Kamis, 28 Mei 2015

Murid Nakal, Kepala Sekolah dan Pemilik Kebun


Seorang murid sekolah yang sangat nakal dan sering membolos dari sekolah, suatu saat berencana untuk mengambil dan memetik buah-buahan dari suatu kebun tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Pemilik kebun ini, di setiap musim panen, selalu membanggakan hasil panennya yang sangat baik. Pada musim semi, dia bisa menunjukkan bunga-bunga yang mekar pada pohonnya dan di musim gugur dia bisa memetik apelnya yang telah ranum.

Suatu hari, pemilik kebun ini melihat murid sekolah ini dengan sembarangan memanjat pohon buah dan menjatuhkan buah-buahan yang telah masak maupun belum masak. Murid nakal ini bahkan mematahkan dahan-dahan pohon, dan melakukan begitu banyak kerusakan sehingga pemilik kebun ini mengirimkan laporan berisikan keluhan kepada kepala sekolah di mana anak tersebut bersekolah. Kepala sekolah ini datang segera ke kebun tersebut dan membawa murid-murid yang lain di belakangnya. Kepala sekolah ini ingin memarahi dan menghukum murid nakal tersebut dan memberikan contoh kepada murid lainnya bahwa setiap perbuatan yang nakal, akan mendapatkan hukuman. Tetapi apa yang terjadi? rencana kepala sekolah tersebut menjadi berantakan dan malah memperparah keadaan, karena saat murid-murid yang lain melihat pohon apel yang telah ranum, mereka langsung menyerbu ke kebun dan memanjat pohon serta memetik buah apel dari pohon.

Tindakan yang dianggap bijaksana, belum tentu bijak.

Minggu, 24 Mei 2015

Mengapa ke gereja

Ada 3 cerita dari berbagai sumber yang akan membuat kita terinspirasi untuk ke Gereja, rumah Tuhan yang selalu menantikan kehadiran kita.



Cerita 1

Seorang Katolik menulis surat kepada Editor sebuah surat kabar dan mengeluhkan kepada para pembaca bahwa dia merasa sia-sia pergi ke gereja setiap minggu.
Tulisnya, "saya sudah pergi ke gereja selama 30 tahun. Dan selama itu saya telah mendengar 3000 khotbah. Tapi selama hidup saya tidak bisa mengingat satu khotbah pun. Jadi saya rasa saya telah memboroskan begitu banyak waktu, demikian pun para pastor itu telah memboroskan waktu mereka dengan khotbah-khotbah itu." Surat itu menimbulkan perdebatan yang hebat dalam kolom pembaca. Perdebatan itu berlangsung berminggu-minggu sampai akhirnya ada seseorang yang menulis demikian: 

"Saya sudah menikah selama 30 tahun. Selama ini istri saya telah memasak 32.000 jenis masakan.
Selama hidup saya tidak bisa mengingat satu pun jenis masakan yang dibuat istri saya. Tapi saya tahu bahwa masakan-masakan itu telah memberi saya kekuatan yang saya perlukan untuk bekerja. Seandainya istri saya tidak memberikan makanan itu kepada saya, maka saya sudah lama meninggal."

Sejak itu tak ada lagi komentar tentang khotbah.



Cerita 2

Nenek Granny sedang menyambut cucu-cucunya pulang dari sekolah. Mereka adalah anak-anak muda yang sangatcerdas dan sering menggoda nenek mereka.
Kali ini, Tom mulai menggoda dia dengan berkata, "Nek, apakah nenek masih pergi ke gereja pada Hari minggu?"
"Tentu!" jawab Neneknya
"Apa yang nenek peroleh dari gereja? Apakah nenek bisa memberitahu kami tentang Injil minggu lalu..?"
"Tidak, nenek sudah lupa. Nenek hanya ingat bahwa nenek menyukainya. "
"Lalu apa isi khotbah dari pastor?"
"Nenek tidak ingat. Nenek sudah semakin tua dan ingatan nenek melemah. Nenek hanya ingat bahwa ia telah memberikan khotbah yang memberi kekuatan,
nenek menyukai khotbah itu."
Tom menggoda, "Apa untungnya pergi ke gereja jika nenek tidak mendapatkan sesuatu dariNya?" Nenek itu terdiam oleh kata-kata itu Dan ia duduk disana termenung. Anak-anak tampak malu. Kemudian nenek itu berdiri dan keluar dari ruangan tempat mereka semua duduk, dan berkata, "Anak-anak, ayo ikut nenek ke dapur." Ketika mereka tiba di dapur, dia mengambil tas rajutan dan memberikannya kepada Tom sambil berkata, "Bawalah ini ke mata air, isilah dengan air, lalu bawa kemari"
"Nenek, apa nenek tidak sedang melucu? Air didalam tas rajutan....!
"Nek, apa ini bukan lelucon?" tanya Tom.
"Tidak.., lakukanlah seperti yang kuperintahkan. Saya ingin memperlihatkan kepadamu sesuatu."
Maka Tom berlari keluar dan dalam beberapa menit ia kembali dengan tas yang bertetes air.
"Lihat,nek," katanya. "Tidak Ada air di dalamnya."
"Benar," kata nenek. "Tapi lihatlah betapa bersihnya tas itu sekarang.
Anak-anak, tidak pernah kamu ke gereja tanpa mendapatkan sesuatu yang baik, meskipun kamu tidak mengetahuinya. "


Cerita 3

KISAH NATAL

Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal sebagai sebuah takhyul belaka. Dia bukanlah orang yang kikir. Dia adalah pria yang baik hati dan tulus, setia kepada keluarganya dan bersih kelakuannya terhadap orang lain.
Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Kristus yang diceritakan di setiap gereja pada Hari Natal. Dia sunguh-sungguh tidak percaya.
"Saya benar-benar minta maaf jika saya membuat kamu sedih," kata pria itu kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja.
"Tapi saya tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau menjadi manusia. Itu adalah hal yang tidak masuk akal bagi saya "
Pada malam Natal, istri dan anak-anaknya pergi menghadiri kebaktian tengah malam di gereja. Pria itu menolak untuk menemani mereka.
"Saya tidak mau menjadi munafik," jawabnya.
"Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan menunggumu pulang."
Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun. Ia melihat keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu berjatuhan. Lalu ia kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca surat kabar. Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan. Bunyi itu terulang tiga kali. Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju ke arah jendela rumahnya. Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk memeriksanya, ia menemukansekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin. Mereka telah terjebak dalam badai salju dan menabrak kaca jendela ketika hendak mencari tempat berteduh. Saya tidak dapat membiarkan makhluk makhluk kecil itu kedinginan di sini, pikir pria itu. Tapi bagaimana saya bisa menolong mereka?
Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni anak-anaknya. Kandang itu pasti dapat memberikan tempat berlindung yang hangat. Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan pergi ke kandang kuda tersebut. Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan lampunya. Tapi burung-burung itu tidak mau masuk kedalam.Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk, pikirnya. Jadi ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti dan menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah kandang. Tapi ia sungguh terkejut. Burung-burung itu tidak menghiraukan remah remah roti tadi dan terus melompat-lompat kedinginan di atas salju. Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing menggiring domba, tapi justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari,
malah menjauhi kandang yang hangat itu."Mereka menganggap saya sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan," kata pria itu pada dirinya sendiri, "dan saya tidak dapat memikirkan cara lain untuk memberitahu bahwa mereka dapat mempercayai saya. Kalau saja saya dapat menjadi seekor burung selama beberapa menit, mungkin saya dapat membawa mereka pada tempat yang aman."

Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi. 
Pria itu berdiri tertegun selama beberapa waktu, mendengarkan bunyi lonceng itu menyambut Natal yang indah.Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata, "Sekarang saya mengerti," bisiknya dengan terisak.
"Sekarang saya mengerti mengapa KAU mau menjadi manusia."

Saudaraku, sering kita mengalami kejenuhan untuk pergi ke Gereja dan merasa tak ada gunanya, semoga cerita di atas ini bisa lebih meneguhkan kita akan pentingnya ke Gereja. 

Jumat, 22 Mei 2015

Pelajaran dari Ban

Seorang anak memperhatikan ayahnya yang sedang mengganti ban mobil mereka. "Mengapa ayah mau repot-repot mengerjakan ini dan tidak memanggil orang bengkel saja untuk mengerjakannya?" tanya si bocah dengan penasaran.

Sang ayah tersenyum. "Sini, nak, kau lihat dan perhatikan. Ada enam hal tentang ban yang bisa kita pelajari untuk hidup kita," katanya sambil menyuruh sang bocah duduk di dekatnya. "Belajar dari ban?"

Mata sang anak membelalak. "Lebih pintar mana ban ini daripada bu guru di sekolah?"

Sang ayah tertawa. "Gurumu tentu pintar, Nak. Tapi perhatikan ban ini dengan segala sifat-sifatnya.

Pertama, ban selalu konsisten bentuknya. Bundar. Apakah dia dipasang di sepeda roda tiga, motor balap pamanmu, atau roda pesawat terbang yang kita naiki untuk mengunjungi kakek-nenekmu. Ban tak pernah berubah menjadi segi tiga atau segi empat."

Si bocah mulai serius. "Benar juga ya, Yah. Terus yang kedua?"


"Kedua, ban selalu mengalami kejadian terberat. Ketika melewati jalan berlubang, dia dulu yang merasakan. Saat melewati aspal panas, dia juga yang merasakan. Ketika ada banjir, ban juga yang harus mengalami langsung. Bahkan ketika ada kotoran hewan atau bangkai hewan di jalan yang tidak dilihat si pengemudi, siapa yang pertama kali merasakannya?" tanya sang ayah.

"Aku tahu, pasti ban ya, Yah?" jawab sang bocah antusias.

"Benar sekali.

Yang ketiga, ban selalu menanggung beban terberat. Baik ketika mobil sedang diam, apalagi sedang berjalan. Baik ketika mobil sedang kosong, apalagi saat penuh penumpang dan barang. Coba kau ingat," ujar sang ayah. Si bocah mengangguk.

"Yang keempat, ban tak pernah sombong dan berat hati menolak permintaan pihak lain. Ban selalu senang bekerja sama. Ketika pedal rem memerintahkannya berhenti, dia berhenti. Ketika pedal gas menyuruhnya lebih cepat, dia pun taat dan melesat. Bayangkan kalau ban tak suka kerjasama dan bekerja sebaliknya? Saat direm malah ngebut, dan saat digas malah berhenti?"

"Wow, benar juga Yah," puji sang bocah sambil menggeser duduknya lebih dekat kepada sang ayah.

"Nah, sifat kelima ban adalah, meski banyak hal penting yang dilakukannya, dia tetap rendah hati dan tak mau menonjolkan diri. Dia biarkan orang-orang memuji bagian mobil lainnya, bukan dirinya."

"Maksud ayah apa?" tanya si bocah bingung.

"Kamu ingat waktu kita ke pameran mobil bulan lalu?" tanya sang ayah disambut anggukan sang bocah.
"Ingat dong, Yah, kita masuk ke beberapa mobil kan?"

"Persis," jawab sang ayah. "Biasanya di show room atau pameran mobil, pengunjung lebih mengagumi bentuk body mobil itu, lalu ketika mereka masuk ke dalam, yang menerima pujian berikutnya adalah interior mobil itu. Sofanya empuk, AC-nya dingin, dashboardnya keren, dll. Jarang sekali ada orang yang memperhatikan ban apalagi sampai memuji ban. Padahal semua kemewahan mobil, keindahan mobil, kehebatan mobil, tak akan berarti apa-apa kalau bannya kempes atau bocor."

"Wah, iya ya, Yah, aku sendiri selalu lebih suka memperhatikan kursi mobil untuk tempat mainanku."

Sang ayah selesai mengganti bannya, dan berdiri menatap hasil kerjanya dengan puas.

"Yang keenam tentang ban adalah, betapa pun bagus dan hebatnya mobil yang kau miliki, atau sepeda yang kau punya, atau pesawat yang kita naiki, saat ban tak berfungsi, kita tak akan bisa kemana-mana. Kita tak akan pernah sampai ke tujuan."

Sang anak mengangguk-angguk.
Sang ayah menuntaskan penjelasannya, "Jadi saat kau besar kelak, meski kau menghadapi banyak masalah dibanding kawan-kawanmu, menghadapi lumpur, aspal panas, banjir, atau tak mendapat pujian sebanyak kawan-kawanmu, bahkan terus menanggung beban berat di atas pundakmu, tetaplah kamu konsisten dengan kebaikan yang kau berikan, tetaplah mau bekerja sama dengan orang lain, jangan sombong dan merasa hebat sendiri, dan yang terpenting, tetaplah menjadi penggerak di manapun kau berada. Itulah yang ayah maksud dengan hal-hal yang bisa kita pelajari dari ban untuk hidup kita."

Rabu, 06 Mei 2015

Penuh Rasa Syukur

Suatu ketika seorang ayah yg kaya raya yg hobi nya berburu sengaja mengajak anaknya mengunjungi sahabat lamanya di pedalaman, dgn maksud memberi pelajaran bagaimana kehidupan orang miskin pada anaknya.

Sambil berburu, merekapun menginap beberapa hari di rumah keluarga petani yg miskin di sebuah dusun di tengah hutan.

Dalam perjalanan pulang sang ayah bertanya pada anaknya, dgn berharap anaknya berpendapat betapa beruntungnya hidup mereka.

"Bagaimana perjalanan kita?"
Jawab sang Anak,
"Oh sangat menarik ayah."

"Kamu melihat bagaimana orang miskin hidup?" Sang ayah bertanya

"Ya ayah", sahut sang anak

"Jadi, apa yg dapat kau pelajari dari perjalanan kita ini?" Tanya sang ayah

Sang anak menjawab,
"Yg saya pelajari kita memiliki satu anjing untuk menjaga rumah kita,
mereka punya banyak anjing untuk berburu.

Kita punya kolam renang kecil di taman, mereka punya sungai yg tiada batas.

Kita punya beberapa lampu untuk menerangi taman kita, mereka punya beribu bintang yg bersinar di malam hari.

Kita memiliki lahan yg kecil untuk hidup, mereka hidup bersama alam yg luas.

Kita punya pembantu untuk melayani kita,
tapi mereka hidup untuk melayani orang lain.

Kita punya pagar yg tinggi untuk melindungi kita,
mereka punya banyak teman yg saling melindungi."

Sang ayah tercengang diam mendengar jawaban anaknya.
Lalu sang anak melanjutkan,
"Terima kasih ayah,
karena ayah telah menunjukkan betapa miskinnya kita."

BUKANKAH INI SUATU SUDUT PANDANG YG MENAKJUBKAN?
BERSYUKURLAH dgn apa yg tlah kita miliki,
jangan pernah risau dgn apa yg tidak kita miliki.

Orang yg penuh rasa syukur, ternyata bukanlah orang yg memiliki se-gala²nya, tapi orang yg dapat memandang kehidupan ini dari sudut pandang yg benar.

”Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”
(1Tesalonika 5:18)