Senin, 16 Juli 2012
Minggu, 08 Juli 2012
Animasi Ekaristi
Dalam rangka peringatan 80 tahun
Keuskupan Bandung dan fokus pastoral Ekaristi Keusukupan Bandung, Panitia
Peringatan 80 tahun Keuskupan Bandung, Komisi Liturgi Keuskupan Bandung dan
ILSKI, menyelenggarakan kursus Animasi Ekaristi. Kursus yang diikuti oleh
sekitar 80 peserta dari paroki2 di Keuskupan Bandung ini berlangsung dari
tanggal 16 April 2012 sd 21 Mei 2012 di Fakultas Filsafat Universitar Katolik
Parahyangan Jl Nias 2 Bandung.
Penulis beruntung menjadi salah
satu peserta dari dua orang peserta warga HTBSPM. Karena kursus ini lebih
menekankan pada hal praktis tentang Liturgi, tentunya peserta mestinya berlatar
belakang Liturgi, yang telah mendalami masalah di lapangan. Terdengar juga,
karena permintaan dan kerinduan umat yang besar untuk meningkatkan kehidupan
liturgi mereka, kursus ini akan di sambung sampai ke daerah-daerah di luar
Bandung.
ANIMASI EKARISTI sendiri artinya
member sukma/roh/jiwa (penjiwaan), atau member ekspresi, gerak, daya hidup pada
Ekaristi. Hal ini dilakukan dengan menggali potensi-potensi jemaat yang sudah
ada dan memunculkan kemungkinan-kemungkinan yang mendukung. Tujuannya agar umat
dapat mengalami dan menarik sukma liturgi, membuat liturgi hidup bagi
orang-orang hidup (umat beriman).
Cara utama untuk mendorong
partisipasi aktif umat dalam perayaan liturgis adalah dengan merayakan liturgy
itu sendiri secara semestinya.Kebingungan, kegelisahan, atau kejengkelan yang
dialami umat ketika mengikuti perayaan liturgis karena ketidak tahuan atau
ketidak taatan pada norma liturgis tentu akan menghalangi peran serta mereka
yang aktif, sadar dan berbuah (actuosa
participation et plena). Kekeliruan ini bisa jadi bersumber pada pengertian
keliru tentang makna kebebasan (bisa berbuat sesuai dengan pengertiannya
sendiri) dan ketidak-pahaman akan makna, nilai sejarah, dasar biblis atau pun
dimensi universal eklesial.
Pada sesi lain juga dibahas
tentang peranan pelayanan petugas awam dalam perayaan Ekaristi. Dari Ritus
Pembuka, Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi serta Ritus Penutup, terlihat bahwa
pelayanan petugas awam sangat berperan dengan tindakan tugas atau tata cara
yang penuh dengan makna dan maksud.
Musik Liturgi atau musik ibadat
adalah musik yang digubah untuk perayaan ibadat suci, dan dari segi bentuknya
memiliki bobot kudus tertentu. Dalam hal ini contohnya adalah lagu Gregorian,
polifoni suci (baik yang kuno maupun modern), musik organ dan alat musik lain
yang telah disahkan. Tentu saja dengan syair-syair yang selaras dengan ajaran
katolik, bahkan terutama hendaklah ditimba dari Kitab Suci dan sumber-sumber
Liturgi.
Perayaan liturgis menjadi lebih
agung bila dirayakan dengan nyanyian di mana berbagai tingkat petugas
menunaikan tugas pelayanannya, dan umat berpartisipasi di dalamnya. Hal ini
akan membuat [1. Dekoratif] doa diungkapkan secara lebih menarik, [2.
Diferensiatif] misteri luiturgi dinyatakan secara lebih jelas, [3. Unitatif]
kesatuan hati dicapai secara lebih mendalam berkat perpaduan suara, [4.
Transcendental] hati lebih mudah dibangkitkan ke atas hal-hal surgawi berkat
keindahan upacara kudus, dan [5. Eskatologis] seluruh perayaan dengan lebih
jelas mempralambangkan liturgi surgawi.
Hal lain yang dibahas juga adalah
bagaimanana menyusun teks misa, bagaimana menyelenggarakan misa bagi remaja dan
anak-anak. Dan semua bagian yang dibahas diberi catatan kreatifnya agar
Ekaristi yang dirayakan menjadi lebih hidup (animasi ekaristi).
Kursus ditutup oleh Rm Vikjen dan
Ketua Komisi Liturgi beserta Pimpinan ILSKI disertai pembagian sertifikat dan
bahan kursus. Terima kasih penyelenggara, kita jadi bisa melihat sisi kreatif
dari suatu perayaan Ekaristi.
Rabu, 04 Juli 2012
Sakramen Penguatan
Sakramen Penguatan yang juga
biasa disebut Sakramen Krisma, merupakan bagian dari 3 serangkai sakramen
inisiasi bersama dengan Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi. Sakramen Baptis
diterimakan oleh Imam atau Diakon tertahbis. Setelah menerima Sakramen Baptis
baru diperkenankan untuk menerima Sakramen Penguatan, yang diterimakan oleh
Uskup atau Imam yang diberi kuasa oleh Uskup, biasanya Vikaris Jendral. Penerimaan
Sakramen Baptis dipusatkan pada baptisan dengan air, sedangkan sakramen
Penguatan atau Krisma dipusatkan pada pengurapan dengan Roh Kudus.
Sakramen Penguatan harus diterima
oleh semua umat Katolik, sebab sakramen ini melengkapi dan menyempurnakan rahmat
Sakramen Baptis yang telah diterimanya. Dalam Sakramen Penguatan diterimakan
pengurapan minyak Krisma, yang melambangkan bahwa mereka telah diikutsertakan
dalam tugas public gereja, yaitu menjadi saksi-saksi Yesus Kristus untuk
mewartakan kabar keselamatan Allah bagi masyarakat dan dunia, baik melalui
perkataan dan perbuatan.
Yang berhak menerima sakramen
Penguatan adalah umat Katolik yang telah diBaptis daan belum menerima sakramen
Penguatan serta sudah dianggap dewasa. Dewasa artinya cukup umur dan imannya.
Bisa jadi seseorang lanjut usia tidak menunjukkan imannya yang dalam dan hidup
rohaninya matang, atau sebaliknya, usia muda tapi memiliki kedalaman iman dan
kematangan hidup rohani. Hal ini kedewasaan ini perlu diperhatikan agar Roh
Kudus dapat berdaya guna bagi yang
menerimanya.
Jadi pengukuran dewasa ini
menjadi sulit karena tolok ukur yang tidak dapat dengan mudah diukurkan. Dalam
Hukum Kanonik Cuma disebutkan usia yang dapat mengguna akal. Dan
keuskupan-keuskupan Regio Jawa mengartikannya sebagai berusia antara 13-15
tahun.
Inti dari Sakramen Penguatan
adalah penumpangan tangan, sebagai tanda pencurahan Roh Kudus, dan pengurapan
minyak Krisma di dahi calon sebagai tanda atau materai rohani yang tak
terhapuskan, tidak dapat diulang, dan berlaku seumur hidupnya.
Mengapa kita perlu menerima Sakramen Penguatan?
“Pengurapan minyak” dapat
diumpamakan dengan memijat dengan balsem. Pijatan itu membersihkan, menenangkan
serta menyembuhkan. Ketika kamu masih kanak-kanak, pernahkah ibumu menggosok
dadamu dengan Vicks Vaporub ketika kamu pilek? Atau mungkin menggosok kakimu
yang keseleo? Kamu akan segera merasa nyaman karena dua hal. Pertama, obat
gosok itu meresap ke dalam kulitmu serta menghangatkan tubuhmu sehingga kamu
merasa nyaman. Kedua, karena kamu menikmati sentuhan dari orang yang
mengasihimu. Sama halnya dalam Sakramen Penguatan. Tuhan menyentuhmu dan
menawarkan kesembuhan bagimu dari segala macam beban yang kamu pikul selama
kamu tumbuh dewasa. Tuhan berkata kepadamu, "Aku tidak akan tinggal jauh darimu,
Aku sungguh memperhatikan kamu karena kamu adalah pribadi yang berharga
bagi-Ku."
Minyak Krisma Sakramen Penguatan
mengundang Roh Kudus agar melindungi kita. Roh Kudus memberi kita kekuatan
serta membimbing kita dalam menyempurnakan persatuan kita dengan Yesus melalui
tubuh-Nya di dunia, yaitu Gereja. Roh Kudus membimbing kita bagaimana menjadi
serupa dengan Kristus.
ASAL-USUL SAKRAMEN PENGUATAN
Apabila kita memahami sakramen
sebagai suatu “bahasa isyarat”, kamu juga dapat memahami bagaimana dan mengapa
sakramen dapat mengadakan perubahan. Hal ini terutama tampak nyata dalam
Sakramen Penguatan. Pesan yang hendak disampaikan melalui Sakramen Penguatan
adalah “Tuhan menghormati kamu dan memberimu kekuatan menghadapi
persoalan-persoalan yang berat.” Tuhan menyatakannya melalui beberapa cara.
Upacara Sakramen Penguatan Krisma merupakan salah satu di antaranya.
Penguatan yang pertama
menggunakan tiga bahasa isyarat yang berbeda: angin, lidah api dan berkata-kata
dalam bahasa asing. Peristiwa tersebut terjadi dalam suatu perayaan Yahudi
kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Perayaan itu disebut Shavuot. Artinya
“Minggu-minggu”. Shavuot dirayakan sekitar tujuh minggu sesudah Hari Raya
Paskah Yahudi. Shavuot disebut juga Pentakosta, yang artinya “lima puluh hari”.
Yaitu semacam perayaan untuk mengucap syukur dan untuk mengenang Tuhan
memberikan Sepuluh Perintah Allah kepada bangsa Israel.
Biasanya, para rasul Yesus pergi
ke Bait Allah untuk menyampaikan persembahan mereka. Tetapi, saat itu mereka
takut kalau-kalau mereka ditangkap seperti Yesus. Karenanya, mereka bersembunyi
di ruangan di mana Yesus merayakan Perjamuan Terakhir-Nya.
Ketika tiba hari Pentakosta,
semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit
suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana
mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang
bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan
Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti
yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. (Kis 2:
1-4)
Ada juga kisah-kisah dalam Kitab
Suci di mana orang secara tiba-tiba berubah. Perubahan tersebut selalu disertai
dengan kobaran semangat, iman dan kesediaan untuk menjadi bagian dari suatu
komunitas iman, yaitu Gereja.
Masing-masing peristiwa tersebut
dikenangkan melalui bahasa isyarat yang berbeda-beda sepanjang sejarah Gereja.
Pada akhirnya, Gereja menetapkan bahasa isyarat yang sekarang dipergunakan
dalam Sakramen Penguatan.
Di masa mendatang, Gereja mungkin
saja mengubah bahasa-bahasa isyarat itu, tetapi pesan yang hendak disampaikan
serta pengaruh yang ditimbulkannya akan tetap sama, yaitu kehadiran Roh Allah.
Makna dan kuasa bahasa isyarat tersebutlah yang terpenting, yaitu kehadiran Roh
Kudus Allah dalam diri kita.
APA YANG DILAKUKAN ROH KUDUS?
Tahukah kamu bagaimana komputer
bekerja? Bagi sebagian orang, keyboard komputer merupakan suatu panel dengan
simbol-simbol dan karakter-karakter yang aneh. Jika kamu tidak tahu apa yang
harus kamu perbuat, ada satu kunci yang perlu kamu ingat, karena kunci ini
termasuk yang paling penting: F1. Dalam sebagian besar program komputer,
apabila kamu mengalami kesulitan, kamu dapat menekan kunci F1 dan segera
HELP window akan muncul menampilkan petunjuk-petunjuk mengenai apa yang harus
kamu lakukan.
Kamu dapat menganggap Roh Kudus
sebagai kunci pribadimu yang menolongmu dalam segala permasalahan hidup. Roh
Kudus tidak saja menunjukkan kepadamu bagaimana melakukan sesuatu, tetapi Ia
juga akan memberimu kekuatan untuk melakukannya.
Sebagai contoh, Yesus berpesan
kepada para rasul-Nya bahwa apabila mereka diserahkan ke pengadilan oleh karena
iman mereka, mereka tidak perlu khawatir akan apa yang harus mereka katakan
untuk membela diri. Roh Kudus sendiri yang akan berkata-kata di dalam mereka.
Hal itu memang benar-benar terjadi kemudian, seperti yang telah dikatakan oleh
Yesus.
Ada suatu singkatan yang menjadi
populer dalam beberapa tahun belakangan ini. WWJD - singkatan dari What Would
Jesus Do? Apa yang akan Yesus lakukan? Yaitu suatu cara yang baik untuk
mempertimbangkan apakah suatu perbuatan itu OK atau akan menyakiti orang lain.
Istilah lain bagi WWJD adalah hati nurani. Hati nurani adalah suatu “suara”
lembut dalam dirimu yang mengatakan “Jangan lakukan, itu dosa” atau “Pergilah
menolong orang itu, ia dalam kesulitan.” Itulah suara Roh Kudus!
Kamu tidak perlu repot-repot
menekan kunci mana pun untuk mendapatkan bantuan seperti itu, karena Roh Kudus
ada dalam kamu dan Ia senantiasa siap sedia menolongmu kapan saja dan di mana
saja kamu berada. Setiap saat kamu membutuhkan pertolongan atau nasehat tentang
apa saja, bertanyalah kepada Roh Kudus. Kemudian tunggu Ia menjawabmu. Jawaban
itu akan datang dalam benakmu, atau melalui orang lain, atau melalui Gereja.
Langganan:
Postingan (Atom)