Minggu, 27 Januari 2013

Rencana Tuhan sering tak terpahami, tapi indah pada saatnya

Sudah sejak lama, Udin menjadi semacam 'tumpuan' para karyawan di kantor untuk soal menyiapkan teh atau kopi beserta snack untuk pagi hari. Udin satu2nya office boy yang dipercaya untuk membuatkan minuman karyawan. Tak ada yang istimewa, hanya saja karena Udin sudah biasa dan tahu persis kebiasaan masing2 karyawan, kentalnya, manisnya, atau pahitnya minuman; kopi atau teh yang dihidangkannya selalu pas buat selera masing2 karyawan sesuai pesanan mereka.

"Kamu sudah menyiapkan kopi buat Boss mu, Din?" tanya Anang salah satu staff di perusahaan.
 "Belum mas, Boss belum datang. Biasanya Boss baru pesan minuman kalau sudah masuk kantor, supaya kopinya masih betul2 panas.." kata Anton enteng.
 "Hemm…gak biasanya boss terlambat datang…" Anang hanya bergumam sendiri dan melanjutkan kerja paginya; Anton si office boy langsung bergerak ke meja2 lainnya menyajikan minuman hangat.

Siapa yang tidak terkejut ketika satu jam kemudian si Boss besar masuk ruangan kantor dengan balutan perban di tangan dan keningnya, dan di bagian bibir kelihatan memar.
 "Lho, kenapa Boss?? Kog…" hampir bersamaan para karyawan bertanya.
 "Hemm….kecelakaan kecil waktu mau berangkat tadi pagi, tapi semua urusan sudah beres, saya tidak apa2…" jawab Boss tenang lalu menggerakkan jari telunjuk sebagai isyarat memanggil semua staff yang hadir untuk berbicara.

"Kecelakaan itu sepenuhnya kesalahan saya; saya melamun waktu mengemudi dan terlambat menyadari ada seorang bapak mendorong gerobak dagangannya di depan saya dan saya menabraknya. Bapak itu sendiri tidak terlalu parah luka2nya; sudah saya bawa ke rumah sakit dan mengantarkannya pulang. Tapi gerobak dan barang dagangannya rusak parah… Saya harus menggantinya…." Si Boss menjelaskan kepada rekan2nya.

"Trus, bagaimana Boss?" Anang, anggota staff yang paling dekat dengan Boss bertanya.
 "Nang, kamu bantu saya untuk belanja, biayanya masukkan ke rekening pribadi saya… Ini daftar list barang2 kelontong untuk mengganti kerusakan gerobak dan isinya. Kalau bisa sebelum jam pulang kantor sudah dapat semua barang2nya karena saya akan mengantarkan sendiri ke rumah bapak tersebut…" si Boss bergerak cepat.

"Udin, sini sebentar…" Boss segera memanggil si office boy ketika melihat Udin masuk.
 "Saya perlu bantuanmu. Ini memang di luar jam kerja, tapi bisakah kamu membantu saya nanti memasukkan barang2 belanjaan ke mobil dan nanti ikut saya ke rumah bapak yang saya tabrak gerobaknya pagi tadi?" minta sang Boss.

"Siap Boss…" Udin tak banyak bicara, ia seperti biasanya selalu siap untuk keperluan2 darurat, kapanpun Bossnya membutuhkan, tak peduli pekerjaan macam apapun. Itulah yang membuat Bos-nya dan hampir seluruh karyawan suka dengan Udin, ringan tangan dan cekatan.
 "Din, kamu tahu daerah belakang Stasiun Kereta Api dekat Pasar lama kan?" tanya si Boss untuk meyakinkan.
 "Kan rumah saya di sekitar situ, Boss. Ya tahu lah sedikit banyak.." Jawab Udin.
 "Emangnya nama bapak itu siapa, kalau saya boleh tahu?" Udin agak penasaran karena ia cukup hapal daerah yang dimaksud.

"Waduh….pak….siapa ya? Pak Tojo…Tojo gitu, saya lupa nama lengkapnya.." si Boss masih berpikir keras untuk mengingat. "Tapi saya masih ingat rumahnya kog…kenapa?" Giliran si Boss keheranan melihat UDin begitu perhatian.
 "Haa…., maksud Boss, pak Sutojo?? Gerobak dagangannya berwarna biru, Boss?? Rumahnya beratap seng yang sebagian baru dan sebagiannya lagi atap seng yang sudah tua; di depan rumahnya ada pohon Sukun??" Udin seperti gelagapan..

"Persis Din, kog kamu tahu??" si Boss seperti terbelalak.
 "Waduh Boss…jangan2 itu bapak saya…." Giliran Udin terduduk lemas. Mendengar hal itu semua karyawan lain terperangah. "Wah, gawat..kena kasus nih Boss kita sama office boy! Bisa sampe ke pengadilan nih…" Anang mencoba berkelakar. Lalu tanpa berpikir dua kali Anang menawarkan untuk ikut menemani sepulang kerja bersama Boss nya.
 "Saya ikut juga Boss, kebetulan tidak ada kesibukan selesai jam kantor.." Fitri juga comment.
 "Saya juga Boss..", "Saya nyusul pake motor.." jawab yang lain…Akhirnya semua karyawan setuju untuk ikut mengunjungi korban yang tak lain ayahnya si Udin. Rasa kekeluargaan yang terjalin antara karyawan seperti mengalahkan segalanya…

Mungkin benar, kecelakaan itu bukanlah sesuatu yang diharapkan; tapi dari situlah orang2 kantor jadi tahu keluarganya si Udin, jadi tahu bahwa rumah orang tuanya berdiri di atas tanah kontrakan, jadi tahu bahwa lantai rumahnya masih beralas tanah, dan tahu beratnya pak Sutojo menghidupi ke lima anaknya dengan berjualan barang2 kelontong dengan gerobak keliling. Bukan karena kecelakaan itu tentu saja; tapi si Boss memutuskan-atas persetujuan karyawan lainnya- untuk menyekolahkan si Udin ke sekolah tehnik dan mengangkatnya sebagai Maintenance di kantor.

"Ada hikmahnya Din, kecelakaan bapakmu ini…" Kata si Anang yang memang suka berkelakar.
 "Iya mas.." Si Udin mengamini. "Tapi semoga tidak terjadi lagi untuk kedua kalinya.." Jawab si Udin membuat semua orang tertawa terbahak2…..

Suasana lingkungan yang baik, relasi yang terjalin dengan baik, perilaku yang baik, bisa mengubah keadaan yang buruk menjadi baik. Tetapi situasi lingkungan dan relasi yang buruk bisa membuat hal2 yang buruk menjadi lebih buruk. Biasakanlah berperilaku baik dan terbuka atas kejadian di sekitar kita; dan kebaikan2 akan bertaburan sebagai rahmat2 yang tersembunyi bagi anda dan orang2 di sekitar anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar