Sabtu, 06 Juni 2015

Hidup dengan 4 istri

Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang istri.

    Dia mencintai istri yang keempat, dan menganugerahinya harta dan kesenangan yang banyak. Sebab, dialah yang tercantik diantara semua istrinya. Pria ini selalu memberikan yang terbaik buat istri keempatnya ini.

    Pedagang itu juga mencintai istrinya yang ketiga. Dia sangat bangga dengan istrinya ini, dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita ini kepada semua temannya. Namun, ia juga selalu khawatir kalau istrinya ini akan lari dengan pria yang lain.

    Begitu juga dengan istri yang kedua. Ia pun sangat menyukainya. Ia adalah istri yang sabar dan pengertian.
    Kapanpun pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan istrinya ini. Dialah tempat bergantung. Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit.

    Sama halnya dengan istri yang pertama. Dia adalah pasangan yang sangat setia. Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini. Dia lah yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan usaha sangsuami. Akan tetapi, sang pedagang, tak begitu mencintainya. Walaupun sang istri pertama ini begitu sayang padanya, namun, pedagang ini tak begitu mempedulikannya.

    Suatu ketika, si pedagang sakit. Lama kemudian, ia menyadari, bahwa ia akan segera meninggal. Dia meresapi semua kehidupan indahnya, dan berkata dalam hati. "Saat ini, aku punya 4 orang istri. Namun, saat aku meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan jika aku harus hidup sendiri."

    Lalu, ia meminta semua istrinya datang, dan kemudian mulai bertanya pada istri keempatnya. "Kaulah yang paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Nah, sekarang, aku akan mati, maukah kau mendampingiku dan menemaniku? Ia terdiam. "Tentu saja tidak, "jawab istri keempat, dan pergi begitu saja tanpa berkata-kata lagi. Jawaban itu sangat menyakitkan hati. Seakan-akan, ada pisau yang terhunus dan mengiris-iris hatinya.

    Pedagang yang sedih itu lalu bertanya pada istri ketiga.
    "Akupun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini, hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku, dan menemani akhir hayatku? Istrinya menjawab, Hidup begitu indah disini. Aku akan menikah lagi jika kau mati. Sang pedagang begitu terpukul dengan ucapan ini. Badannya mulai merasa demam.

    Lalu, ia bertanya pada istri keduanya. "Aku selalu berpaling padamu setiap kali mendapat masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini, aku butuh sekali pertolonganmu. Kalau ku mati, maukah kau ikut dan mendampingiku? Sang istri menjawab pelan. "Maafkan aku," ujarnya "Aku tak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang kubur saja. Nanti, akan kubuatkan makam yang indah buatmu. Jawaban itu seperti kilat yang menyambar. Sang pedagang kini merasa putus asa.

    Tiba-tiba terdengar sebuah suara. "Aku akan tinggal denganmu. Aku akan ikut kemanapun kau pergi. Aku, tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu. Sang pedagang lalu menoleh ke samping, dan mendapati istri pertamanya disana. Dia tampak begitu kurus. Badannya tampak seperti orang yang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, "Kalau saja, aku bisa merawatmu lebih baik saat ku mampu, tak akan kubiarkan kau seperti ini, istriku."
Renungan :

Teman, sesungguhnya kita punya 4 orang istri dalam hidup ini.

Istri yang keempat, adalah tubuh kita. Seberapapun banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah, semuanya akan hilang. Ia akan pergi segera kalau kita meninggal. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap-Nya.

Istri yang ketiga, adalah status sosial dan kekayaan.
Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain.
Mereka akan berpindah, dan melupakan kita yang pernah memilikinya.

Sedangkan istri yang kedua, adalah kerabat dan teman-teman.
Seberapapun dekat hubungan kita dengan mereka, mereka tak akan bisa bersama kita selamanya.
Hanya sampai kuburlah mereka akan menemani kita.

Dan, teman, sesungguhnya, istri pertama kita adalah jiwa dan amal kita. Mungkin, kita sering mengabaikan, dan melupakannya demi kekayaan dan kesenangan pribadi. Namun, sebenarnya, hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia dan mendampingi kemanapun kita melangkah. Hanya amal yang mampu menolong kita di akhirat kelak.

Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa dan amal kita dengan bijak. Jangan sampai kita menyesal belakangan.
Mumpung masih hidup
Mumpung masih sehat
Mumpung masih longgar
Mumpung masih muda

Rabu, 03 Juni 2015

Nasi gratis dan utang lunas

(Kisah Nyata)

“ Gratis Mbok?? “, heran bertanya si Barjo

“ Ya , kenapa ? Makan aja apa yang kamu suka “

“ wah ..terimakasih mbok. Terimakasih…”

SI Mbok tersenyun riang ketika memperhatikan Barjo , langganannya yang biasa berhutang diwarungnya. Sekarang menyantap makanan dengan lahapnya. Mungkin kali ini pria itu dapat menikmati makanannya dengan tanpa beban. Keringat meleleh dikeningnya.

“ Jo “

“ ya Mbok. Ada apa…apa ini hanya guyonan saja Mbok “ Barjo melongo kearah si Mbok dengan bingung dan mulut yang masih terisi nasi.
Tapi si mbok tetap tersenyum.

“ Ini Catatan Bon kamu ya. ? Tanya si Mbok dengan tersebyum

“ ya Mbok. Aku endak ada duit sekarang. “

“ ya aku tahu. Kamu memang selalu endak ada uang akhir akhir ini. Ya sudah bon kamu aku hapus. “ jawab simbok dengan senyum.

“ Hapus? “ teriak Barjo dengan bengong. “ wah , lelucon apa lagi ini Mbok. Jangan bikin aku jantungan Mbok. Gratis saja aku sudah bingung…lah sekarang bon ku hapus lagi. “

“ ya ..kamu endak perlu jantungan. Terima aja. Aku senang kok” Jawab simbok.

Hari itu ada hampir 40 orang yang datang makan di warung Mbok Mijah. Mereka semua adalah supir bajay , pemulung, pedagang asongan, pengamen jalanan dan tukang minta minta yang biasa nongkrong disudut jalan. Semua menikmati makanan dengan gratis. Bahkan sebagian dari mereka yang punya catatan hutang dinyatakan hapus oleh Simbok. Keceriaan jelas sekali terpancar diwajah si Mbok. Pemandangan tersebut diatas aku saksikan sendiri sambil asik menikmati kopi hangat. Mereka yang datang seakan tidak memperdulikan ku. Tapi tidak ada satupun ekspresi wajah dari mereka yang luput dari perhatianku.

Hari itu memang aku sengaja datang ke warung si Mbok. Si Mbok hampir tidak percaya ketika aku datang pagi pagi. Sebelum pelanggannya datang.

‘ Maksud mas ? “ Tanya siMbok dengan sedikit terkejut.

“ ya Mbok. Aku ingin tahu berapa jumlah penjualan Si mbok bila seluruh makanannya habis terjual.” Tanyaku tanpa memperdulikan keterkejutannya.

“ Rp,. 400 ribu rupiah Den tapi tidak semua simbok terima karena sebagian dihutangin”

“ Ok. Berapa jumlah catatan hutang dari semua pelanggan siMbok “ tanyaku lagi.

“ Ada Rp. 700 ribu “ jawabnya lagi tapi masih bingung.

“ Ok. Nah ini saya kasih uang Rp. 1.500.000. “ kataku sambil memberikan uang itu kepadanya.

“ Ah.Untuk apa ini Mas…” Sekarang benar benar bingung dia.

“ Aku hanya ingin memberikan uang ini kepada SiMbok. Karena dalam keadaan sulit siMbok masih bisa berbuat baik sama orang. SImbok bisa ngutangin orang yang butuh makan walau simbok sendiri tidak tahu kapan orang itu akan membayar.”

Sambil memperhatikan wajahnya yang berseri dalam kebingungan. Kupegang tangannya dan menyerahkan uang itu. “ Nah, apa yang akan siMbok lakukan dengan uang ini “ sambung ku.

“ SiMbok hanya ingin memberi kesempatan semua langganan makan gratis hari ini. Menghapus semua hutang mereka.” Jawabnya

“ Mengapa “ Sekarang aku yang bingung.

“ Simbok orang miskin. Simbok pengen bersedekah tapi endak pernah bisa. Wong hidup juga sulit begini. “ Katanya.

Ketika senja mulai berangkat malam. Aku melangkah menjauhi sudut jalan itu. Aku termenung.

Selama ini kita begitu hebatnya menggunakan retorikan bahwa kita peduli dengan simiskin.Kita marah kepada ketidak adilan.

Tapi kita tidak berbuat banyak. Tapi sebetulnya kehadiran Allah tetap ada dilingkungan simiskin.

Dengan kesehajaan diantara mereka dan cara mereka,mereka berbagi untuk saling peduli. Itu.

Negeri ini kuat karena rahmat Allah yang meniupkan pesan cinta kehati siapapun untuk saling berbagi. Masalahnya ada yang membaca pesan itu dan ada yang tidak membacanya.

Si Mbok adalah contoh pesan cinta Allah, walau sedikit yang dia punya itulah yang dia bagi...dan dia bahagia karena itu.

✅ Memang cinta selalu menyehatkan dan menentramkan walau harus memberi sesuatu yang pada waktu bersamaan sangat membutuhkannya.

✔✔ sebuah Kisah nyata dari seorang dermawan di penghujung Tahun 2008.
~~~