Senin, 25 September 2017

Memberi

Di depan gerbang suatu jembatan di salah satu kota Eropa, duduklah seorang peminta-minta. Ia setiap hari duduk di situ sambil memainkan biolanya yang sudah usang dan menaruh kaleng di depan dia duduk. Dia berharap orang-orang yang lalu lalang merasa iba mendengar gesekan biolanya dan memberinya sedikit uang. Pada suatu hari seorang pria yang berjubah panjang, datang menghampiri pengemis tadi dan meminta agar pengemis itu meminjamkan biola usangnya. Tentu saja pengemis itu menolak, dan berkata "Tidak!! Ini adalah hartaku yang paling mahal!!". Tetapi orang tersebut terus membujuk agar si pengemis mau meminjamkan biolanya, meski hanya untuk sebuah lagu. Akhirnya pengemis buta itu, dengan segan memberikan biola tuanya. Setelah itu, dia mulai memainkan sebuah lagu dengan begitu syahdu. Suara biola yang begitu halus di tangan si pendatang, membuat semua yang lewat berhenti dan mereka mengelilingi si pendatang dan pengemis tersebut. Begitu merdunya lagu dan bagusnya permainan biola si pendatang, membuat semua orang terdiam, terhanyut oleh gesekan biolanya. Si pengemis buta ternganga tanpa dapat berkata-kata. Kaleng yang tadinya kosong kini telah penuh dengan uang. Ternyata tidak cuma satu tapi beberapa lagu dimainkan oleh si pendatang tersebut. Akhirnya iapun harus menyelesaikan permainannya, dan sambil mengucapkan terimakasih, ia mengembalikan biola tersebut kepada si pengemis. Si pengemis dengan berlinang air mata dan gemetar bertanya: "Siapakah anda orang budiman?". Si pendatang tersenyum dan dengan perlahan menyebutkan namanya "Paganini". SANG MAESTRO BIOLA PAGANINI, TELAH MEMBERI BANTUAN SESUAI DENGAN PROFESINYA. Banyak cara bagi kita untuk menjadi seperti "Paganini" dalam memberi pada orang lain.

Minggu, 24 September 2017

Lembah Lolipop

Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati sebuah lembah yang diberi nama Lembah Lolipop karena di lembah itu penuh dengan permen lollipop yang beraneka ragam. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama-sama. Di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak sekali permen lolipop yang berwarni-warni dengan aneka rasa dan rupa. Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka. Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak di depannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya. Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan". Itulah batas akhir lembah Lolipop. Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi banyak orang. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat." Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas karungnya. Ia terhenyak dengan pertanyaan tersebut, ia pun menjawab pertanyaan tersebut: “Emm permennya belum dimakan sama sekali. Saya sibuk mengumpulkan permennya sehingga lupa untuk mencicipi permen tersebut.” Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. "Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali.. Saya memanggil-manggil kamu, tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya." "Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob. "Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama. Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali! " Bib bercerita panjang lebar kepada Bob. "Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama! Setelah itu dia menceritakan juga ada beberapa permen-permen langka yang bisa diambil hanya jika kita tau lokasi permen tersebut. Permen langkanya luar biasa loh. Nah lihatlah ini” Bib memperlihatkan permen langka yang bentuk serta rasanya luar biasa. Yang jika diberi nilai maka nilainya 100 x dari permen biasa. Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah tersebut. Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu. Ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam tas karungnya. Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia." Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali." Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali perjalanannya. Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja. Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob dilembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen dan lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia. Banyak orang yang ketika melihat peluang mereka menjadi serakah dan makin serakah. Seluruh hidupnya terfokuskan untuk mengumpulkan kekayaan.