Minggu, 28 September 2014

Pelajaran dari Elang

ELANG merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.

Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal,sehingga sangat menyulitkan saat terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan. Menunggu kematian, atau mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan. Suatu proses transformasi yang panjang nya selama 150 hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang keatas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang, berhenti dan tinggal di sana selama proses transformasi berlangsung.

Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru.

Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu.

Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!

Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani dan mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan.

Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan. Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.

Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan Andalah sang penguasa atas diri Anda. Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita. Anda adalah elang-elang itu. Perubahan pasti terjadi.

Semoga Bermanfaat

Mindset positif

Sblm sang ayah menghembuskan nafas terakhir, dia memberi pesan kpd kedua anaknya:
“Anakku, 2 pesan penting yang ingin ayah sampaikan kepadamu untuk keberhasilan hidupmu. Pertama, jgn pernah menagih piutang kepada siapapun. Ke2, jgn pernah tubuhmu terkena terik matahari secara langsung”

5 thn berlalu, sang ibu menengok anak sulungnya dengan kondisi bisnisnya yang sangat memprihatinkan. Ibu pun bertanya, “Wahai anak sulungku, kenapa kondisi bisnismu demikian?”

Si sulung menjawab, “Saya mengikuti pesan ayah, Bu. Saya dilarang menagih piutang kepada siapapun sehingga banyak piutang yang tidak dibayar dan lama-lama habislah modal saya. Pesan yang kedua ayah melarang saya terkena sinar matahari secara langsung dan saya hanya punya sepeda motor, itulah sebabnya pergi dan pulang kantor saya selalu naik taxi.”

Kemudian sang ibu pergi ke tempat si bungsu yang keadaannya berbeda jauh. Si bungsu sukses menjalankan bisnisnya. Sang ibu pun bertanya, “Wahai anak bungsuku, hidupmu sedemikian beruntung, apa rahasianya?”

Si bungsu menjawab, “Ini karena saya mengikuti pesan ayah, Bu. Pesan yang pertama saya dilarang menagih piutang kepada siapapun. Oleh karena itu saya tidak pernah memberikan utang kepada siapapun sehingga modal saya tetap utuh. Pesan kedua saya dilarang terkena sinar matahari secara langsung, maka dengan motor yang saya punya saya selalu berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam, sehingga para pelanggan tau toko saya buka lebih pagi dan tutup lebih sore.”

Perhatikan...

Si Sulung dan Si Bungsu menerima pesan yang SAMA, namun masing-masing memiliki penafsiran dan sudut pandang atau MINDSET berbeda. Mereka MELAKUKAN cara yang berbeda sehingga mendapatkan HASIL yang berbeda pula. Hati2lah dengan Mindset kita.

Mindset positif memberi hasil menakjubkan, sebaliknya mindset negatif memberikan hasil menghancurkan.

The Choice is Yours
Thinks smart ˆ⌣ˆ

Sabtu, 27 September 2014

Tiada hasil tanpa kerja keras

Dahulu kala di daratan Tiongkok, ada seorang bocah bernama Djang Liang. Ia adalah seorang anak yang cerdas dan memiliki budi pekerti yang luhur. Meski begitu, Djang Liang punya kelemahan. Karena merasa dirinya pintar dan mudah menyerap pelajaran, ia jadi anak yang cenderung pemalas. Hampir tiap hari, ia datang terlambat ke sekolahnya.

Suatu kali, ketika berjalan santai menuju sekolahnya, Djang bertemu dengan seorang kakek tua di sebuah pinggir jembatan. Ia melihat salah satu sepatu kakek itu nyaris tercebur ke dalam sungai kecil di bawah jembatan. Spontan, ia pun mengambilkan sepatu tersebut dan memakaikannya kembali pada si kakek.

Kakek itu tersenyum melihat kepedulian Djang. Maka, beliau mengatakan pada Djang, bahwa dirinya akan memberikan hadiah yang dapat mengubah hidup Djang. Syaratnya, Djang harus datang lebih pagi dari si kakek ke tempat tersebut.

Djang yang memang bercita-cita jadi orang sukses pun menyanggupi pesan si kakek. Keesokan harinya, Djang datang lebih pagi guna menagih janji si kakek. Namun ternyata, kakek itu sudah berada di sana mendahului kedatangan Djang. Karena dianggap terlambat, Djang mendapat wejangan banyak hal agar tidak bermalas-malasan. Ia juga tak mendapat hadiah karena belum memenuhi syarat yang diminta si kakek. Djang lantas berjanji, esoknya akan datang lebih pagi.

Esoknya, Djang memang datang jauh lebih pagi. Ia menyangka, pasti dirinya kali itu akan berhasil mendapat hadiah dari si kakek. Tapi, ia sangat kaget, ternyata si kakek sudah datang saat fajar. Akibatnya, Djang kembali dapat wejangan, dan belum berhasil mendapat hadiah seperti yang diharapkan.

Kesal bercampur penasaran, di hari ketiga, Djang pun bertekad datang jauh lebih pagi. Bahkan, ia sudah bersiap-siap sejak makan malam, untuk datang ke lokasi tersebut. Ia pun menyiapkan bekal dan perlengkapan agar bisa tidur di tempat tersebut, sehingga bisa mendahului si kakek.

Benar, saat datang di malam buta, si kakek belum ada. Ia pun senang, berhasil mendahului kakek. Hingga, tiba-tiba, di pagi hari, si kakek membangunkan dirinya. Si kakek tersenyum puas. “Inilah hadiah yang akan kuberikan sebagai bekal hidupmu kelak. Kau sudah membuktikan, dirimu punya kekuatan tekad yang luar biasa, hingga mengalahkan rasa malasmu. Demi tujuan mendapat hadiah, kamu berani berkorban untuk datang lebih pagi. Jaga sikapmu ini, belajarlah lebih rajin, datanglah lebih awal, bergeraklah lebih cepat, maka akan ada banyak peluang yang bisa diraih untuk masa depanmu,” seru sang kakek bijak.

Djang mengangguk mengerti dan berterima kasih kepada si kakek. Hari itu, ia mendapat “hadiah” hidup dari si kakek. Ia berjanji, akan menuruti nasihat tersebut. Sejak saat itu, DjangLiang akhirnya berhasil meraih lebih banyak prestasi yang luar biasa. Hingga, di usia dewasanya, ia diangkat menjadi panglima di kerajaan.

Kisah Djang memperlihatkan bahwa kecerdasan yang dimiliki, sikap baik yang dipelihara, rupanya belum cukup untuk mengantarnya meraih kesuksesan. Ia harus mengatasi “kelemahan” yang muncul dari dalam diri, yakni sikap malas. Begitu juga kita semua. Di antara banyak potensi yang kita miliki, pasti ada satu dua kelemahan yang harus kita atasi. Dan, untuk itu, kita butuh perlu keras pada diri sendiri. Kita butuh menjadi pribadi luar biasa untuk mengatasi segala kelemahan yang ada. Apalagi, jika kelemahan itu menyangkut pada kondisi mentalitas. Rasa malas, kurang disiplin, tidak bertanggung jawab, suka menunda-nunda pekerjaan, kerja hanya berdasar mood, suka mencuri-curi waktu luang di tengah kesibukan, adalah sikap-sikap negatif, yang biarpun “kecil” jika tidak diatasi segera, akan menjelma jadi “batu sandungan” terhadap setiap langkah menuju sukses kita.

Mari, kita  terus memperbaiki kelemahan yang acap menunda datangnya prestasi. Kerja keras, kerja cerdas, kerja sepenuh hati, maka kita akan jadi manusia “cerdas hidup” yang makin mumpuni.

Mantra Sakti

Alkisah, suatu hari, di sebuah perguruan di puncak bukit, seorang murid yang telah menyelesaikan pelajaran hendak turun gunung mempraktikkan ilmunya di tengah masyarakat. Saat pamit ke gurunya yang terkenal bijaksana, si murid pun meminta wejangan terakhir dari sang guru.

“Guru. Izinkan muridmu berpamitan. Sebelum pergi, murid siap menerima wejangan terakhir dari guru, bagaimana caranya agar muridmu ini bisa sukses dan kelak berguna bagi banyak orang,” mohon si murid dengan hormat.

Sambil tersenyum, sang guru menjawab, “Baiklah. Guru akan menurunkan sebuahmantra sakti agar kamu kelak menjadi sukses. Hapalkan mantra ini: ‘Walbadando Maruskar Silti Lubi’.” Si murid pun langsung menghapalnya dengan cepat.

“Tapi ada TIGA syarat yang harus kamu penuhi agar mantra ini menjadi nyata yaitu, satu: kamu mau bekerja keras, di mana pun dan kapan pun, kedua: tidak boleh mengeluh dalam menghadapai rintangan apa pun, dan ketiga, kamu harus banyak berbuat baik. Jika semua syarat itu bisa kamu laksanakan, maka mantra ini akan mengubah hidupmu. Sekarang pergilah. Sudah cukup ilmu yang kuberikan padamu,” tambah sang guru.

Si murid pun pergi dengan hati senang. Sembari menempuh perjalanan, ia terus menghapal mantra dan berharap keajaiban segera datang dan membuatnya mencapai impian.

Waktu demi waktu pun berlalu. Namun, sebanyak apa pun si murid merapal mantra sakti tersebut, tak ada hal apa pun yang terjadi. Meski agak kesal, ia ingat juga pesan gurunya, bahwa mantra itu hanya akan bekerja jika ia memenuhi ketiga syarat yang diberikan sebelumnya. Maka, si murid pun memilih untuk berkonsentrasi memenuhi ketiga syarat yang diberikan.

Ia bekerja keras di mana pun dan kapan pun. Sehingga banyak orang yang menawarinya pekerjaan. Saat menghadapi kesulitan, ia pun mengingat syarat kedua dari gurunya, yakni tak boleh mengeluh. Selain itu, ia pun mencoba selalu berbuat baik kepada siapa saja.

Setelah sekian lama, pelan tapi pasti, sukses berada dalam genggamannya. Suatu waktu, ia kembali ke daerah dekat tempatnya dulu berguru dan melepas rindu dengan gurunya.

Melihat kedatangan salah satu murid kesayangannya, guru itu pun menyambutnya dengan hangat. “Wahai muridku. Bagaimana perjalananmu selama ini? Apakah kamu sudah mempratikkan semua ilmu yang kuberikan dulu, termasuk mantra sakti itu?”

“Terima kasih Guru, aku sudah menjalankan semua pelajaranmu. Mengenai mantra sakti, maaf guru, muridmu ini justru telah melupakannya,” jawab si murid tersipu.

Sang Guru tersenyum bijak. “Muridku. Guru senang kamu telah mengerti bahwa mantra hanyalah sekadar kata-kata saja. Bukan penentu kesuksesanmu. Yang membuat sukses menjadi kenyataan adalah tiga syarat utamanya: bekerja keras, pantang mengeluh, dan selalu berbuat baik.”

Setiap manusia ingin sukses secara cepat. Karena itu, ketika ada orang atau program yang menawarkan sukses secara instan, banyak orang tertarik. Padahal sejatinya, tidak ada hasil yang diperoleh hanya dengan berpangku tangan. Harus melalui ketiga syarat yang disebutkan tadi yaitu kerja keras, pantang mengeluh dan banyak berbuat baik.

Sedangkan mantra sakti Sang Guru, “Walbadando maruskar silti lubi!” sendiri, merupakan kependekan dari awali bekerja dengan doa dan mau terus berkarya, hasilnya pasti luar biasa!

Mari terus bekerja, pantang mengeluh dan menyerah, terus berbuat baik, landasi dengan doa, maka pintu sukses akan selalu terbuka!