Minggu, 06 Januari 2013

Pewarta Sukacita


Di ujung taman, ada seorang ibu setengah baya yang sedang tertawa dengan begitu lantangnya. Rasaya seluruh jogging track penuh dengan suara tuh ibu doang…J
Sukacita ibu itu mengingatkan saya pada Elizabeth yang begitu penuh sukacita waktu Bunda Maria datang mengunjunginya. Kehadiran Maria begitu membuat Elizabeth bersukacita, sampai-sampai bayi dalam kandungannyapun melonjak kegirangan – padahal Maria belum ngomong apa-apa.
Tiba-tiba hati saya jadi on-fire sendiri. “Yang kayak gini inilah seharusnya para pewarta kita!” pikir saya. Bunda Maria menjadi seorang pewarta sukacita hanya dengan kehadiran dirinya. Tanpa kata-kata apapun, kehadirannya sudah menjadi kabar baik bagi Elizabeth dan bayi Yohanes. If we want to preach and share the Good News, then we have to be a good news to others first. Gimana kita bisa menjadi pewarta kabar baik, kalau kehadiran kita tidak disukai orang lain. Santo Fransiskus Asisi pernah bilang “Preach the Good News, with words if necessary”. Artinya pewartaan pertama-tama bukanlah dengan kata-kata, tapi dengan sikap hidup kita masing-masing. Kalau kita menjadi orang yang penuh sukacita Tuhan, kehadiran kita akan membawa sukacita bagi sesama. Now the issue is: Apakah kehadiran kita menjadi kabar baik bagi orang lain? Bagaimana kita bisa berbagi kabar gembira, kalau kehadiran kita saja sudah tidak dikehendaki orang lain, karena sikap kita yang tidak mencerminkan Kabar Baik itu sendiri… Bunda Maria adalah seorang pewarta sejati karena Ia membawa Yesus dalam dirinya, dan tanpa kata-katapun Ia sudah membagikan sukacita Tuhan. Pernah denger pepatah action speaks louder than words? Mother Mary is the loudest preacher and she is the most genuine preacher of the Good News, because first of all, she preaches with her life! Haleluya!
Artinya semua orang bisa menjadi seorang pewarta sejati seperti Maria, karena jadi pewarta bukan berarti harus berdiri di mimbar untuk mewartakan sukacita Tuhan. Yup, everybody can be a preacher of the joy of Christ: everybody like you and me.
Belajar dari Bunda Maria!
Kaos saya mulai basah kuyup. T-Shirt yang agak longgar mulai nempel di badan karena basah. Sambil melirik ke bawah, saya merasa bangga..he..he.. Sekarang udah ngga jaman six pack guys. Sekarang jamannya One Big Family Pack!
Dan sayapun lanjut, … terpujilah engkau di antara wanita…
(Banyak orang bilang bahwa kalau kita memuji Maria, kita sedang menggantikan Yesus dengan Maria. Siapa bilang? Kalau kita memuji sebuah lukisan, sebetulnya yang sedang kita puji adalah pelukis yang begitu hebat karena bisa menciptakan lukisan yang sungguh indah. Gitu juga dengan memuji Maria. Waktu kita memuji Maria, kita sedang memuji kebesaran Yesus yang dengan hebatNya mencipta dan bekerja dalam diri seorang perempuan muda – bejana yang rapuh namun dipenuhi kuasa Tuhan untuk melahirkan keselamatan dan pengharapan bagi sorga dan dunia!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar