Kamis, 14 April 2016

Memberi = Menerima

Ada seorang kaya yang mempunyai 3 orang anak dengan harta sebanyak 19 ekor kerbau. Ketika mendekati ajalnya, dia membagikan warisan kepada ketiga anaknya dengan pesan : 1/2 untuk anak pertama, 1/4 untuk anak kedua, 1/5 untuk anak ketiga. Setelah sang ayah meninggal, ketiga anaknya membagikan kerbaunya sesuai pesan ayah mereka. Tetapi mereka menemukan kesulitan dan keganjilan bahwa masing-masing mereka akan mendapatkan bagian kerbau yang tidak utuh dan masing-masing anak tidak mau mengalah & berusaha mendapatkan bagian utuh, karena harta peninggalan sang ayah berjumlah 19 ekor kerbau. Kabar tentang pertengkaran mereka terdengar oleh seorang bapak miskin yang hanya mempunyai 1 ekor kerbau. Karena prihatin dengan hal tersebut, akhirnya sang bapak menemui mereka, dan bersedia dengan iklas memberikan kerbaunya supaya masing-masing anak mendapat bagian utuh, sehingga jumlah kerbau menjadi 19+1=20. Anak-anak itu setuju dan mereka mulai membagi : Anak pertama mendapat : 1/2 dari 20 ekor = 10 ekor Anak kedua mendapat : 1/4 dari 20 ekor = 5 ekor Anak ketiga mendapat : 1/5 dari 20 ekor = 4 ekor. Demikianlah masing-masing anak mendapatkan bagian yang utuh. Dan totalnya ternyata 10+5+4=19. AJAIB KAN?? Akhirnya tersisa 1 ekor kerbau yang diberikan kembali pada bapak miskin yang bijak tadi. PERCAYALAH... Jika kita memberi dengan iklas untuk menjadi bagian dari solusi, ternyata kita TIDAK KEHILANGAN sesuatu apapun, malah memberi manfaat bagi sesama karena Tuhan lah yang akan menggantikan semua itu. Seperti dalam kasus ini, walaupun sebenarnya sang bapak yang miskin tidak mengharapkan kerbaunya kembali, karena ia sebenarnya telah iklas menjadi bagian dari solusi itu.....!!!! PESAN MORAL : BERAMAL BERARTI TIDAK AKAN MENGURANGI HARTA YANG KITA PUNYA WALAU SEPESERPUN... AJAIB YA!!!! Cobalah dan buktikan !!! Salam ! Selamat beraktifitas..

Minggu, 10 April 2016

Penebang kayu kehilangan kapak

Alkisah, ada seorang penebang kayu. Suatu hari dia kehilangan kapaknya, sehingga dia tidak bisa bekerja. Dia mencurigai tetangganya yang mencuri kapaknya. Pagi itu ketika sang tetangga berangkat & menutupi peralatan kerjanya dengan kain, rasanya kapaknya pasti disembunyikan disana, apalagi tetangga ini senyumnya terasa tidak tulus. Pasti dia pencurinya. Besoknya, tetangganya bahkan terasa jadi ramah berlebihan karena biasanya jarang menyapa, kali ini menyempatkan berbasa-basi. Apalagi dilihat hasil tebangan kayunya dua hari ini banyak sekali, pasti dia menebang menggunakan kapak curiannya. Semakin dipikir semakin yakin. Pada hari ketiga baru disadari ternyata kapaknya tersimpan di laci dapur. Istrinya yg sedang keluar kota menyimpankan disana. Senang benar hatinya karena kapaknya dapat ditemukan kembali. Dia amati lagi tetangganya yang lewat, dan dia merasa tetangga ini tidak berkelakuan seperti pencuri & senyumnya juga tulus-tulus saja. Bahkan percakapannya terasa sangat wajar dan jujur. Dia heran kenapa kemarin dia melihat tetangganya seperti pencuri? Persepsi membentuk kenyataan, pikiran kita membentuk sudut pandang kita. Apa yang kita yakini akan semakin terlihat oleh kita sebagai kenyataan. Sebagai contoh, apapun yang dilakukan orang yang kita cintai adalah baik dan benar. Anak nakal dianggap lucu, kekasih pelit dianggap berhemat, orang cerewet dibilang perhatian, keras kepala dibilang berprinsip & makanan tidak enak dibilang bergizi. Hidup tidak pernah & tidak ada yang adil, tidak ada benar salah, kita ciptakan sudut pandang kita sendiri. Kita menemukan apa yang kita ingin temukan. Apa yang terlihat bukan kenyataan, kenyataan adalah siapa kita & bagaimana kita memandang semuanya itu. Pandangan kita berubah mengikuti perubahan jaman & keadaan.

Rabu, 06 April 2016

Kisah semut & lalat

Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat. “Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar,” katanya. Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka. Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan. Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai. Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka. Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, “Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?” “Oh.., itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita.” Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, “Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?” Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, “Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama.” Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada lebih serius, “Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini.” Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan cara yang berbeda.