Sabtu, 28 November 2015

Cerita Berantai

Cerita Berantai yang Fatal

1. Sehabis pulang dari sawah, kerbau rebahan din kandang dengan wajah capek dan nafas yang berat. Datanglah anjing. Kerbau lalu berucap :
"Ahh teman lama, aku sungguh capek dan besok mau istirahat sehari".

2. Anjing pergi dan jumpa kucing di sudut tembok, dan berkata :
"Tadi saya jumpa kerbau, dia besok mau istirahat dulu.
Pantaslah, sebab boss kasih kerjaan terlalu berat sih".

3. Kucing lalu cerita ke kambing dan berkata :
"Kerbau komplain boss kasih kerja terlalu banyak & berat. Besok gak mau kerja lagi".

4. Kambing jumpa ayam dan berucap :
"Kerbau gak suka kerja untuk boss lagi, sebab mungkin ada boss lain yang lebih baik".

5. Ayam jumpa monyet dan berkata : "Kerbau gak akan kerja untuk bossnya dan ingin cari kerja di tempat yang lain".

6. Saat makan malam monyet jumpa boss dan berkata :
"Boss, si kerbau akhir-akhir ini sudah berubah sifatnya dan mau meninggalkan boss untuk kerja dengan boss lain."

7. Mendengar ucapan monyet, boss marah besar dan membunuh si kerbau karena dinilai telah mengkhianatinya.

Ucapan asli kerbau :
"SAYA SUNGGUH CAPEK, DAN BESOK MAU ISTIRAHAT SEHARI".

Lewat beberapa teman akhirnya ucapan ini sampai ke boss dan pernyataan kerbau telah berubah menjadi :
"Si Kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan mau meninggalkan boss untuk kerja dengan boss lain".

Sangat baik untuk disimak :

• Ada kalanya suatu ucapan harus berhenti (stop) sampai telinga kita saja. Tidak perlu diteruskan ke orang lain.

• Jangan percaya begitu saja apa yang dikatakan orang lain, meskipun itu orang terdekat kita. Kita perlu check & recheck kebenarannya sebelum bertindak.

• Kebiasaan melanjutkan perkataan orang lain dengan kecenderungan menambahi (mengurangi), bahkan menggantinya berdasarkan PERSEPSI SENDIRI bisa berakibat fatal.

• Bila ragu-ragu akan ucapan seseorang yang disampaikan via orang lain, sebaiknya kita langsung bertanya pada yang bersangkutan.

Bila ingin menyampaikan sesuatu kepada orang lain, baik juga memakai 3 kriteria yang harus dipenuhi :

- Apakah benar?
- Apakah baik?
- Apakah berguna?

Bila semua jawabannya "YA", sampaikanlah

Senin, 02 November 2015

P.U.S.H.

[P.U.S.H. = Pray Until Something Happens!]

Seorang laki-laki sedang tidur di pondoknya ketika kamarnya tiba-tiba menjadi terang, dan nampaklah Sang Juruselamat. Tuhan berkata padanya bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukannya. Lalu Tuhan menunjukkan padanya sebua batu besar di depan pondoknya. Tuhan menjelaskan bahwa ia harus mendorong batu itu dengan seluruh kekuatannya. Hal ini dikerjakan laki-laki itu setiap hari.

Bertahun- tahun ia bekerja sejak matahari terbit sampai terbenam, pundaknya sering menjadi kaku menahan dingin, ia kelelahan karena mendorong dengan seluruh kemampuannya. Setiap malam laki-laki itu kembali ke kamarnya dengan sedih dan cemas, merasa bahwa sepanjang harinya kosong dan tersia-sia.

Ketika laki-laki itu mulai putus asa, si Iblispun mulai mengambil bagian untuk mengacaukan pikirannya "Sekian lama kau telah mendorong batu itu tetapi batu itu tidak bergeming. Apa kau ingin bunuh diri? Kau tidak akan pernah bisa memindahkannnya." Lalu, ditunjukkannya pada laki-laki itu bahwa tugas itu sangat tidak masuk akal dan salah.

Pikiran tersebut kemudian membuat laki-laki itu putus asa dan patah semangat. "Mengapa aku harus bunuh diri seperti ini?" pikirnya. "Aku akan menyisihkan waktuku, dengan sedikit usaha, dan itu akan cukup baik."

Dan itulah yang direncanakan, sampai suatu hari diputuskannya untuk berdoa dan membawa pikiran yang mengganggu itu kepada Tuhan. "Tuhan," katanya "Aku telah bekerja keras sekian lama dan melayaniMu, dengan segenap kekuatannku melakukan apa yang Kau inginkan. Tetapi sampai sekarang aku tidak dapat menggerakkan batu itu setengah milimeterpun. Mengapa? Mengapa aku gagal?'

Tuhan mendengarnya dengan penuh perhatian, "Sahabatku, ketika aku memintamu untuk melayaniKu dan kau menyanggupi, Aku berkata bahwa tugasmu adalah mendorong batu itu dengan seluruh kekuatanmu seperti yang telah kau lakukan. Tapi tidak sekalipun Aku berkata bahwa kau mesti menggesernya. Tugasmu hanyalah mendorong. Dan kini kau datang padaKu dengan tenaga terkuras, berpikir bahwa kau telah gagal. tetapi apakah benar?

Lihatlah dirimu. Lenganmu kuat dan berotot, punggungmu tegap dan coklat, tanganmu keras karena tekanan terus- menerus, dan kakimu menjadi gempal dan kuat. Sebaliknya kau telah bertumbuh banyak dan kini kemampuanmu melebihi sebelumnya. Meski kau belum menggeser batu itu.

Tetapi panggilanmu adalah menurut dan mendorong dan belajar untuk setia dan percaya akan hikmatKu. Ini yang kau telah selesaikan. Aku, sahabatku, sekarang akan memindahkan batu itu." Terkadang, ketika kita mendengar suara Tuhan, kita cenderung menggunakan pikiran kita untuk menganalisa keinginanNya, sesungguhnya apa yang Tuhan inginkan adalah hal-hal yang sangat sederhana agar menuruti dan setia kepadaNya....

Dengan kata lain, berlatih menggeser gunung-gunung, tetapi kita tahu bahwa Tuhan selalu ada dan Dialah yang dapat memindahkannya. Ketika segalah sesuatu kelihatan keliru.... lakukan P.U.S.H. (PUSH = dorong)

Ketika pekerjaanmu mulai menurun.... lakukan P.U.S.H.

Ketika orang-orang tidak berlaku seperti yang semestinya mereka lakukan.... lakukan P.U.S.H.

Ketika uangmu seperti "lenyap" dan tagihan-tagihan mulai harus dibayar.... lakukan P.U.S.H.

P. Pray

U. Until

S. Something

H. Happens

PUSH = Pray Until Something HAPPENS!! (Berdoalah sampai sesuatu terjadi)

Minggu, 01 November 2015

Merendahkan Ajaran

NASIHAT SANG BUDDHA
KETIKA ORANG LAIN MERENDAHKAN AJARAN BUDDHA
Suatu ketika Buddha bersama lima ratus orang siswa-Nya dari satu kota ke kota lain. Mengikuti di belakang rombongan Sang Buddha, dua orang petapa pengembara, yaitu seorang guru dan muridnya. Walaupun keduanya guru dan murid, kedua berbeda pandangan terhadap ajaran Buddha. Selama perjalanan sang guru menghina dan merendahkan ajaran Buddha, sedangkan muridnya berusaha memuji dengan berbagai cara. Perdebatan keduanya berlangsung selama perjalanan hingga akhirnya rombongan Buddha mendapatkan tempat persinggahan untuk beristirahat.
Saat itu para bhikkhu membicarakan tentang kejadian ini dan bagaimana Buddha diam saja walaupun jelas-jelas keduanya yang berdebat tentang ajaran Beliau berada persis di belakang rombongan tersebut.
Ketika Buddha mengetahui pembicaraan tersebut, Beliau berkata:
“Para bhikkhu, jika seseorang menghina-Ku, Dhamma (ajaran Buddha), atau Sangha (perkumpulan para bhikkhu), kalian tidak boleh marah, tersinggung, atau terganggu akan hal itu.
Jika kalian marah atau tidak senang akan penghinaan itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian.
Karena jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, dan kalian marah atau tidak senang, dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka katakan itu benar atau salah?”
“Tidak, Bhagava,” jawab para bhikkhu.
“Jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, maka kalian harus menjelaskan apa yang tidak benar sebagai tidak benar, dengan mengatakan:
‘Itu tidak benar, itu salah, itu bukan jalan kami, itu tidak ada pada kami’.”
“Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian tidak boleh gembira, bahagia, atau senang akan hal itu.
Jika kalian gembira, bahagia, atau senang akan pujian itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian.
Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian harus mengakui kebenaran sebagai kebenaran, dengan mengatakan:
‘Itu benar, itu tepat sekali, itu adalah jalan kami, itu ada pada kami’.”
(Brahmajala Sutta)
Dengan demikian, Buddha mengajarkan agar para pengikut-Nya tidak terbawa emosi positif atau negatif saat seseorang memuji ataupun merendahkan ajaran Beliau, melainkan menjelaskan mana yang benar dan mana yang tidak benar atas pandangan terhadap ajaran Buddha tersebut sehingga dapat membebaskan agama Buddha dari pandangan salah orang-orang yang tidak tahu atas ajarannya.