Kamis, 29 Desember 2016

Ilmu Paham

Tingkat terbawah dalam ilmu itu adalah paham. Ini wilayah kejernihan logika berfikir dan kerendahan hati. Ilmu tidak membutakannya, malah menjadikannya kaya.

Tingkat ke dua terbawah adalah kurang paham. Orang kurang paham akan terus belajar sampai dia paham, dia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul-simpul pemahaman yang benar !

Naik setingkat lagi adalah mereka yang salah paham. Salah paham itu biasanya karena emosi dikedepankan, sehingga dia tidak sempat berfikir jernih. Dan ketika mereka akhirnya paham, mereka biasanya meminta maaf atas kesalah-pahamnya. Jika tidak, dia akan naik ke tingkat tertinggi dari ilmu.

Nah, tingkat tertinggi dari ilmu itu adalah gagal paham. Gagal paham ini biasanya lebih karena kesombongan.

Karena merasa berilmu, dia sudah tidak mau lagi menerima ilmu dari orang lain. Tidak mau lagi menerima masukan dari siapapun (baik itu nasehat dll ), atau pilih-pilih hanya mau menerima ilmu (nasehat) dari yang dia suka saja, bukan ilmu yang disampaikan, tapi siapa yang menyampaikan.

Tertutup hatinya.
Tertutup akal pikirannya.
Tertutup pendengarannya.
Tertutup logikanya.

Ia selalu merasa cukup dengan pendapatnya sendiri.

Parahnya lagi ...,

Dia tidak menyadari bahwa pemahamannya yang gagal itu, menjadi bahan tertawaan orang yang paham.

Dia tetap dengan dirinya, dan dia bangga dengan ke gagal pahamannya.

Kok paham ada di tingkat terbawah dan gagal paham di tingkat yang paling tinggi ? Apa tidak terbalik ?

Orang semakin paham akan semakin membumi, menunduk, merendah.

Dia menjadi bijaksana, karena akhirnya dia tahu, bahwa sebenarnya banyak sekali ilmu yang belum dia ketahui, dia merasa seakan-akan dia tidak tahu apa-apa.

Dia terus mau menerima ilmu, darimanapun ilmu itu datangnya.

Dia tidak melihat siapa yang bicara, tetapi dia melihat, apa yang disampaikan!

Dia paham ..., ilmu itu seperti air, dan air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah.

Semakin dia merendahkan hatinya, semakin tercurah ilmu kepadanya.

Sedangkan gagal paham itu ilmu tingkat tinggi, dia seperti balon gas yang berada di atas awan.

Dia terbang tinggi dengan kesombongannya, memandang rendah ke-ilmuan lain yang tak sepaham dengannya. Dan merasa akulah kebenaran ... !!!

Masalahnya, dia tidak mempunyai pijakan yang kuat, sehingga mudah ditiup angin, tanpa mampu menolak.
Sering berubah arah, tanpa kejelasan yang pasti.

Akhirnya dia terbawa kemana-mana sampai terlupa jalan pulang, dia tersesat dengan pemahamannya dan lambat laun akan dibinasakan oleh kesombongannya.

Dia akan mengakui kegagal pahamannya, dengan penyesalan yang amat sangat dalam.

Jadi yang perlu diingat, akal akan berfungsi dengan benar, ketika hati kita merendah. Ketika hati kita meninggi, maka ilmu juga-lah yang akan membutakan si pemilik akal.

Ternyata di situlah kuncinya.

Lidah orang bijaksana, berada didalam hatinya, dan tidak pernah melukai hati siapapun yang mendengarnya, tetapi hati orang dungu, berada di belakang lidahnya, selalu hanya ingin perkataannya saja yang paling benar dan harus didengar  !!!

Ilmu itu open ending

Jadi kalau ada orang yang merasa sudah tahu segalanya, berarti dia tidak tahu apa-apa !!!

Senin, 26 Desember 2016

Kisah Tikus Berantai

Seekor tikus mengintip di balik celah di tembok untuk mengamati sang petani dan istrinya, saat membuka sebuah bungkusan. Ada mainan pikirnya. Tapi dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Lari kembali ke ladang pertanian itu, tikus itu menjerit memberi peringatan, “Awas ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati ada perangkap tikus di dalam rumah!”

Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruki tanah, mengangkat kepalanya dan berkata. ‘Ya, maafkan aku Pak Tikus. Aku tahu memang ini masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tidak ada masalah. Jadi jangan buat aku sakit kepala lah.”

Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing. Katanya, “Ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di dalam rumah!”

‘Wah aku menyesal dengan kabar ini.” Si kambing menghibur dengan penuh simpati. “Tetapi tidak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali berdo’a. Yakinlah, kamu senantiasa ada dalam do’a-do’aku!”

Tikus kemudian berbelok menuju si lembu.
‘Oh! Sebuah perangkap tikus?” jadi saya dalam bahaya besar ya?” kata lembu sambil ketawa, berteleran air liur.

Jadi tikus itu kembalilah ke rumah dengan kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian. Ia merasa sungguh-sungguh sendiri.

Malam tiba, dan terdengar suara bergema di seluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berjaya menagkap mangsa. Istri petani berlari melihat apa saja yang terperangkap. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular itu sempat mematok tangan istri petani itu. Petani iktu bergegas membawanya ke rumah sakit.

Si istri kembali ke rumah dengan tubuh mungil, demam. Dan sudah menjadi kebiasaan, setiap orang sakit demam, obat pertama adalah memberikan sup ayam segar yang hangat. Petani itupun mengasah pisaunya, dan pergi ke kandang, ,mencari ayam untuk bahan supnya.

Tapi, bisa itu sungguh jahat, si istri tak kunjung sembuh. Banyak tetangg yang datang membesuk dan tamupun tumpah ruah ke rumahnya. Iapun harus menyiapkan makanan, dan terpaksa kambing di kandang itu dijadikan gulai. Tapi itu tidak cukup, bisa itu tak dapat taklukan. Si istri mati, dan berpulh orang datang untuk mengurus pemakaman, juga selamatan. Tak ada cara lain, lembu di kandang itupun dijadikan panganan untuk puluhan rakyat dan peserta selamatan,

Kawan, apabila kamu dengar ada seseorang yang menghadapi masalah dan kamu pikir itu masalah itu tidak ada kaitannya dengan kamu, ingatlah bahwa apabila ada “perangkap tikus” di dalam rumah, seluruh “ladang pertanian” ikut menanggung resikonya. Sikap mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan daripada kebaikanya.

Rabu, 21 Desember 2016

Bosan Hidup

Seorang pria mendatangi Gurunya,
"Guru, saya bosan hidup. Rumah tangga berantakan. Usaha kacau, lingkungan begitu kejam.
Saya ingin mati."

Sang Guru tersenyum,
"Oh, kamu sakit. Dan penyakitmu pasti bisa sembuh."
"Tidak Guru, tidak. Saya tidak ingin hidup," tolak pria itu.
"Baiklah. Ambil racun ini. Minum setengah botol malam ini, sisanya
besok sore jam 6. Jam 8 malam kau akan mati dengan tenang."

Pria itu bingung. Setiap Guru yang ia datangi selalu memberikannya semangat hidup, tapi yang ini malah menawarkan racun.

Sampai rumah, ia minum setengah botol racun. Ia memutuskan makan malam dengan keluarga di restoran mewah yang sudah lama tak
pernah ia lakukan. Untuk
meninggalkan kenangan manis, ia pun bersenda gurau dengan riang.
Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu."
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar & melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk jalan
pagi. Pulang ke rumah, istrinya masih tidur. Ia pun membuat 2 cangkir
kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Istrinya merasa aneh,
"Sayang, apa yang terjadi? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku ya?"

Di kantor, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?" Ia menjadi lebih toleran, apresiatif terhadap pendapat berbeda.

Ia mulai menikmatinya.
Pulang jam 5 sore, ternyata istrinya menungguinya. Sang istri menciumnya,
"Sayang, sekali lagi mohon maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkanmu." Anak-anak kembali berani bermanjaan padanya.

Tiba-tiba, ia merasa hidup begitu indah. Ia mengurungkan niatnya
untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan racun yang sudah ia minum?

Bergegas ia mendatangi sang Guru,
"Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Bila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut
dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu. Jadilah toleran terhadap kesalahan kecil. Dan memaafkan setiap kesalahan besar & selalu bersyukurlah!! Itulah rahasia kebahagiaan, itulah rahasia kehidupan"

Bahagia bukan pilihan tapi telah ada dalam dirimu sebagai anugerah Illahi.

Senin, 19 Desember 2016

Gandhi dan Professor

Dulu ketika Gandhi sedang belajar 'hukum'  di University College, London, ada seorang professor yang bernama Peter, yang kurang menyukai Gandhi.

Suatu hari ketika Prof. Peter sedang makan siang di kantin kampus, Gandhi datang dan duduk di sampingnya sambil membawa makan siangnya.

Prof. Peter berkata, "Gandhi, apakah anda tidak mengerti bahwa seekor babi dengan seekor burung tidak duduk berdampingan untuk makan?"

Gandhi bagai orang tua yang menatap anak nakal menjawab, "Jangan khawatir Prof. Saya akan segera terbang" dan Gandhi segera ngeloyor ke meja lainnya.

Muka Prof. Peter memerah penuh kemarahan & memutuskan untuk balas dendam.

Hari berikutnya di dalam kelas dia sengaja mengajukan pertanyaan ke Gandhi: "Gandhi, andai kamu sedang berjalan tiba-tiba menemukan paket berisi satu tas penuh uang dan satu tas penuh dengan kebijaksanaan; Mana yang kamu ambil?"

Tanpa ragu Gandhi menjawab "Ya uang lah."

Prof. Peter tersenyum sinis dan berkata "Jika itu aku, maka aku akan mengambil kebijaksanaan."

Gandhi menjawab: "...seseorang itu mengambil apa yang tidak dia punya."

Prof. Peter hilang akal, tidak bisa berkata apa-apa. Dengan penuh kemarahan dia menulis kata "idiot" pada lembar jawaban ujian Gandhi dan  memberikan ke Gandhi.

Gandhi mengambil dan duduk sambil berusaha keras tetap tenang.

Beberapa menit kemudian Gandhi berdiri dan menghampiri sang professor seraya berkata dengan sangat sopan, "Prof. Peter, Anda hanya menanda tangani lembar jawaban saya tapi belum memberi nilai." �

Bersikaplah tenang dan bijak apabila ada orang yang membenci kita. Sebab semakin dia membenci kita semakin banyak kebodohan yang akan dibuatnya.

Di dalam dunia yang penuh dengan kompetisi, ingatlah untuk tetap rendah hati sehingga kejadian berikut ini bisa terjadi :

"First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win." (Mahatma Gandhi)

Burung Perak Burung Emas

Ada seorang penebang kayu, setiap hari ke gunung mencari kayu bakar, hari demi hari berlalu, hidup dalam kesederhanaan.

Pada suatu hari, ketika penebang kayu naik ke gunung seperti biasa, ia melihat seekor burung perak yang terluka. Sekujur badan burung perak dibaluti dengan bulu berwarna perak yang gemerlap, dengan gembira sang penebang kayu berkata : “Wah! Seumur hidup belum pernah saya melihat burung yang begitu indah!” Lalu, burung itu pun dibawa pulang olehnya, dan dengan telaten mengobati luka si burung perak.

Selama proses penyembuhan, burung perak selalu berkicau setiap hari untuk penebang kayu, sang penebang pun hidup dalam sukacita setiap hari. Suatu hari, tetangga melihat burung perak penebang kayu, lalu memberitahu penebang kayu kalau ia pernah melihat burung emas. Burung emas jauh lebih indah ribuan kali daripada burung perak, selain itu juga kicauannya lebih merdu daripada burung perak. Mendengar itu, penebang kayu tampak merenung, ternyata ada burung emas ya!?

Sejak itu, pikiran penebang kayu hanya terpaku pada burung emas, tidak lagi mendengar kicauan burung perak yang jernih melengking, dan hari-hari yang dilewati pun semakin tidak bahagia. Suatu hari, si penebang kayu duduk di teras, memandangi mentari senja, sambil membayangkan seperti apakah indahnya burung emas itu ?

Saat itu, burung perak mulai sembuh dari lukanya, dan berencana hendak pergi. Burung perak terbang rendah menghampiri penebang kayu, lalu berkicau menyanyikan lagu terakhir untuk penebang kayu. Usai mendengar kicauan burung perak, penebang kayu berkata dengan nada kecewa : “Meskipun suaramu bagus, tapi tidak bisa dibandingkan dengan burung emas. Mekipun bulu kamu indah, tapi tak seindah burung emas.”

Seusai bernyanyi, burung perak pamit sambil berputar tiga lingkaran di sisi penebang kayu, terbang menuju ke arah mentari senja. Penebang kayu memandangi burung perak yang terbang menjauh, tiba-tiba ia melihat burung perak itu berubah menjadi burung emas yang indah di bawah temarat cahaya mentari senja! Ternyata burung emas yang dilihat tetangganya itu adalah burung perak di bawah pancaran sinar mentari senja! Burung emas yang diimpikannya itu ada di sana, tapi burung emas itu telah terbang jauh, jauh, semakin jauh, da tidak akan pernah kembali lagi.

Orang-orang dekat Anda yang selalu memberikan perhatian untuk Anda itu mungkin adalah isteri, suami, teman, bawahan Anda dan sebagainya. Mungkin karena sudah lama selalu bersama, Anda telah melupakan kehadirannya, bahkan sudah menjadi biasa, atau bahkan seperti sang penebang kayu, ingin mencari seekor burung emas yang lebih bagus daripada burung perak. Namun, ketika burung perak terbang menjauh, baru Anda sadari ternyata burung emas itu adalah burung perak yang setiap hari selalu berada di sisi anda.

Rabu, 07 Desember 2016

Menyangkut Diri Sendiri

Ada seorang yang membuka bisnis kebun binatang.

Di pintu masuknya, dia pasang  tarif ticket 30 dolar/orang tp tdk ada 1 orangpun yg masuk.....

Karena beberapa lama  tidak ada pengunjung maka harga ticketpun ia  turunkan menjadi 20dolar dan tetap tidak 1 orangpun mau masuk....

Dikarenakan masih tidak tidak ada juga pengunjung akhirnya ia kembali turunkan tarif ticket menjadi 10 dolar dan tetep tidak ada pengunjung yang masuk !!

Akhirnya di tulislah pengumuman:
*"MASUK GRATIS"*
Kemudian banyak org yang rebutan masuk.

Ketika pengunjung di dalam penuh, si  owner ini membuka semua pintu kandang binatang buas Singa..., Harimau..., Serigala..., Ular.... & pintu keluarnya sudah di Kunci !

(Lalu Di pintu keluar di tulis:
*"Keluar Bayar 500 dolar !!"*

Banyak orang berebut bayar..