris. Dalam waktu singkat dodol nanas ini menjadi makanan khas daerah Tiongkok Selatan & sampai ke kerajaan.

Akhirnya pemilik Toko Yu iri saat mereka tahu dodol nanas itu terbuat dr nanas yg mereka jual murah. Di malam harinya Yu menulis tiga aksara "Tian Zhi Dao" (Langit Tahu) lalu menempelnya di pintu toko dodol nanas. Esok harinya suami istri itu melihat tulisan ini dan terperanjat krn tahu ada orang yg ingin merusak bisnis mereka. Lalu sang suami tertawa & berucap, "Kita kebetulan sedang mencari nama toko. Hari ini ada orang menuliskan nama toko & mengirimnya ke depan pintu. Bagus sekali. Kaisar juga pernah memakan kue dodol nanas tokoku. Kaisar adalah Putra Langit dimasa ini, jadi sudah seharusnya memakai nama Tian Zhi Dao. Oke, sy pakai tiga aksara ini sebagai nama toko!"

Akibatnya bisnis dodol nanas ini menjadi semakin maju. Yu menjadi berang & dgn liciknya melukis di dinding toko itu seekor kura2 yg menyembunyikan kepala di dalam tempurung disertai tulisan: "Tidak tahu malu". Keesokan harinya, melihat lukisan kura2 ini, sepasang suami istri itu terdiam. Namun lalu berucap bersamaan, "Kita pakai kura2 sebagai logo produk. Dodol nanas dpt menyembuhkan batuk & memperpanjang usia. Kura2 adalah hewan yg panjang usianya." Sejak itu, logo kura2 menjadi terkenal di Shanghai.

ORANG BIJAK MENGUBAH SETIAP GANGGUAN MENJADI PELUANG. Nikmati kehidupan ini dgn selalu positive thinking.

Minggu, 18 Oktober 2015

Tugas "Smile"

Ini adalah kisah yang saya dapat dari milis warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di Jerman.
Layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi.
Tugas terakhir dosen yang  diberikan kepada siswanya diberi nama "Smiling."
Seluruh siswa diminta untuk memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yg mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami n anak bungsu saya yang menunggu di taman kampus, lalu pergi ke restoran McDonald's yg berada di kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya minta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk dan saya ikut antrian.
Ketika saya sedang dalam antrian, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Perasaan panik menguasai diri saya, ketika melihat mengapa mereka semua  menyingkir ? Saat berbalik saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil!
Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, dan ia sedang "tersenyum" kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu.

Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya.
Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan.
Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona."
Ternyata dari koin yang dia pegang hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka. (Aturan di restoran di Jerman, jika ingin duduk di dalam restoran n menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yg terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya." Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Allah juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."
Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku! " Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami. Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."

Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya.
Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Allah itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya.
"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."

Dengan caraNYA sendiri, Allah telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!

Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu,    tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu.

Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu! 💝

Selasa, 29 September 2015

Sudut Pandang

PENULIS PENGELUH DAN PENOLONG PENCERAH

Sep penulis terkenal duduk di ruang kerjanya, dia mengambil penanya & mulai menulis :

Thn lalu, saya hrs dioperasi utk mengeluarkan batu empedu saya. Saya harus terbaring cukup lama di ranjang saya.

Di thn yg sama saya berusia 60 th & harus keluar dr pekerjaan di perusahaan percetakan yg begitu saya senangi yg sdh saya tekuni selama 30 th.

Di thn yg sama saya ditinggalkan papa saya yg tercinta

Dan masih di thn yg sama anak saya gagal di ujian akhir kedokteran karena kecelakaan mobil. Biaya bengkel akibat kerusakan mobil adalah bentuk kesialan lainnya di thn itu.

Akhirnya dia menulis : Sungguh ! Tahun yg sangat buruk !

Istri sang penulis masuk keruangan & menjumpai suaminya yg sedang sedih & termenung. Dari belakang sang istri melihat tulisan sang suami. Per-lahan2 ia mundur & keluar dr ruangan. Kurang lebih 15 menit kemudian dia masuk lagi & meletakkan sebuah kertas berisi tulisan sbb :

Thn lalu akhirnya saya berhasil menyingkirkan kantong empedu saya yg selama bertahun2 membuat perut saya sakit.

Thn lalu saya bersyukur bisa pensiun dgn kondisi sehat walafiat.
Skrg saya bisa menggunakan waktu saya utk menulis sesuatu dgn fokus yg lebih baik & penuh kedamaian.

Pd thn yg sama ayah saya yg berusia 95 th, tanpa kondisi kritis menghadap sang pencipta.

Dan masih di thn yg sama, anak saya  hidup baru. Mobil kami memang rusak berat akibat kecelakaan tsb, tapi anak saya selamat tanpa cacat sedikitpun...

Pada kalimat terakhir ia menulis:
Tahun itu adalah tahun dengan berkat  yg luar biasa & kami lalui dgn takjub.

Sang penulis tersenyum & mengalir rasa hangat di dadanya atas interprestasi rasa syukur atas tahun  menakjubkan yg dilewatinya.

"Be grateful for what you have & stop complaining - it bores everybody else, does you no good, & doesn't solve any problems. " Be positive"

Minggu, 27 September 2015

Mangkuk yang Cacat

Alkisah, ada seorang anak muda pergi ke sebuah toko untuk membeli sebuah mangkuk. Sesampainya di toko, dia mengambil sebuah mangkuk dan kemudian dengan lembut membenturkannya dengan mangkuk yang lainnya. Ketika kedua mangkuk itu saling bersentuhan, terdengar suara yang sumbang. Ia mengulangi menyentuhkan mangkuk di tangannya berulang kali ke mangkuk-mangkuk lainnya. Hasilnya sama, perpaduan suara yang terdengar sumbang di telinga. Dengan kecewa dia mencari pemilik toko dan menyampaikan kekecewaannya sambil meletakkan mangkuk itu ke tempat semula. Pemilik toko dengan sabar bertanya, “Anak muda, untuk apa membenturkan mangkuk itu dengan mangkuk yang lain?” Si Pemuda menjawab, “ Saya diajarkan oleh sesepuh, ketika sebuah mangkuk dibenturkan dengan lembut ke mangkuk yang lain dan mengeluarkan suara yang jernih dan merdu maka itu barulah sebuah mangkuk yang bagus dan pantas dibeli." Setelah mengamati mangkuk yang tadi dipegang si anak muda, sambil tersenyum pemilik toko mengambil mangkuk yang lain dan memberikannya kepada si pemuda, “Ambillah mangkuk ini dan cobalah sekali lagi benturkan dengan mangkuk yang lain, pasti kamu akan menemukan mangkuk yang kamu sukai." Setengah percaya, si pemuda melakukan apa yang diminta. Aneh! Semua mangkuk yang ia benturkan mengeluarkan suara yang jernih. Ia tidak mengerti mengapa hal itu tersebut bisa terjadi. Pemilik toko tertawa melihat roman muka heran si pemuda, “Hahaha....jangan terlalu merasa aneh.. sebenarnya alasannya sangat sederhana. Mangkuk yang kamu ambil tadi adalah mangkuk yang cacat. Maka ketika kamu benturkan dengan mangkuk yang lain, yang mana pun, pasti mengeluarkan suara yang sumbang. Maka pastikan dulu mangkuk yang ada di tanganmu adalah mangkuk yang bagus, tidak cacat untuk mengukur mangkuk yang lain cacat atau tidak." Setiap manusia memiliki sebuah mangkuk di dalam diri yakni jiwa, hati dan pikiran. Jika mangkuk itu berisi kemurahan hati, kebaikan, ketulusan, kejujuran dan hal-hal positif lainnya, maka saat berbenturan dengan mangkuk yang tidak cacat, maka akan memunculkan ‘suara’ yang jernih dan merdu. Diantara mereka akan timbul kepercayaan, tidak saling menyakiti, rendah hati dan saling menghormati. Sebaliknya, jika mangkuk itu cacat, dengan sendirinya suara sumbang akan terjadi berupa rasa iri, dengki, benci, curiga dan mental negatif lainnya. Mari penuhi mangkuk hati kita dengan hal-hal positif, yang pasti akan membawa hasil positif juga kelak di kemudian hari.

Selasa, 22 September 2015

Kisah Penebang Kayu

Alkisah, seorang pedagang kayumenerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yangbakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.
Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.
Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu”.
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. “Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasilkerjaku kepada majikan?” pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.
Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, “ Kapan terakhir kamu mengasah kapak? ”
“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga”. Kata si penebang.
“Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal.
Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!” perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.
Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibukdan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lainyang sama pentingnya, yaituistirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru. 

Rabu, 26 Agustus 2015

Perbedaan

Seekor anjing kecil yg mungil sedang berjalan di ladang pemiliknya. Ketika dia mendekati kandang sapi, sapi berkata " km hanya seekor anjing kecil, tidak seperti aku..aku telah MEMBERI KAN susu dan keju yg segar utk pemilik ladang ini". Anjing menunduk SEDIH...
Kemudian dia jg disambut oleh seekor domba " saya yg paling BERHARGA, karena saya telah MEMBERIKAN mantel yg tebal utk pemilik ladang ini, tidak ada yg paling berharga selain aku.."

Dengan langkah kecil, si anjing kecil pun berjalan dgn SEDIH menyesali nasibnya sendiri..

Anjing kecil bertemu dengan seekor anjing tua yg sedang duduk diam....anjing tua bertanya " MENGAPA kamu MENANGIS anjing kecil?"

Si anjing kecil menjawab " saya merasa sangat tdk berguna, saya tdk dapat memberikan apa2 bagi pemilik saya, buat apa saya HIDUP dan berada disini"

Anjing tua terdiam dan berkata, " memang benar km terlalu kecil utk menarik pedati, tdk bisa memberikan susu dan keju, tdk bisa memberikan bulu yang hangat, TAPI bodoh sekali jika km MENANGISI sesuatu yg tidak bs km lakukan....km harus menggunakan KEMAMPUAN yg diberikan sang PENCIPTA utk lakukan apa yg mampu kamu LAKUKAN dan membawa kegembiraan.

Malam itu pemilik ladang pulang ke rumah dgn sangat lelah, baju yg kotor dan bau.Si anjing kecil berlari kepadanya dan menjilatinya...mereka berguling bermain di beranda rumah.pemilik memeluk si anjing kecil dgn erat dan berkata, " walaupun saya sangat LELAH hari ini, tapi semua HILANG begitu saja saat kau menyambutku seriang ini, SUNGGUH km yg paling BERHARGA diantara semua binatang yg aku pelihara.

Pesan :
Jgn sedih karena engkau tdk dapat melakukan sesuatu seperti org lain krn engkau memang tdk diberi KEMAMPUAN utk lakukan itu..
tapi pergunakanlah sgala potensi, kemampuan dan keterbatasan yg engkau miliki utk melakukan sesuatu, dgn SUNGGUH2, TEKUN, PANTANG MENYERAH..!

SETIAP ORANG DICIPTAKAN UNIK DAN BERHARGA DI MATA TUHAN..!!

Kuasa Doa buat Sesama

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di Rumah Sakit di ruang ICU. Disaat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia Roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!"

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ... " kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati. Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali merngunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "apakah besok pagi aku sudah pulih? pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit".

Dengan lembut si Malaikat berkata, "anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktu mu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu".

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layer besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.

Kata Malaikat, "aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu" Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, " Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapanMu, tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri." dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.

Melihat peristiwa itu, tampa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat ! tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang ! Dengan setengah bergumam dia bertanya, "apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, " ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah".

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam. Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu!! kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00". Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan. Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri.

Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu.

Doa sangat besar kuasanya, tak jarang kita malas, tidak punya waktu, tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain. Ketika kita mengingat seorang sahabat lama / keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia, mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.

Senin, 24 Agustus 2015

MOMENT

Suatu ketika seorang pria meninggal dunia…..

Ketika dia menyadarinya, dia melihat Tuhan yg bgt terang benderang menghampirinya dgn sebuah koper di tangannya.

Selanjutnya ini adalah dialog diantara mereka:

T (TUHAN): Baiklah anakku, saatnya utk berangkat

P (Pria): Begitu cepatnya? Saya msh punya banyak rencana Tuhan …

T: Maafkan saya, tapi saat ini kita hrs berangkat!

P: Lalu apa yg Tuhan bawa di koper tsb?

T: Semua yg kamu miliki …..

P: Semua milik saya? Maksud Tuhan: Pakaian2? Uang?

T: Semua itu bukan milikmu, itu milik bumi.

P: Barangkali kenangan2 saya?

T: Tidak, itu milik sang waktu.

P: Apakah mungkin itu talenta2 saya?

T: Bukan, Mrk milik dari Keadaan

P: Apakah teman2 & sanak saudara saya?

T: Tdk anakku, mereka milik dari perjalanan yg engkau arungi

P: Bgmn dgn istri & anak2 saya?

T: Tidak!, mrk adalah milik hatimu

P: Bgmn dgn tubuh saya?

T: Tidak…. Sebab tubuhmu itu milik debu …

P: OK… kalau begitu barangkali jiwa saya?

T: Kamu sgt menyedihkan anakku ... semuanya salah duga… Jiwamu itu adalah milikku…

Pria itu dgn air mata di wajahnya & dgn rasa takut mengambil koper tsb dari tangan Tuhan lalu membukanya …

Kosong …

Dgn hati yg remuk redam & tangis mengalir di pipinya dia bertanya pada Tuhan …

P: Saya tdk pernah memiliki apa pun?

T: Ya benar sekali … Kamu tdk memiliki apa pun.

P: Jadi? Apa yg menjadi kepunyaan saya?

T: Moment2 telah engkau lewati... Setiap moment yg engkau hidupi & lewati itulah milikmu.

"Be happy for this moment. This moment is your life." Omar Khayyam

Do Good in every moment
Think Good in every moment
Thank God for every moment

Life is just a Moment.

Live it...
Love it...
Enjoy it...

Have a GREAT MOMENT in your life!

Jumat, 14 Agustus 2015

Falling Forward

Failing Forward Quotes

In life, the question is not if you will have problems, but how you are going to deal with your problems. If the possibility of failure were erased, what would you attempt to achieve?

The essence of man is imperfection. Know that you're going to make mistakes. The fellow who never makes a mistake takes his orders from one who does. Wake up and realize this: Failure is simply a price we pay to achieve success.

Achievers are given multiple reasons to believe they are failures. But in spite of that, they persevere. The average for entrepreneurs is 3.8 failures before they finally make it in business.

When achievers fail, they see it as a momentary event, not a lifelong epidemic.

Procrastination is too high a price to pay for fear of failure. To conquer fear, you have to feel the fear and take action anyway. Forget motivation. Just do it. Act your way into feeling, not wait for positive emotions to carry you forward.

Recognize that you will spend much of your life making mistakes. If you can take action and keep making mistakes, you gain experience.

Life is playing a poor hand well. The greatest battle you wage against failure occurs on the inside, not the outside.

Why worry about things you can't control when you can keep yourself busy controlling the things that depend on you?

Handicaps can only disable us if we let them. If you are continually experiencing trouble or facing obstacles, then you should check to make sure that you are not the problem.

Be more concerned with what you can give rather than what you can get because giving truly is the highest level of living.

Embrace adversity and make failure a regular part of your life. If you're not failing, you're probably not really moving forward.

Everything in life brings risk. It's true that you risk failure if you try something bold because you might miss it. But you also risk failure if you stand still and don't try anything new.

The less you venture out, the greater your risk of failure. Ironically the more you risk failure — and actually fail — the greater your chances of success.

If you are succeeding in everything you do, then you're probably not pushing yourself hard enough. And that means you're not taking enough risks. You risk because you have something of value you want to achieve.

The more you do, the more you fail. The more you fail, the more you learn. The more you learn, the better you get.

Determining what went wrong in a situation has value. But taking that analysis another step and figuring out how to use it to your benefit is the real difference maker when it comes to failing forward. Don't let your learning lead to knowledge; let your learning lead to action.

The last time you failed, did you stop trying because you failed, or did you fail because you stopped trying?

Commitment makes you capable of failing forward until you reach your goals. Cutting corners is really a sign of impatience and poor self-discipline.

Successful people have learned to do what does not come naturally. Nothing worth achieving comes easily. The only way to fail forward and achieve your dreams is to cultivate tenacity and persistence.

Never say die. Never be satisfied. Be stubborn. Be persistent. Integrity is a must. Anything worth having is worth striving for with all your might.

If we look long enough for what we want in life we are almost sure to find it. Success is in the journey, the continual process. And no matter how hard you work, you will not create the perfect plan or execute it without error. You will never get to the point that you no longer make mistakes, that you no longer fail.

The next time you find yourself envying what successful people have achieved, recognize that they have probably gone through many negative experiences that you cannot see on the surface.

Fail early, fail often, but always fail forward.

Jumat, 10 Juli 2015

Kesempatan ke2 tidak terduga

Moore adalah seorang dokter terkenal dan dihormati di sebuah kota tua di Prancis, melalui tangannya sudah tak terhitung nyawa yang diselamatkan. Namun, Moore dulunya bukan sosok penolong yang membanggakan seperti sekarang. 20 tahun yang lalu Moore adalah seorang narapidana. Kekasihnya mengkhianati dia dan lari kepelukan lelaki lain. Karena emosinya, dia melukai lelaki tersebut, maka Moore beralih dari seorang mahasiswa di universitas terkenal menjadi seorang narapidana. Dia dipenjara selama 3 tahun.
Setelah bebas dari penjara, karena statusnya sebagai bekas narapidana menyebabkan Moore menjadi bahan ejekan dan penghinaan saat melamar pekerjaan. Dalam keadaan sakit hati, Moore memutuskan akan menjadi perampok. Dia telah mengincar di bagian selatan kota dimana ada sebuah rumah yang akan menjadi sasarannya. Para orang dewasa dirumah tersebut semuanya pergi bekerja, larut malam baru pulang kerumah. Di dalam rumah hanya ada seorang anak kecil buta yang tinggal sendirian. Moore pergi ke rumah tersebut, mencongkel pintu utama dengan membawa pisau belati.
Saat Moore masuk ke dalam rumah, sebuah suara lembut bertanya, “Siapa itu?” Moore sembarangan menjawab, “Saya teman papamu, dia memberikan kunci rumah padaku.”
Suara lembut yang ternyata adalah si anak kecil buta terdengar sangat gembira dan tanpa curiga si anak buta berkata, “Selamat datang! Namaku Kay, tetapi papaku malam baru sampai ke rumah. Apa paman mau bermain sebentar denganku?” Dia memandang dengan mata yang besar dan terang tetapi tidak melihat apapun, dengan wajah penuh harapan, di bawah tatapan memohon yang tulus. Moore langsung lupa dengan tujuannya dan langsung menyetujui.
Yang membuat Moore sangat terheran-heran adalah anak yang berumur 8 tahun dan buta ini dapat bermain piano dengan lancar, lagu-lagu yang dimainkannya sangat indah dan gembira, walaupun bagi seorang anak normal harus melakukan upaya besar sampai ke tingkat seperti anak buta ini. Setelah selesai bermain piano, Kay melukis sebuah lukisan yang dapat dirasakan di dalam dunia anak buta ini, seperti matahari, bunga, ayah-ibu, teman-teman. Dunia Kay rupanya tidak sekosong kedua bola matanya, walaupun lukisannya kelihatannya sangat canggung, yang bulat dan persegi tidak dapat dibedakan, tetapi dia melukis dengan sangat serius dan tulus.
“Paman, apakah matahari seperti ini?” tanya Kay.
Moore melukis di telapak tangan anak ini beberapa bulatan, “Matahari bentuknya bulat dan terang dan warnanya keemasan.”
Kay mendongakkan wajahnya yang mungil bertanya, “Paman, apa warna keemasan itu?”
Moore terdiam sejenak, lalu membawanya ketempat terik matahari, “Emas adalah sebuah warna yang sangat vitalitas, bisa membuat orang merasa hangat, sama seperti kita memakan roti yang bisa memberi kita kekuatan.”
Kay dengan gembira meraba ke empat penjuru dengan kedua tangannya, “Paman, aku sudah merasakannya, sangat hangat! Dia pasti akan sama dengan warna senyuman paman!”
Moore tiba-tiba merasa sangat terharu, lalu dia dengan penuh kesabaran menjelaskan kepada Kay berbagai warna dan bentuk barang. Dia sengaja menggambarkan dengan hidup, sehingga anak yang penuh imajinatif ini mudah mengerti. Anak buta ini mendengar ceritanya dengan sangat serius, walaupun dia buta, tetapi rasa sentuh dan pendengaran anak ini lebih tajam dan kuat daripada anak normal, tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat.
Akhirnya, Moore teringat tujuan kedatangannya, tetapi Moore tidak mungkin lagi merampok. Hanya karena kecaman dan ejekan dari masyarakat dia nyaris melakukan kejahatan lagi, dia menyesal. Berdiri di hadapan Kay membuat Moore merasa sangat malu, lalu dia menulis sebuah catatan untuk orang tua Kay, “Tuan dan nyonya yang terhormat, maafkan saya mencongkel pintu rumah kalian. Kalian adalah orang tua yang hebat, dapat mendidik anak yang demikian baik. Walaupun matanya buta, tetapi hatinya sangat terang. Dia mengajarkan kepada saya banyak hal dan membuka pintu hati saya.”
Tiga tahun kemudian, Moore menyelesaikan kuliahnya di universitas kedokteran dan memulai karirnya sebagai seorang dokter. Enam tahun kemudian, dia dan rekan-rekannya mengoperasi mata Kay sehingga Kay bisa melihat keindahan dunia ini.
Kay yang dapat melihat menjadi seorang pianis terkenal, mengadakan konser ke seluruh dunia. Setiap mengadakan konser, Moore akan berusaha menghadirinya, duduk disebuah sudut yang tidak mencolok, mendengarkan alunan musik indah nan ceria menyirami jiwanya dengan optimisme dan semangat juang, yang dimainkan oleh seorang pianis yang dulunya buta. Pianis yang melihat keindahan dunia melalui kedua matanya yang tak mengenal cahaya. Pianis yang memberinya kesempatan ke-2 untuk hatinya yang terluka.
Dengan segala kepolosan anak kecil buta yang bahkan tak bisa membedakan penjahat dan teman ayahnya, Moore kembali melihat dunia. Bukan dengan kedua bola mata fisiknya, melainkan dengan mata hati sehangat mentari yang menyinari kehidupan banyak orang.

Anak dan polisi tidur

Bangun pagi dan pergi ke kantor adalah kegiatan rutinitas yang cukup membosankan. Namun daripada membuang-buang waktu, biasanya saya menggunakannya untuk memikirkan banyak hal yang biasanya membuat saya sampai ke kantor saya tanpa terasa lama.

Ada hal yang unik di pagi ini yang membuat saya tidak bisa berhenti berpikir. Pagi ini saya melewati jalan yang sudah biasa saya lewati untuk menuju tempat kerja. Di sana ada seorang anak kecil sedang belajar sepeda, dan ketika melewati polisi tidur yang ada di depannya… dia terjatuh.

Dia langsung berusaha secepat mungkin berdiri lagi tanpa menunjukkan tanda-tanda kesakitan sekalipun terbentuk jalan aspal yang tajam, lalu segera membenarkan posisi sepeda kecilnya.

“Wow!” saya tidak sadar mengeluarkan kata itu, lalu meminggirkan sepeda motor, berpura-pura menunggu orang hanya agar bisa terus memperhatikan anak ini.

Ia mendorong sepedanya melewati polisi tidur itu lalu berbalik arah untuk kembali menantang polisi tidur yang tadi ‘mengalahkannya.’ Sang anak mengayuh sepedanya dengan mantap. Kali ini dia berhasil melewatinya, namun sedikit kurang stabil dan hampir terjatuh sekalipun masih bisa ditahan oleh kakinya sendiri

Tak lama kemudian seorang kakak perempuan menghampirinya. Sang anak meminta kakaknya untuk mengajarkan cara terbaik untuk mengayuh melewati polisi tidur.

Setelah itu, saya melanjutkan perjalanan ke kantor sembari berpikir. Kata-kata pertama yang melintas di pikiran saya adalah, “Anak kecil tadi lebih hebat dari kebanyakan orang besar.” Saya sengaja menggunakan kata ‘orang besar’, seperti yang akan saya jelaskan di belakang nanti.

Kebanyakan orang besar berusaha menjauhi rintangan yang ada dengan melalui jalan lain. Sama seperti yang saya lakukan beberapa hari yang lalu. Saya melewati sebuah jalan yang memiliki beberapa tanjakan ataupun polisi tidur. Rasanya kurang menyenangkan, ditambah dengan perut terasa seperti diacak acak dan tangan yang pegal karena harus mengontrol gas dan rem bergantian setiap detiknya.

Setiap kali lewat di sana, saya berpikir “Bagaimana caranya untuk melewati jalan ini dan sampai di tujuan saya, namun saya tidak perlu mengalami perasaan tidak enak yang ada tadi setelah tanjakan pertama?” Otak saya segera menjawab, ”Silahkan menunggu keajaiban!”

Tapi keajaiban seperti itu tidak akan datang.

Lupakan khayalan dan harapan Anda yang terlalu mengada-ada. Cara terbaik dan tercepat untuk menghadapi sebuah masalah adalah maju dan lalui rintangan itu, sama seperti sang anak kecil dengan sepedanya yang berani menantang kembali rintangan yang sebelumnya berhasil menjatuhkan dirinya.

Kebanyakan orang besar atau tua tidak mau mengakui bahwa kegagalan yang ada atau terjadi berasal dari dalam diri sendiri. Mereka mencari kambing hitam untuk disalahkan. Misalnya ketika terjatuh seperti anak kecil tadi, mereka akan mengeluh, “Kenapa sih polisi tidur ini harus ada di sini?”, “Kenapa kamu harus lewat di jalan ini sehingga kamu tertabrak oleh saya?”, “Kenapa dia harus sukanya sama orang yang sifatnya berbeda sama saya, itu salah dia!”

Orang yang seperti itu akan sulit melihat ke dalam dirinya. Mereka cenderung melihat ke arah luar dan menyalahkan segala sesuatu.
 

Fokus pada diri

Seorang pria muda yang telah belajar dengan keras untuk menjadi petarung kung fu terhebat berpikir jika ia dapat menemukan titik kelemahan lawannya, maka ia akan dapat memukulnya dan mengalahkan lawannya dalam kompetisi apapun. Ia memperhatikan mereka dengan seksama dan mempelajari kelemahan-kelemahan mereka sebelum bertanding dengan mereka. Tetapi setiap kali ia kalah. Dengan tertekan dan patah semangat ia menemui gurunya dan bertanya apa yang salah dengan strateginya. “Kelihatannya sangat masuk akal”, katanya, “jika mencari peluang kelemahan lawan saya, dan kemudian menggunakannya untuk mendapatkan kemenangan. Mengapa itu tidak berhasil?”
Gurunya menggambar garis di pasir dan berkata, “Pendekkanlah garis ini tanpa menyentuhnya atau menutupinya. Jika engkau dapat menemukan cara untuk melakukannya, engkau juga akan mengerti mengapa strategimu tidak berhasil”.
Orang muda itu memperhatikan garis itu berjam-jam dan merasa mustahil melakukan apa yang diminta gurunya. Akhirnya ia menyerah. “Ini adalah salah satu teka-teki yang tidak ada jawabannya”, protesnya.
“Tentu ada”, kata gurunya. “Sekarang perhatikanlah dengan seksama”. Kemudian ia menggambar garis yang lebih panjang di pasir, di samping garis yang pertama. “Beginilah caranya”, kata gurunya. “Tidakkah kau lihat garis yang pertama menjadi lebih pendek? Dan saya bahkan tidak menyentuhnya”.
Pelajaran moral dari kisah ini adalah jangan fokus pada hal-hal yang tidak dapat anda ubah. Melainkan, perbesarlah kekuatan-kekuatanmu. Tidak lama lagi apa yang menurut anda adalah cacat dalam diri anda akan menjadi tidak penting dan tidak dilihat orang lain bahkan diri anda sendiri. Alih-alih berusaha menghilangkan kekurangan anda, tingkatkanlah kesempurnaan.

100 keping perak tanpa kerja

Suatu kali, istri Abu Nawas mengeluhkan kondisi mereka yang amat miskin. Tentu saja dia menyalahkan Abu Nawas karena mencari nafkah adalah kewajiban seorang suami. Sebenarnya Abu Nawas beberapa kali dihadiahi oleh raja kepingan uang emas, namun selalu dia bagi-bagikan kepada mereka yang lebih membutuhkan. Maka kondisinya pun tetap dalam kekurangan.
"Hai suamiku, kapan kau membelikan aku gaun yang indah? Hidupmu hanya kau habiskan untuk berdoa saja!" ucap istri Abu Nawas.
"Semua ini kulakukan dengan penuh keikhlasan agar mendapat ridha Allah," ujar Abu Nawas melakukan pembelaan.
"Kalau begitu cobalah engkau meminta upah pada Allah saja," sahut sang istri.
Abu Nawas langsung pergi ke pekarangan untuk berdoa menyampaikan permohonannya. "Ya Allah, berilah hamba upah seratus keping perak!" teriaknya berulang-ulang.
Hal ini didengar oleh tetangganya yang sedang beristirahat di depan rumah. Diusilinya Abu Nawas dengan melemparinya uang perak ke kepala Abu Nawas hingga 100 keping.
Dikumpulkanlah 100 keping uang perak itu oleh Abu Nawas dan diserahkan pada istrinya. Namun tetangga Abu Nawas rupanya tidak terima uangnya diambil begitu saja oleh Abu Nawas. Didatanginya rumah Abu Nawas dan meminta uang itu agar dikembalikan.
Abu Nawas tidak bersedia memberikan uang itu kepada tetangganya karena dia merasa itu adalah upah yang langsung diberikan Allah atas doa dan iibadahnya selamai ini. Akhirnya mereka bersepakat menyelesaikan masalah ini di pengadilan.
Dalam sidang, hakim mengajukan pertanyaan, "Apa pembelaanmu Abu Nawas?"
"Tetangga saya ini sudah gila tuan hakim. Dia pikir semua harta di dunia adalah miliknya. Jika klaim ini diikuti, maka jubah saya, kuda saya, dan semuanya akan diakui miliknya," tutur Abu Nawas.
"Tapi itu memang milikku," sahut tetangga Abu Nawas.
Akhirnya sang hakim memutuskan bahwa si tetangga telah menganggu kekhusyukan ibadah Abu Nawas dengan melempari uang perak. Sebagai hukuman, maka uang-uang itu menjadi milik Abu Nawas.

Percaya Diri

Mungkin kita sering mendengar kata PERCAYA DIRI. Banyak yang mengartikan sebagai - Percaya kepada kemampuan diri sendiri -. Tetapi sejatinya, Percaya diri berarti MENGERJAKAN SESUATU TANPA RAGU, karena kita melakukan sesuatu apa yang kita percayai dan apa yang kita yakini. Jadi Percaya Diri bukanlah soal kemampuan, tetapi soal keyakinan.

Sabtu, 06 Juni 2015

Hidup dengan 4 istri

Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang istri.

    Dia mencintai istri yang keempat, dan menganugerahinya harta dan kesenangan yang banyak. Sebab, dialah yang tercantik diantara semua istrinya. Pria ini selalu memberikan yang terbaik buat istri keempatnya ini.

    Pedagang itu juga mencintai istrinya yang ketiga. Dia sangat bangga dengan istrinya ini, dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita ini kepada semua temannya. Namun, ia juga selalu khawatir kalau istrinya ini akan lari dengan pria yang lain.

    Begitu juga dengan istri yang kedua. Ia pun sangat menyukainya. Ia adalah istri yang sabar dan pengertian.
    Kapanpun pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan istrinya ini. Dialah tempat bergantung. Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit.

    Sama halnya dengan istri yang pertama. Dia adalah pasangan yang sangat setia. Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini. Dia lah yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan usaha sangsuami. Akan tetapi, sang pedagang, tak begitu mencintainya. Walaupun sang istri pertama ini begitu sayang padanya, namun, pedagang ini tak begitu mempedulikannya.

    Suatu ketika, si pedagang sakit. Lama kemudian, ia menyadari, bahwa ia akan segera meninggal. Dia meresapi semua kehidupan indahnya, dan berkata dalam hati. "Saat ini, aku punya 4 orang istri. Namun, saat aku meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan jika aku harus hidup sendiri."

    Lalu, ia meminta semua istrinya datang, dan kemudian mulai bertanya pada istri keempatnya. "Kaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Nah, sekarang, aku akan mati, maukah kau mendampingiku dan menemaniku? Ia terdiam. "Tentu saja tidak, "jawab istri keempat, dan pergi begitu saja tanpa berkata-kata lagi. Jawaban itu sangat menyakitkan hati. Seakan-akan, ada pisau yang terhunus dan mengiris-iris hatinya.

    Pedagang yang sedih itu lalu bertanya pada istri ketiga.
    "Akupun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini, hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku, dan menemani akhir hayatku? Istrinya menjawab, Hidup begitu indah disini. Aku akan menikah lagi jika kau mati. Sang pedagang begitu terpukul dengan ucapan ini. Badannya mulai merasa demam.

    Lalu, ia bertanya pada istri keduanya. "Aku selalu berpaling padamu setiap kali mendapat masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini, aku butuh sekali pertolonganmu. Kalau ku mati, maukah kau ikut dan mendampingiku? Sang istri menjawab pelan. "Maafkan aku," ujarnya "Aku tak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang kubur saja. Nanti, akan kubuatkan makam yang indah buatmu. Jawaban itu seperti kilat yang menyambar. Sang pedagang kini merasa putus asa.

    Tiba-tiba terdengar sebuah suara. "Aku akan tinggal denganmu. Aku akan ikut kemanapun kau pergi. Aku, tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu. Sang pedagang lalu menoleh ke samping, dan mendapati istri pertamanya disana. Dia tampak begitu kurus. Badannya tampak seperti orang yang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, "Kalau saja, aku bisa merawatmu lebih baik saat ku mampu, tak akan kubiarkan kau seperti ini, istriku."
Renungan :

Teman, sesungguhnya kita punya 4 orang istri dalam hidup ini.

Istri yang keempat, adalah tubuh kita. Seberapapun banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah, semuanya akan hilang. Ia akan pergi segera kalau kita meninggal. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap-Nya.

Istri yang ketiga, adalah status sosial dan kekayaan.
Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain.
Mereka akan berpindah, dan melupakan kita yang pernah memilikinya.

Sedangkan istri yang kedua, adalah kerabat dan teman-teman.
Seberapapun dekat hubungan kita dengan mereka, mereka tak akan bisa bersama kita selamanya.
Hanya sampai kuburlah mereka akan menemani kita.

Dan, teman, sesungguhnya, istri pertama kita adalah jiwa dan amal kita. Mungkin, kita sering mengabaikan, dan melupakannya demi kekayaan dan kesenangan pribadi. Namun, sebenarnya, hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia dan mendampingi kemanapun kita melangkah. Hanya amal yang mampu menolong kita di akhirat kelak.

Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa dan amal kita dengan bijak. Jangan sampai kita menyesal belakangan.
Mumpung masih hidup
Mumpung masih sehat
Mumpung masih longgar
Mumpung masih muda

Rabu, 03 Juni 2015

Nasi gratis dan utang lunas

(Kisah Nyata)

“ Gratis Mbok?? “, heran bertanya si Barjo

“ Ya , kenapa ? Makan aja apa yang kamu suka “

“ wah ..terimakasih mbok. Terimakasih…”

SI Mbok tersenyun riang ketika memperhatikan Barjo , langganannya yang biasa berhutang diwarungnya. Sekarang menyantap makanan dengan lahapnya. Mungkin kali ini pria itu dapat menikmati makanannya dengan tanpa beban. Keringat meleleh dikeningnya.

“ Jo “

“ ya Mbok. Ada apa…apa ini hanya guyonan saja Mbok “ Barjo melongo kearah si Mbok dengan bingung dan mulut yang masih terisi nasi.
Tapi si mbok tetap tersenyum.

“ Ini Catatan Bon kamu ya. ? Tanya si Mbok dengan tersebyum

“ ya Mbok. Aku endak ada duit sekarang. “

“ ya aku tahu. Kamu memang selalu endak ada uang akhir akhir ini. Ya sudah bon kamu aku hapus. “ jawab simbok dengan senyum.

“ Hapus? “ teriak Barjo dengan bengong. “ wah , lelucon apa lagi ini Mbok. Jangan bikin aku jantungan Mbok. Gratis saja aku sudah bingung…lah sekarang bon ku hapus lagi. “

“ ya ..kamu endak perlu jantungan. Terima aja. Aku senang kok” Jawab simbok.

Hari itu ada hampir 40 orang yang datang makan di warung Mbok Mijah. Mereka semua adalah supir bajay , pemulung, pedagang asongan, pengamen jalanan dan tukang minta minta yang biasa nongkrong disudut jalan. Semua menikmati makanan dengan gratis. Bahkan sebagian dari mereka yang punya catatan hutang dinyatakan hapus oleh Simbok. Keceriaan jelas sekali terpancar diwajah si Mbok. Pemandangan tersebut diatas aku saksikan sendiri sambil asik menikmati kopi hangat. Mereka yang datang seakan tidak memperdulikan ku. Tapi tidak ada satupun ekspresi wajah dari mereka yang luput dari perhatianku.

Hari itu memang aku sengaja datang ke warung si Mbok. Si Mbok hampir tidak percaya ketika aku datang pagi pagi. Sebelum pelanggannya datang.

‘ Maksud mas ? “ Tanya siMbok dengan sedikit terkejut.

“ ya Mbok. Aku ingin tahu berapa jumlah penjualan Si mbok bila seluruh makanannya habis terjual.” Tanyaku tanpa memperdulikan keterkejutannya.

“ Rp,. 400 ribu rupiah Den tapi tidak semua simbok terima karena sebagian dihutangin”

“ Ok. Berapa jumlah catatan hutang dari semua pelanggan siMbok “ tanyaku lagi.

“ Ada Rp. 700 ribu “ jawabnya lagi tapi masih bingung.

“ Ok. Nah ini saya kasih uang Rp. 1.500.000. “ kataku sambil memberikan uang itu kepadanya.

“ Ah.Untuk apa ini Mas…” Sekarang benar benar bingung dia.

“ Aku hanya ingin memberikan uang ini kepada SiMbok. Karena dalam keadaan sulit siMbok masih bisa berbuat baik sama orang. SImbok bisa ngutangin orang yang butuh makan walau simbok sendiri tidak tahu kapan orang itu akan membayar.”

Sambil memperhatikan wajahnya yang berseri dalam kebingungan. Kupegang tangannya dan menyerahkan uang itu. “ Nah, apa yang akan siMbok lakukan dengan uang ini “ sambung ku.

“ SiMbok hanya ingin memberi kesempatan semua langganan makan gratis hari ini. Menghapus semua hutang mereka.” Jawabnya

“ Mengapa “ Sekarang aku yang bingung.

“ Simbok orang miskin. Simbok pengen bersedekah tapi endak pernah bisa. Wong hidup juga sulit begini. “ Katanya.

Ketika senja mulai berangkat malam. Aku melangkah menjauhi sudut jalan itu. Aku termenung.

Selama ini kita begitu hebatnya menggunakan retorikan bahwa kita peduli dengan simiskin.Kita marah kepada ketidak adilan.

Tapi kita tidak berbuat banyak. Tapi sebetulnya kehadiran Allah tetap ada dilingkungan simiskin.

Dengan kesehajaan diantara mereka dan cara mereka,mereka berbagi untuk saling peduli. Itu.

Negeri ini kuat karena rahmat Allah yang meniupkan pesan cinta kehati siapapun untuk saling berbagi. Masalahnya ada yang membaca pesan itu dan ada yang tidak membacanya.

Si Mbok adalah contoh pesan cinta Allah, walau sedikit yang dia punya itulah yang dia bagi...dan dia bahagia karena itu.

✅ Memang cinta selalu menyehatkan dan menentramkan walau harus memberi sesuatu yang pada waktu bersamaan sangat membutuhkannya.

✔✔ sebuah Kisah nyata dari seorang dermawan di penghujung Tahun 2008.
~~~

Kamis, 28 Mei 2015

Murid Nakal, Kepala Sekolah dan Pemilik Kebun


Seorang murid sekolah yang sangat nakal dan sering membolos dari sekolah, suatu saat berencana untuk mengambil dan memetik buah-buahan dari suatu kebun tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Pemilik kebun ini, di setiap musim panen, selalu membanggakan hasil panennya yang sangat baik. Pada musim semi, dia bisa menunjukkan bunga-bunga yang mekar pada pohonnya dan di musim gugur dia bisa memetik apelnya yang telah ranum.

Suatu hari, pemilik kebun ini melihat murid sekolah ini dengan sembarangan memanjat pohon buah dan menjatuhkan buah-buahan yang telah masak maupun belum masak. Murid nakal ini bahkan mematahkan dahan-dahan pohon, dan melakukan begitu banyak kerusakan sehingga pemilik kebun ini mengirimkan laporan berisikan keluhan kepada kepala sekolah di mana anak tersebut bersekolah. Kepala sekolah ini datang segera ke kebun tersebut dan membawa murid-murid yang lain di belakangnya. Kepala sekolah ini ingin memarahi dan menghukum murid nakal tersebut dan memberikan contoh kepada murid lainnya bahwa setiap perbuatan yang nakal, akan mendapatkan hukuman. Tetapi apa yang terjadi? rencana kepala sekolah tersebut menjadi berantakan dan malah memperparah keadaan, karena saat murid-murid yang lain melihat pohon apel yang telah ranum, mereka langsung menyerbu ke kebun dan memanjat pohon serta memetik buah apel dari pohon.

Tindakan yang dianggap bijaksana, belum tentu bijak.

Minggu, 24 Mei 2015

Mengapa ke gereja

Ada 3 cerita dari berbagai sumber yang akan membuat kita terinspirasi untuk ke Gereja, rumah Tuhan yang selalu menantikan kehadiran kita.



Cerita 1

Seorang Katolik menulis surat kepada Editor sebuah surat kabar dan mengeluhkan kepada para pembaca bahwa dia merasa sia-sia pergi ke gereja setiap minggu.
Tulisnya, "saya sudah pergi ke gereja selama 30 tahun. Dan selama itu saya telah mendengar 3000 khotbah. Tapi selama hidup saya tidak bisa mengingat satu khotbah pun. Jadi saya rasa saya telah memboroskan begitu banyak waktu, demikian pun para pastor itu telah memboroskan waktu mereka dengan khotbah-khotbah itu." Surat itu menimbulkan perdebatan yang hebat dalam kolom pembaca. Perdebatan itu berlangsung berminggu-minggu sampai akhirnya ada seseorang yang menulis demikian: 

"Saya sudah menikah selama 30 tahun. Selama ini istri saya telah memasak 32.000 jenis masakan.
Selama hidup saya tidak bisa mengingat satu pun jenis masakan yang dibuat istri saya. Tapi saya tahu bahwa masakan-masakan itu telah memberi saya kekuatan yang saya perlukan untuk bekerja. Seandainya istri saya tidak memberikan makanan itu kepada saya, maka saya sudah lama meninggal."

Sejak itu tak ada lagi komentar tentang khotbah.



Cerita 2

Nenek Granny sedang menyambut cucu-cucunya pulang dari sekolah. Mereka adalah anak-anak muda yang sangatcerdas dan sering menggoda nenek mereka.
Kali ini, Tom mulai menggoda dia dengan berkata, "Nek, apakah nenek masih pergi ke gereja pada Hari minggu?"
"Tentu!" jawab Neneknya
"Apa yang nenek peroleh dari gereja? Apakah nenek bisa memberitahu kami tentang Injil minggu lalu..?"
"Tidak, nenek sudah lupa. Nenek hanya ingat bahwa nenek menyukainya. "
"Lalu apa isi khotbah dari pastor?"
"Nenek tidak ingat. Nenek sudah semakin tua dan ingatan nenek melemah. Nenek hanya ingat bahwa ia telah memberikan khotbah yang memberi kekuatan,
nenek menyukai khotbah itu."
Tom menggoda, "Apa untungnya pergi ke gereja jika nenek tidak mendapatkan sesuatu dariNya?" Nenek itu terdiam oleh kata-kata itu Dan ia duduk disana termenung. Anak-anak tampak malu. Kemudian nenek itu berdiri dan keluar dari ruangan tempat mereka semua duduk, dan berkata, "Anak-anak, ayo ikut nenek ke dapur." Ketika mereka tiba di dapur, dia mengambil tas rajutan dan memberikannya kepada Tom sambil berkata, "Bawalah ini ke mata air, isilah dengan air, lalu bawa kemari"
"Nenek, apa nenek tidak sedang melucu? Air didalam tas rajutan....!
"Nek, apa ini bukan lelucon?" tanya Tom.
"Tidak.., lakukanlah seperti yang kuperintahkan. Saya ingin memperlihatkan kepadamu sesuatu."
Maka Tom berlari keluar dan dalam beberapa menit ia kembali dengan tas yang bertetes air.
"Lihat,nek," katanya. "Tidak Ada air di dalamnya."
"Benar," kata nenek. "Tapi lihatlah betapa bersihnya tas itu sekarang.
Anak-anak, tidak pernah kamu ke gereja tanpa mendapatkan sesuatu yang baik, meskipun kamu tidak mengetahuinya. "


Cerita 3

KISAH NATAL

Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal sebagai sebuah takhyul belaka. Dia bukanlah orang yang kikir. Dia adalah pria yang baik hati dan tulus, setia kepada keluarganya dan bersih kelakuannya terhadap orang lain.
Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Kristus yang diceritakan di setiap gereja pada Hari Natal. Dia sunguh-sungguh tidak percaya.
"Saya benar-benar minta maaf jika saya membuat kamu sedih," kata pria itu kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja.
"Tapi saya tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau menjadi manusia. Itu adalah hal yang tidak masuk akal bagi saya "
Pada malam Natal, istri dan anak-anaknya pergi menghadiri kebaktian tengah malam di gereja. Pria itu menolak untuk menemani mereka.
"Saya tidak mau menjadi munafik," jawabnya.
"Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan menunggumu pulang."
Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun. Ia melihat keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu berjatuhan. Lalu ia kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca surat kabar. Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan. Bunyi itu terulang tiga kali. Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju ke arah jendela rumahnya. Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk memeriksanya, ia menemukansekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin. Mereka telah terjebak dalam badai salju dan menabrak kaca jendela ketika hendak mencari tempat berteduh. Saya tidak dapat membiarkan makhluk makhluk kecil itu kedinginan di sini, pikir pria itu. Tapi bagaimana saya bisa menolong mereka?
Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni anak-anaknya. Kandang itu pasti dapat memberikan tempat berlindung yang hangat. Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan pergi ke kandang kuda tersebut. Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan lampunya. Tapi burung-burung itu tidak mau masuk kedalam.Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk, pikirnya. Jadi ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti dan menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah kandang. Tapi ia sungguh terkejut. Burung-burung itu tidak menghiraukan remah remah roti tadi dan terus melompat-lompat kedinginan di atas salju. Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing menggiring domba, tapi justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari,
malah menjauhi kandang yang hangat itu."Mereka menganggap saya sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan," kata pria itu pada dirinya sendiri, "dan saya tidak dapat memikirkan cara lain untuk memberitahu bahwa mereka dapat mempercayai saya. Kalau saja saya dapat menjadi seekor burung selama beberapa menit, mungkin saya dapat membawa mereka pada tempat yang aman."

Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi. 
Pria itu berdiri tertegun selama beberapa waktu, mendengarkan bunyi lonceng itu menyambut Natal yang indah.Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata, "Sekarang saya mengerti," bisiknya dengan terisak.
"Sekarang saya mengerti mengapa KAU mau menjadi manusia."

Saudaraku, sering kita mengalami kejenuhan untuk pergi ke Gereja dan merasa tak ada gunanya, semoga cerita di atas ini bisa lebih meneguhkan kita akan pentingnya ke Gereja. 

Jumat, 22 Mei 2015

Pelajaran dari Ban

Seorang anak memperhatikan ayahnya yang sedang mengganti ban mobil mereka. "Mengapa ayah mau repot-repot mengerjakan ini dan tidak memanggil orang bengkel saja untuk mengerjakannya?" tanya si bocah dengan penasaran.

Sang ayah tersenyum. "Sini, nak, kau lihat dan perhatikan. Ada enam hal tentang ban yang bisa kita pelajari untuk hidup kita," katanya sambil menyuruh sang bocah duduk di dekatnya. "Belajar dari ban?"

Mata sang anak membelalak. "Lebih pintar mana ban ini daripada bu guru di sekolah?"

Sang ayah tertawa. "Gurumu tentu pintar, Nak. Tapi perhatikan ban ini dengan segala sifat-sifatnya.

Pertama, ban selalu konsisten bentuknya. Bundar. Apakah dia dipasang di sepeda roda tiga, motor balap pamanmu, atau roda pesawat terbang yang kita naiki untuk mengunjungi kakek-nenekmu. Ban tak pernah berubah menjadi segi tiga atau segi empat."

Si bocah mulai serius. "Benar juga ya, Yah. Terus yang kedua?"


"Kedua, ban selalu mengalami kejadian terberat. Ketika melewati jalan berlubang, dia dulu yang merasakan. Saat melewati aspal panas, dia juga yang merasakan. Ketika ada banjir, ban juga yang harus mengalami langsung. Bahkan ketika ada kotoran hewan atau bangkai hewan di jalan yang tidak dilihat si pengemudi, siapa yang pertama kali merasakannya?" tanya sang ayah.

"Aku tahu, pasti ban ya, Yah?" jawab sang bocah antusias.

"Benar sekali.

Yang ketiga, ban selalu menanggung beban terberat. Baik ketika mobil sedang diam, apalagi sedang berjalan. Baik ketika mobil sedang kosong, apalagi saat penuh penumpang dan barang. Coba kau ingat," ujar sang ayah. Si bocah mengangguk.

"Yang keempat, ban tak pernah sombong dan berat hati menolak permintaan pihak lain. Ban selalu senang bekerja sama. Ketika pedal rem memerintahkannya berhenti, dia berhenti. Ketika pedal gas menyuruhnya lebih cepat, dia pun taat dan melesat. Bayangkan kalau ban tak suka kerjasama dan bekerja sebaliknya? Saat direm malah ngebut, dan saat digas malah berhenti?"

"Wow, benar juga Yah," puji sang bocah sambil menggeser duduknya lebih dekat kepada sang ayah.

"Nah, sifat kelima ban adalah, meski banyak hal penting yang dilakukannya, dia tetap rendah hati dan tak mau menonjolkan diri. Dia biarkan orang-orang memuji bagian mobil lainnya, bukan dirinya."

"Maksud ayah apa?" tanya si bocah bingung.

"Kamu ingat waktu kita ke pameran mobil bulan lalu?" tanya sang ayah disambut anggukan sang bocah.
"Ingat dong, Yah, kita masuk ke beberapa mobil kan?"

"Persis," jawab sang ayah. "Biasanya di show room atau pameran mobil, pengunjung lebih mengagumi bentuk body mobil itu, lalu ketika mereka masuk ke dalam, yang menerima pujian berikutnya adalah interior mobil itu. Sofanya empuk, AC-nya dingin, dashboardnya keren, dll. Jarang sekali ada orang yang memperhatikan ban apalagi sampai memuji ban. Padahal semua kemewahan mobil, keindahan mobil, kehebatan mobil, tak akan berarti apa-apa kalau bannya kempes atau bocor."

"Wah, iya ya, Yah, aku sendiri selalu lebih suka memperhatikan kursi mobil untuk tempat mainanku."

Sang ayah selesai mengganti bannya, dan berdiri menatap hasil kerjanya dengan puas.

"Yang keenam tentang ban adalah, betapa pun bagus dan hebatnya mobil yang kau miliki, atau sepeda yang kau punya, atau pesawat yang kita naiki, saat ban tak berfungsi, kita tak akan bisa kemana-mana. Kita tak akan pernah sampai ke tujuan."

Sang anak mengangguk-angguk.
Sang ayah menuntaskan penjelasannya, "Jadi saat kau besar kelak, meski kau menghadapi banyak masalah dibanding kawan-kawanmu, menghadapi lumpur, aspal panas, banjir, atau tak mendapat pujian sebanyak kawan-kawanmu, bahkan terus menanggung beban berat di atas pundakmu, tetaplah kamu konsisten dengan kebaikan yang kau berikan, tetaplah mau bekerja sama dengan orang lain, jangan sombong dan merasa hebat sendiri, dan yang terpenting, tetaplah menjadi penggerak di manapun kau berada. Itulah yang ayah maksud dengan hal-hal yang bisa kita pelajari dari ban untuk hidup kita."

Rabu, 06 Mei 2015

Penuh Rasa Syukur

Suatu ketika seorang ayah yg kaya raya yg hobi nya berburu sengaja mengajak anaknya mengunjungi sahabat lamanya di pedalaman, dgn maksud memberi pelajaran bagaimana kehidupan orang miskin pada anaknya.

Sambil berburu, merekapun menginap beberapa hari di rumah keluarga petani yg miskin di sebuah dusun di tengah hutan.

Dalam perjalanan pulang sang ayah bertanya pada anaknya, dgn berharap anaknya berpendapat betapa beruntungnya hidup mereka.

"Bagaimana perjalanan kita?"
Jawab sang Anak,
"Oh sangat menarik ayah."

"Kamu melihat bagaimana orang miskin hidup?" Sang ayah bertanya

"Ya ayah", sahut sang anak

"Jadi, apa yg dapat kau pelajari dari perjalanan kita ini?" Tanya sang ayah

Sang anak menjawab,
"Yg saya pelajari kita memiliki satu anjing untuk menjaga rumah kita,
mereka punya banyak anjing untuk berburu.

Kita punya kolam renang kecil di taman, mereka punya sungai yg tiada batas.

Kita punya beberapa lampu untuk menerangi taman kita, mereka punya beribu bintang yg bersinar di malam hari.

Kita memiliki lahan yg kecil untuk hidup, mereka hidup bersama alam yg luas.

Kita punya pembantu untuk melayani kita,
tapi mereka hidup untuk melayani orang lain.

Kita punya pagar yg tinggi untuk melindungi kita,
mereka punya banyak teman yg saling melindungi."

Sang ayah tercengang diam mendengar jawaban anaknya.
Lalu sang anak melanjutkan,
"Terima kasih ayah,
karena ayah telah menunjukkan betapa miskinnya kita."

BUKANKAH INI SUATU SUDUT PANDANG YG MENAKJUBKAN?
BERSYUKURLAH dgn apa yg tlah kita miliki,
jangan pernah risau dgn apa yg tidak kita miliki.

Orang yg penuh rasa syukur, ternyata bukanlah orang yg memiliki se-gala²nya, tapi orang yg dapat memandang kehidupan ini dari sudut pandang yg benar.

”Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”
(1Tesalonika 5:18)