Sepasang burung manyar bertetangga
dengan seekor kera. Manyar sibuk membangun sarang, kera melongok saja di atas
dahan.
Manyar menegurnya,
“Hey kera, kamu kan punya kaki dan tangan untuk bekerja, kenapa kamu tidak membangun rumahmu sendiri?”
“Hey kera, kamu kan punya kaki dan tangan untuk bekerja, kenapa kamu tidak membangun rumahmu sendiri?”
Si kera marah-marah dengan teguran
itu,
“Leluhur kami adalah bala tentara Sri Rama, ditugaskan menyelesaikan pekerjaan orang lain. Tidakkah mereka itu orang-orang ahli?” Lalu kera merobek-robek sarang manyar.
“Leluhur kami adalah bala tentara Sri Rama, ditugaskan menyelesaikan pekerjaan orang lain. Tidakkah mereka itu orang-orang ahli?” Lalu kera merobek-robek sarang manyar.
Manyar mengadukan hal itu kepada
pendeta bijak. Pendeta itu memberi nasihat,
“Jangan dilengkungkan kayu yang tidak selayaknya dilengkungkan!
Jangan dijalankan kereta yang tak beroda!
Jangan sekali-kali pendeta bermurid mereka yang tak selayaknya menjadi murid!
Jangan sekali-kali memberi nasihat kepada mereka yang tidak mau menerima nasihat, sebab tutur anda akan sia-sia!”
“Jangan dilengkungkan kayu yang tidak selayaknya dilengkungkan!
Jangan dijalankan kereta yang tak beroda!
Jangan sekali-kali pendeta bermurid mereka yang tak selayaknya menjadi murid!
Jangan sekali-kali memberi nasihat kepada mereka yang tidak mau menerima nasihat, sebab tutur anda akan sia-sia!”
MAKSUD CERITA:
Manyar menegur kera yang bermalas-malas
tidak mau bekerja,
maksudnya agar kera berubah sifat, menjadi rajin bekerja,
Kera tidak berubah sifat, malahan marah.
maksudnya agar kera berubah sifat, menjadi rajin bekerja,
Kera tidak berubah sifat, malahan marah.
Maksud cerita ini cukup jelas:
Jangan ingin mengubah orang lain menjadi seperti yang anda inginkan.
Ubahlah diri anda sendiri menjadi lebih mudah menerima sesama seperti apa adanya.
Jangan ingin mengubah orang lain menjadi seperti yang anda inginkan.
Ubahlah diri anda sendiri menjadi lebih mudah menerima sesama seperti apa adanya.