Senin, 11 Juni 2012

Fasilitator: Membelajarkan

Fasilitator: Membelajarkan
Apakah artinya membelajarkan? Agar Fasilitator dapat menjalankan peran dan tugasnya secara baik, mari kita mulai dengan mencoba memahami istilah ini.
• Membelajarkan, adalah upaya ‘seseorang’ untuk membantu ‘peserta‘ melakukan kegiatan belajar. Membelajarkan merupakan kegiatan sistematis dan dilakukan secara sengaja oleh seseorang (fasilitator) untuk membantu peserta agar melakukan kegiatan belajar.
• Belajar. Sebagai proses, adalah upaya sadar ‘peserta didik’ untuk melakukan perubahan atau penyesuaian tingkah laku. Sebagai hasil, adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh peserta didik dari kegiatan belajar; perubahan tingkah laku mencakup pengetahuan – sikap – keterampilan (PSK). Belajar bisa juga dilakukan sendiri (tanpa pendidik).
Dalam pembelajaran kita menempatkan umat / peserta sebagai aktor (subyek), umat / peserta bukanlah hanya sasaran atau penerima manfaat pengajaran saja. Seorang praktisi fasilitator memiliki 2 peran utama, yaitu: sebagai salah satu pelaku komunikasi, dan pemberi fasilitas untuk membangun dialog, kerjasama, dan keterlibatan di antara berbagai umat / peserta. 
Sumber belajar bagi seorang fasilitator untuk menjalankan peran tersebut dapat berasal dari beragam pendekatan atau bidang studi (disiplin ilmu). Tugas seorang fasilitator bukanlah untuk mentransfer atau menyebarluaskan informasi, melainkan menggunakan komunikasi informasi untuk meningkatkan partisipasi umat / peserta dalam menggereja. Ini berarti peningkatan kapasitas umat / peserta untuk bisa berpartisipasi secara aktif. 
Pendidikan Orang Dewasa (POD)
Konsep pendidikan orang dewasa (POD) atau adult education merupakan istilah yang berkembang di kalangan universitas sejak tahun 1960-an –khususnya untuk bidang studi pendidikan dan pembangunan dan disebut juga ilmu andragogi (kebalikan dari pedagogi atau ilmu “mengajar anak”). 
Tugas fasilitator pembelajaran hadap masalah adalah mengembangkan proses sebagai berikut:
1. Mulai dari Pengalaman Peserta
Fasilitator mendorong peserta / umat untuk menyampaikan pengalamannya dengan cara menguraikan kembali rincian fakta, unsur-unsur, urutan kejadian, dll. dari kenyataan tersebut. Kemudian menggali tanggapan dan kesan peserta / umat atas kenyataan tersebut.
2. Lakukan Analisis
Fasilitator mendorong peserta / umat untuk menemukan pola dengan mengkaji sebab-sebab dan kaitan-kaitan permasalahan yang ada dalam realitas tersebut.
3. Tarik Kesimpulan
Fasilitator mengajak peserta / umat merumuskan makna realitas tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengertian baru yang lebih utuh, berupa prinsip-prinsip atau kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut.
4. Terapkan
Kemudian fasilitator mengajak peserta / umat merumuskan dan merencanakan tindakan-tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru tersebut, sehingga sangat memungkinkan untuk menciptakan kenyataan-kenyataan baru yang lebih baik. Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum pemahaman baru penemuan baru tersebut dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat “eksperimental”.
Prinsip Fasilitator
Orang dewasa bukanlah ”gelas kosong” yang dengan mudah dapat dituangkan sesuatu ke dalamnya. Orang dewasa kaya pengalaman, punya pendirian dan sikap nilai tertentu. Dalam memfasilitasi pembelajaran dengan orang dewasa di atas, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip pertama; tidak menggurui atau mengajari orang dewasa, tetapi ajaklah mereka BELAJAR bersama, karena:
o Orang dewasa menganggap dirinya mampu BELAJAR sendiri.
o Orang dewasa mampu mengatur dirinya sendiri (mandiri) dan tidak suka diajari apalagi diperintah kecuali jika mereka diberi kesempatan untuk bertanya mengapa? Dan mengambil keputusan sendiri. Sikap yang terkesan mengguruinya akan cenderung ditolaknya, atau dihindarinya.
2. Prinsip Kedua; jangan menyalahkan atau merendahkan pendapat umat / peserta (Orang Dewasa), karena:
o Harga diri sangat penting bagi orang dewasa. Dia menuntut untuk dihargai, terutama menyangkut diri dan kehidupannya.
o Orang dewasa memilki kesadaran akan dirinya dalam menanggapi penilaian orang lain.
3. Prinsip Ketiga; Kembangkan proses belajar dari pengalaman umat / peserta atau hubungkan antara teori dengan kehidupan sehari-hari karena:
o Orang dewasa lebih senang mengobrol dan diskusi pengalaman untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan diri mereka dan lingkungan
o Orang dewasa senang menceritakan pengalamannya dan senang mendengarkan pengalaman orang lain.
4. Prinsip Keempat; Berikan informasi yang memang dibutuhkan peserta / umat, karena:
o Setiap orang dewasa mengontrol proses belajarnya, karena ia selalu punya tujuan pribadi untuk belajar.
o Orang dewasa tidak suka belajar sesuatau yang tidak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari (tidak suka TEORI yang tidak diaplikasikan)
o Orang dewasa cenderung ingin segera menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru.
5. Prinsip Kelima; pertimbangan keterbatasan kemampuan belajar masyarakat (Orang Dewasa), karena kemampuan untuk menyerap informasi juga semakin kurang berdasar usia dan perubahan fisik.
MEMFASILITASI PROSES PEMBELAJARAN
Membelajarkan sebagai Kebalikan Mengajar
Guru bertugas untuk mengajar (teaching), sedang murid bertugas menerima pelajaran (diajar). Metode yang digunakan disebut metode mengajar (pedagogi) yang sifatnya adalah komunikasi searah (dari guru ke murid) sehingga mengembangkan hubungan hirarkis. 
Membelajarkan adalah mendorong peserta / umat untuk belajar dan saling belajar, bukan mengajari. Fasilitator menggunakan metode pembelajaran orang dewasa (andragogi) yang sifatnya adalah komunikasi multiarah (dari peserta / umat ke peserta / umat lainnya, dari fasilitator ke peserta / umat, dan sebaliknya) sehingga mengembangkan proses dialog dan hubungan kesetaraan. Tema-tema belajarnya adalah keseharian, sehingga belajar menjadi relevan dengan kehidupan dan realitas peserta / umat.

“ILMU” SEORANG FASILITATOR: ANTARA TEORI DAN PRAKTEK
Tidak ada cara untuk menjadi seorang fasilitator yang handal, kecuali dengan belajar sambil bekerja secara terusmenerus. Tetapi, belajar dari pengalaman akan menjadi lebih bermakna apabila fasilitator juga belajar dari berbagai sumber yang menyumbang pengetahuan dan ketrampilannya. Cara kita memfasilitasi ditentukan oleh teori yang ada di dalam kepala kita. Kalau kita menggunakan teori komunikasi konvensional, maka umat / peserta akan menjadi OBYEK yang diperlakukan sebagai penerima informasi dari pihak luar. Kalau kita menggunakan teori komunikasi partisipatif, maka peserta / umat adalah SUBYEK dan proses yang dikembangkan adalah dialog dan pertukaran pengetahuan/informasi. pengembangan pendekatan partisipatif. 
Ada 3 hal yang selalu saling berkaitan dalam praktek atau cara kerja kita sebagai seorang fasilitator, yaitu: paradigma dan teori/filosofi pembelajaran yang kita gunakan, metodologi (mencakup pemilihan metode/teknik), serta instrument (mencakup penggunaan media). Kita mungkin juga jangan menjadi seorang penganut teori tertentu secara ‘fanatik’ karena ilmu yang paling relevan dalam menjalankan peran/tugas fasilitator adalah lapangan itu sendiri: umat / peserta dan lingkungan yang menjadi tempat fasilitator berkarya.

FASILITATOR, SELAMAT BERKARYA.
SALUT FASILITATOR..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar