Dalam rangka peringatan 80 tahun
Keuskupan Bandung dan fokus pastoral Ekaristi Keusukupan Bandung, Panitia
Peringatan 80 tahun Keuskupan Bandung, Komisi Liturgi Keuskupan Bandung dan
ILSKI, menyelenggarakan kursus Animasi Ekaristi. Kursus yang diikuti oleh
sekitar 80 peserta dari paroki2 di Keuskupan Bandung ini berlangsung dari
tanggal 16 April 2012 sd 21 Mei 2012 di Fakultas Filsafat Universitar Katolik
Parahyangan Jl Nias 2 Bandung.
Penulis beruntung menjadi salah
satu peserta dari dua orang peserta warga HTBSPM. Karena kursus ini lebih
menekankan pada hal praktis tentang Liturgi, tentunya peserta mestinya berlatar
belakang Liturgi, yang telah mendalami masalah di lapangan. Terdengar juga,
karena permintaan dan kerinduan umat yang besar untuk meningkatkan kehidupan
liturgi mereka, kursus ini akan di sambung sampai ke daerah-daerah di luar
Bandung.
ANIMASI EKARISTI sendiri artinya
member sukma/roh/jiwa (penjiwaan), atau member ekspresi, gerak, daya hidup pada
Ekaristi. Hal ini dilakukan dengan menggali potensi-potensi jemaat yang sudah
ada dan memunculkan kemungkinan-kemungkinan yang mendukung. Tujuannya agar umat
dapat mengalami dan menarik sukma liturgi, membuat liturgi hidup bagi
orang-orang hidup (umat beriman).
Cara utama untuk mendorong
partisipasi aktif umat dalam perayaan liturgis adalah dengan merayakan liturgy
itu sendiri secara semestinya.Kebingungan, kegelisahan, atau kejengkelan yang
dialami umat ketika mengikuti perayaan liturgis karena ketidak tahuan atau
ketidak taatan pada norma liturgis tentu akan menghalangi peran serta mereka
yang aktif, sadar dan berbuah (actuosa
participation et plena). Kekeliruan ini bisa jadi bersumber pada pengertian
keliru tentang makna kebebasan (bisa berbuat sesuai dengan pengertiannya
sendiri) dan ketidak-pahaman akan makna, nilai sejarah, dasar biblis atau pun
dimensi universal eklesial.
Pada sesi lain juga dibahas
tentang peranan pelayanan petugas awam dalam perayaan Ekaristi. Dari Ritus
Pembuka, Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi serta Ritus Penutup, terlihat bahwa
pelayanan petugas awam sangat berperan dengan tindakan tugas atau tata cara
yang penuh dengan makna dan maksud.
Musik Liturgi atau musik ibadat
adalah musik yang digubah untuk perayaan ibadat suci, dan dari segi bentuknya
memiliki bobot kudus tertentu. Dalam hal ini contohnya adalah lagu Gregorian,
polifoni suci (baik yang kuno maupun modern), musik organ dan alat musik lain
yang telah disahkan. Tentu saja dengan syair-syair yang selaras dengan ajaran
katolik, bahkan terutama hendaklah ditimba dari Kitab Suci dan sumber-sumber
Liturgi.
Perayaan liturgis menjadi lebih
agung bila dirayakan dengan nyanyian di mana berbagai tingkat petugas
menunaikan tugas pelayanannya, dan umat berpartisipasi di dalamnya. Hal ini
akan membuat [1. Dekoratif] doa diungkapkan secara lebih menarik, [2.
Diferensiatif] misteri luiturgi dinyatakan secara lebih jelas, [3. Unitatif]
kesatuan hati dicapai secara lebih mendalam berkat perpaduan suara, [4.
Transcendental] hati lebih mudah dibangkitkan ke atas hal-hal surgawi berkat
keindahan upacara kudus, dan [5. Eskatologis] seluruh perayaan dengan lebih
jelas mempralambangkan liturgi surgawi.
Hal lain yang dibahas juga adalah
bagaimanana menyusun teks misa, bagaimana menyelenggarakan misa bagi remaja dan
anak-anak. Dan semua bagian yang dibahas diberi catatan kreatifnya agar
Ekaristi yang dirayakan menjadi lebih hidup (animasi ekaristi).
Kursus ditutup oleh Rm Vikjen dan
Ketua Komisi Liturgi beserta Pimpinan ILSKI disertai pembagian sertifikat dan
bahan kursus. Terima kasih penyelenggara, kita jadi bisa melihat sisi kreatif
dari suatu perayaan Ekaristi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar