Selasa, 25 September 2012

Sumur Masalah


Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis memilukan selama berjam-jam sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya si petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun - ditutup karena berbahaya), jadi tidak berguna untuk menolong si keledai.

Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur. 

Ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. 

Tetapi kemudian semua orang takjub karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur. Si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara si petani dan tetangga-tetangganya terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengguncangkan badannya dan melangkah naik.

Segera saja semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri.

Mungkin kehidupan ini terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari "sumur" (kesedihan, masalah, dll) adalah dengan mengguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran dan hati kita) dan melangkah naik dari "sumur" dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan. Setiap masalah/ujian bukanlah beban, tapi jadikanlah satu batu pijakan untuk melangkah dan melompat ke level yang lebih tinggi.

Percayalah, kita dapat keluar dari "sumur" yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah.

Mulai Dari Yang Kecil


Ketika fajar menyingsing, seorang lelaki tua berjalan-jalan di pinggir pantai sambil menikmati angin laut yang segar menerpa bibir pantai. Di kejauhan dilihatnya seorang anak sedang memungut bintang laut dan melemparkannya kembali ke dalam air.
Setelah mendekati anak itu, lelaki tua itu bertanya heran, “Mengapa engkau mengumpulkan dan melemparkan kembali bintang laut itu ke dalam air?” “Karena bila dibiarkan hingga matahari pagi datang menyengat, bintang laut yang terdampar itu akan segera mati kekeringan, “Jawab si kecil itu.
“Tapi pantai ini luas dan bermil-mil panjangnya,” Kata lelaki tua itu sambil menunjukkan jarinya yang mulai keriput ke arah pantai pasir yang luas itu. “Lagi pula ada jutaan bintang laut yang terdampar. Aku ragu apakah usahamu itu sungguh mempunyai arti yang besar,” Lanjutnya penuh ragu.
Anak itu lama memandang bintang laut yang ada di tangannya tanpa berkata sepatahpun. Lalu dengan perlahan ia melemparkannya ke dalam laut agar selamat dan hidup.” kemudian dengan tersenyum pada lelaki tua itu, ia berkata “Aku membuat perubahan untuk satu hal. Satu Tindakan Sebuah kebaikan yang sederhana dapat membuat sebuah perubahan untuk keluargamu, temanmu, bahkan untuk wajah wajah asing yang kadang tidak kita kenal”. Saya yakin usahaku sungguh memiliki arti yang besar sekurang-kurangnya bagi yang satu ini.” Kata si kecil itu.
Pesan Moral : kadang kadang, kita selalu merasa tidak bisa berbuat apa apa seperti layaknya anak kecil itu, namun walaupun itu cuma tindakan kebaikan sederhana, tapi membuat begitu banyak perbedaan untuk Bintang laut itu sendiri
Ketika anda memberikan sedikit senyuman untuk orang lain, baik itu keluarga anda, teman anda ataupun orang asing yang anda temui, anda telah membuat perbedaan besar bagi mereka.
Tindakan kecil yang sederhana dapat membuat perbedaan besar kepada seseorang yang sedang membutuhkan. Menyelamatkan Bintang laut adalah sedikit aksi yang membuktikan kebenaran itu
Kita sering mendambakan untuk melakukan sesuatu yang besar, namun sering kali kita lupa bahwa yang besar itu sering dimulai dengan sesuatu yang kecil. Mulailah berbuat kebajikan pada hal-hal kecil, maka engkau akan diberkati dalam hal-hal besar.

Mencari Sempurna


Seorang lelaki yang sangat tampan dan sempurna merasa bahwa Tuhan pasti menciptakan seorang perempuan yg sangat cantik dan sempurna pula untuk jodohnya. Karena itu ia pergi berkeliling untuk mencari jodohnya. Kemudian sampailah ia disebuah desa. Ia bertemu dengan seorang petani yg memiliki 3 anak perempuan dan semuanya sangat cantik. Lelaki tersebut menemui bapak petani dan mengatakan bahwa ia ingin mengawini salah satu anaknya tapi bingung; mana yang paling sempurna.
Sang Petani menganjurkan untuk mengencani mereka satu persatu dan si Lelaki setuju. Hari pertama ia pergi berduaan dengan anak pertama. Ketika pulang,ia berkata kepada bapak Petani,”Anak pertama bapak memiliki satu cacat kecil, yaitu jempol kaki kirinya lebih kecil dari jempol kanan.”
Hari berikutnya ia pergi dengan anak yang kedua dan ketika pulang dia berkata,”Anak kedua bapak juga punya cacat yang sebenarnya sangat kecil yaitu agak juling.”
Akhirnya pergilah ia dengan anak yang ketiga. Begitu pulang ia dengan gembira mendatangi Petani dan berkata,”inilah yang saya cari-cari. Ia benar-benar sempurna.”
Lalu menikahlah si Lelaki dgn anak ketiga Petani tersebut. Sembilan bulan kemudian si Istri melahirkan. dengan penuh kebahagian, si Lelaki menyaksikan kelahiran anak pertamanya. Ketika si anak lahir, Ia begitu kaget dan kecewa karena anaknya sangatlah jelek. Ia menemui bapak Petani dan bertanya “Kenapa bisa terjadi seperti ini Pak. Anak bapak cantik dan saya Tampan, Kenapa anak saya bisa sejelek itu..?”"
Petani menjawab,” Ia mempunyai satu cacat kecil yang tidak kelihatan . Waktu itu Ia sudah hamil duluan…..”

Kadangkala saat kita mencari kesempurnaan, yang kita dapat kemudian kekecewaan. Tetapi kala kita siap dengan kekurangan, maka segala sesuatunya akan terasa istimewa.

Berpikir Sesuai Status


Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.
Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu, yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu.
Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu, ”Sayaaaang, sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.
Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”
Gadis itu menangis dan menyadari kebodohannya, betapa besar pengorbanan kekasihnya selama ini tapi kekasihnya telah pergi dengan membawa luka dihati.
Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Makna Pekerjaan


Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.
”Om beli bunga Om.”
”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.
”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.
Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.”
Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya,si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya. ”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.”
Bercampur antara jengkel dan kasihan sipemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya. “Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil.
Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana. Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung.
”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?”
Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab,
”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”
Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.
RENUNGAN:
Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangkan.

Senin, 17 September 2012

Pertunjukan Ular

Seorang pemain sirkus memasuki hutan untuk mencari anak ular yang akan dilatih bermain sirkus. Beberapa hari kemudian, ia menemukan beberapa anak ular dan mulai melatihnya. Mula-mula anak ular itu dibelitkan pada kakinya.
Setelah ular itu menjadi besar dilatih untuk melakukan permainan yang lebih berbahaya, di antaranya membelit tubuh pelatihnya. Sesudah berhasil melatih ular itu dengan baik, pemain sirkus itu mulai mengadakan pertunjukkan untuk umum. Hari demi hari jumlah penontonnya semakin banyak. Uang yang diterimanya semakin besar. Suatu hari, permainan segera dimulai. Atraksi demi atraksi silih berganti. Semua penonton tidak putus-putusnya bertepuk tangan menyambut setiap pertunjukkan. Akhirnya, tibalah acara yang mendebarkan, yaitu permainan ular. Pemain sirkus memerintahkan ular itu untuk membelit tubuhnya. Seperti biasa, ular itu melakukan apa yang diperintahkan. Ia mulai melilitkan tubuhnya sedikit demi sedikit pada tubuh tuannya. Makin lama makin keras lilitannya. Pemain sirkus kesakitan. Oleh karena itu ia lalu memerintahkan agar ular itu melepaskan lilitannya, tetapi ia tidak taat. Sebaliknya ia semakin liar dan lilitannya semakin kuat. Para penonton menjadi panik, ketika jeritan yang sangat memilukan terdengar dari pemain sirkus itu, dan akhirnya ia terkulai mati.

Renungan : “Kadang-kadang dosa terlihat tidak membahayakan. Kita merasa tidak terganggu dan dapat mengendalikannya. Bahkan kita merasa bahwa kita sudah terlatih untuk mengatasinya. Tetapi pada kenyataanya, apabila dosa itu telah mulai melilit hidup kita, sukar dapat melepaskan diri lagi daripadanya.”

Selasa, 11 September 2012

3 Hal Penyebab Katolik Berpaling


Tiga hal yang membuat umat Katolik meninggalkan Gereja.
Pertama, khotbah. Seringkali khotbah para imam tidak menarik. Namun dikatakan oleh Romo Deshi bahwa sebenarnya khotbah bukan menjadi unsur penting dalam sebuah perayaan ekaristi. Tidak heran, misalnya, kuliah “homiliteka” yang mengajarkan para calon imam berkhotbah tidak banyak diberikan dibandingkan dengan mata kuliah yang lain. Khotbah yang tidak menarik membuat umat lari dari Gereja Katolik.
Kedua, Liturgi. Liturgi dalam Gereja Katolik acapkali dipandang tidak menarik. Masih terjadi diskusi dan perdebatan tentang lagu apa saja yang boleh dipakai dalam perayaan liturgi. Bahkan terjemahan dalam doa Bapa Kami juga masih menjadi perdebatan mengenai mana yang benar “Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Surga” ataukah “Jadilah kehendak-Mu di atas bumi dan di dalam Surga.” Artinya, seringkali terjadi perdebatan dan polemik yang “kurang penting.” Oleh karena itu, beberapa orang Katolik mulai bosan dan mencari liturgi yang lebih dinamis dan menarik.
Ketiga, Komunitas. Yang sering terjadi adalah: umat yang datang tidak disapa, umat yang tidak datang tidak dicari. Pernahkah kita mengenal umat yang duduk di sebelah kita, kendati tiap minggu kita ketemu? Pernahkah kita saling bertukar nomor HP dengan mereka yang duduk di sebelah kita? Aroma “tidak hangat” di antara umat Katolik inilah yang acapkali membuat orang tidak krasan lagi menjadi bagian Gereja Katolik. Mereka mencari komunitas lain yang lebih “hangat.”

PKKI X


SENIN sore, 10 September 2012, mulai pukul 17.00, dibukalah Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia yang sering disingkat sebagai PKKI. Pertemuan yang diselenggarakan empat tahunan ini merupakan PKKI yang ke-10. Bertempat di Wisma Shalom, Cisarua, Lembang, Keuskupan Bandung, PKKI-X akan dilangsungkan sampai hari Minggu, 16 September 2012.
Hadir dalam PKKI-X ini perwakilan dari Komisi Kateketik (=Komkat) Keuskupan-keuskupan se-Indonesia. Juga hadir perwakilan lembaga-lembaga pendidikan kateketik, baik yang berada di bawah Kementrian Agama maupun Kementrian Pendidikan Nasional. Hadir pula perwakilan dari lembaga-lembaga pendidikan teologi. PKKI-X ini juga dihadiri wakil dari Direktorat Jendral Bimas Katolik Kementrian Agama RI.
Tema yang diangkat dalam PKKI-X ini adalah “Katekese di Era Digital: Peran Imam dan Katekis dalam Karya Pewartaan Gereja Katolik”.

Pembukaan: Misa dan Upacara Pembukaan
Pembukaan PKKI-X dilangsungkan dengan meriah. Koor dan Paduan Suara untuk Misa Pembukaan dari SMA St. Maria I Bandung. Sedangkan tari-tarian dan visualisasi tema dari SMP Slamet Riyadi Kebon Kangkung  Bandung dibawah bimbingan Pa Steph dan Ibu Yunita.
Misa dipimpin oleh Ketua Komkat KWI Mgr. John Liku Ada didampingi oleh RP. FX. Adi Susanto SJ (Sekretaris Eksekutif Komkat KWI), RD. Antonius Sulistijana (Ekonom Keuskupan Bandung), para Penghubung/Ketua Komkat 6 Regio se-Nusantara (Sumatra, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Manado-Amboina-Makasar, Papua), dan para penghubung lembaga kateketik.
Setelah Misa Pembukaan, acara dilanjutkan dengan Upacara Pembukaan dan berbagai sambutan.

Homili Ketua Komkat Kwi
Ketua Komkat KWI, Mgr. John Liku Ada, mengawali homili dengan mengingatkan peserta yang hadir dalam PKKI-X akan tema yang diangkat dalam Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2010. SAGKI 2010 membicarakan tema Gereja yang diutus untuk mewartakan Kabar Gembira Yesus Kristus dalam konteks Indonesia. Mengisahkan kabar gembira Yesus Kristus salah satunya ditempuh dengan ber-katekese. Maka, Mgr. John mengingatkan bahwa katekese merupakan karya yang penting dan perlu dilaksanakan oleh Gereja.
Mgr. John menunjukkan bahwa karya katekese merupakan tugas utama dan pertama dari para Uskup dan Imam. Beliau mengatakan bahwa hal tersebut merupakan amanat dari Konsili Vatikan II sendiri. Mgr. John merujuk pada Dekrit Christus Dominus (CD) tentang Tugas Pastoral Para Uskup dalam Gereja dan Dekrit Presbyterorum Ordinis (PO) tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam.
PO art. 4 mengatakan: “…para imam sebagai rekan-rekan kerja para Uskup, pertama-tama wajib mewartakan  Injil Allah kepada semua orang…”.
Mgr. John menunjukkan bahwa dalam PO art. 4-6 dan ditegaskan lagi dalam PO art. 13 urutan tugas pelayanan para imam pertama-tama adalah mewartakan, baru kemudian menguduskan dan menggembalakan.
Dengan berkelakar, Mgr. John mengisahkan apa yang ditemukan dalam pertemuan pleno Komkat KWI bersama para penghubung/Ketua Komkat Regio se-Nusantara yaitu bahwa yang semestinya harus bertobat terlebih dahulu adalah para uskup dan imam. Mgr. John menunjukkan bahwa dalam praktik pelayanan, seringkali para imam terjebak dalam pola pelayanan model Konsili Trente yang menekankan pelayanan kultis dan sakramental. Hal itu ditekankan oleh Konsili Trente sebagai bagian dari gerakan kontra-reformasi.
Namun sekarang, demikian diingatkan Mgr. John, zaman sudah berubah. Kita sekarang hidup dalam pola pelayanan model Konsili Vatikan II yang menegaskan bahwa : “…para imam sebagai rekan-rekan kerja para Uskup, pertama-tama wajib mewartakan  Injil Allah kepada semua orang…
Karena itulah, tegas Mgr. John, sub-tema PKKI-X menyinggung peran Imam dalam karya katekese.
Mgr. John kemudian mengajak peserta melihat situasi zaman sekarang yang memberi tantangan tersendiri bagi Gereja dalam melaksanakan tugas mewarta. Era digital membawa situasi yang berbeda yang harus ditanggapi sehingga Gereja tetap bisa berkatekese dengan baik. Itulah yang perlu dicari dan diolah dalam PKKI-X ini, tegas Mgr. John.

Evaluasi PKKI-IX
Setelah sesi foto bersama dan makan malam, dinamika PKKI-X dilanjutkan dengan perkenalan dan kemudian evaluasi pelaksanaan PKKI-IX. Sesi evaluasi dipandu oleh Bapak Didiek PKKI-IX yang  diadakan di Tomohon, Manado, pada tanggal 17-23 Juni 2008 mengangkat tema “Katekese dalam Masyarakat yang Tertekan dengan pengolahan pada bidang Hukum, Politik dan Kemanusiaan.”
Banyak hal yang dievaluasikan terhadap penerapan hasil PKKI-IX. Hal utama yang dievaluasi adalah lemahnya sosialisasi hasil PKKI-IX. Bahkan ada peserta yang mengatakan bahwa imamnya saja tidak tahu PKKI 1-9 itu berbicara apa.
Hal lain yang dimunculkan berkait dengan rencana tema PKKI-X adalah perlunya katekese model pengajaran iman, tidak melulu katekese model berbagi pengalaman iman, untuk menanggapi keprihatinan akan merosotnya pemahaman iman umat Katolik.
Spiritual di Dunia Maya dan Sesawi.Net
Sesi pemanfaatan dunia komputer dalam katekese diisi oleh budayawan Idi Subandy dan M Haryadi. Bapak Idi memaparkan adanya "agama baru" dalam dunia maya. "Cyber Religion" ini terbentuk sebagai ekspresi spiritualitas di era internet ini. Dunia maya menjadikan ruang virtual sebagai ruang profan yang menjadi "ruang suci". Disini dunia menjadi tempat sensibilitas dan ekspresi religiusitas telah berkembang dan akan selalu berubah dan berkembang.
Sesawi.Net juga merupakan usaha "coba-coba" dari beberapa orang "gila" yang rindu berkumpul sesama ignatian (sesawi). Mereka berkatekese dengan media internet dengan tag line "sahabat dalam berbagi iman". Dalam perjuangannya, ketekunan dan konsisten, mereka tetap eksis lebih dari 15 bulan dengan beberapa guide line seperti mencintai gereja, kritis, tidak berpolitik, informatif. Mereka telah menjadi peringkat pertama media online katolik dengan jumlah pembaca terbanyak.

Pengantar proses PKKI X
Romo FX. Adi Susanto, SJ memulai pertemuan hari ke-2 dengan mengantar para peserta untuk mencermati keseluruhan proses PKKI-X ini yang bertemakan “Katekese di Era Digital: Peran Imam dan Katekis dalam Karya Pewartaan Gereja Katolik”.
Menurut Romo  Adi, digitalisasi merupakan kenyataan hidup manusia modern saat ini. Kita tidak bisa menghindar dari situasi zaman ini. Termasuk juga dalam hal pewartaan iman/katekese. Maka beliau mengatakan bahwa tujuan dari diangkatnya tema tersebut adalah agar para pelaku katekese, baik imam maupun katekis, menyadari berkembangnya sarana komunikasi digital dan pengaruhnya dalam budaya kehidupan masyarakat sehari-hari.
Para pelaku katekese harus memikirkan serta merencanakan katekese yang tepat guna menjawab kebutuhan Gereja Indonesia di era digital sekarang ini.
Diskusi kelompok regional
Sesi diskusi kelompok regional tentang Penggunaan Teknologi Digital untuk Pembinaan Iman di masing-masing keuskupan dihantar dan diarahkan oleh Romo M. Purwatma Pr. Hasil diskusi dalam kelompok regio ini kemudian diplenokan. Dari hasil pleno, Romo. Purwatma Pr selalu tim ahli lalu memberi simpul-simpul atas catatan diskusi:
1. Pengaruh teknologi digital dalam hidup sehari-hari
·         Orang zaman sekarang tidak lepas dari teknologi digital;
·         Disadari bahwa teknologi digital merupakan sarana yang memberi berbagai kemudahan, terutama dalam dunia komunikasi, memperlancar pekerjaan, memperpendek jarak, dll
·         Disadari pula bahwa teknologi digital sungguh mengubah perilaku
2. Penggunaan teknologi digital untuk kepentingan pewartaan, khususnya katekese, di keuskupan
·         Penggunaan media digital untuk pewartaan baru mulai digunakan di keuskupan-keuskupan Indonesia;
·         Ada berbagai cara yang ditempuh setiap keuskupan untuk memanfaatkan media digital bagi karya pewartaan: renungan yang dibagikan kepada umat, radio streaming, HP Keuskupan, dll.
3. Beberapa catatan terkait penggunaan kekuatan digital dalam karya pewartaan:
·         Perlunya pusat data untuk katekese yang mudah diakses untuk umat;
·         Perlunya pembinaan umat sadar media digital. Umat harus dididik untuk memilih dan memilah dalam menggunakan kekuatan teknologi digital secara tepat guna
·         Karakter khas orang di zaman digital adalah multitask (bisa melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan) namun ingatannya pendek. Maka, orang-orang zaman sekarang memerlukan pertolongan untuk tetap sampai pada kemendalaman.
·         Di tengah era digital, disadari ada banyaknya informasi yang terbuka. Maka orang perlu dibantu agar bisa membedakan mana informasi yang benar dan  mana yang tidak, termasuk juga dalam hal iman.

PEWARTAAN dengan sarana audio-visual, seperti kata Romo Iswarahadi, dapat dilakukan, misalnya:
·         Pertemuan reguler seminggu sekali dalam kesempatan katekese di wilayah/paroki atau kelompok tertentu;
·         Pertemuan periodik dalam kesempatan rekoleksi (orang muda, muda-mudi, kaum religius);
·         Retret audio visual; Penayangan film di bioskop dan siaran program religius lewat televisi, radio dan penayangan renungan-renungan rohani. Bentuk ini dapat ditindaklanjuti dengan perjumpaan darat antara para pemirsa atau pendengar;
·         Pendalaman iman melalui khotbah audio visual di Gereja; \
·         Pewartaan iman melalui media baru (website, youtube, facebook, twitter, email, dll).
Menurut Rm. Iswarahadi, kekuatan audio-visual tersebut akan semakin kentara apabila didukung oleh tempat yang sesuai, sarana teknis yang mencukupi, metode pendalaman program audio-visual yang partisipatif dan fasilitator yang komunikatif.
Di tengah antusiasme dan euforia penggunaan sarana internet dan teknologi digital, Romo C. Putranto SJ  tetap mengingatkan bahwa Gereja pun tak putus-putusnya tetap mengkritisi sisi negatif penggunaan media komunikasi modern. Bukan sarana maupun teknologinya yang salah, melainkan pemanfaatannya, dan ini berakar pada masyarakat yang sakit itu sendiri.
Penyalahgunaan itu berujung pada: dimerosotkannya martabat manusia dan nilai-nilai kehidupan, kekaburan mengenai mana yang benar dan salah, penguasaan komunikasi yang mengarah pada satu tangan atau kelompok kecil, memerosotkan kemampuan kontak manusiawi yang langsung dan elementer, komunikasi menjadi alat penekan, dan promosi ke arah konsumerisme.
Diskusi kelompok dan pleno
Setelah sesi paparan para panelis, Romo M. Purwatma Pr mengantar para peserta PKKI-X untuk masuk dalam kelompok-kelompok diskusi untuk mendiskusikan 3 pertanyaan berikut:
·         Terhadap perkembangan masyarakat yang diwarnai oleh budaya digital tersebut, tanggapan/sikap apa yang dapat dibuat oleh Gereja dalam konteks perutusannya?
·         Apa wujud konkret dari tanggapan tersebut?
·         Bidang-bidang/sasaran-sasaran mana yang harus diprioritaskan?

Audio-visual untuk pewartaan
PKKI hari ke-3 dimulai dengan paparan para panelis tentang penggunaan sarana audio-visual untuk katekese oleh Romo YI. Iswarahadi SJ. Lalu, Romo C. Putranta SJ  melanjutkannya dengan memaparkan ajaran Paus Yohanes Paulus II serta Paus Benediktus XVI tentang pemakaian sarana komunikasi sosial untuk tugas perutusan Gereja.
Romo  C. Putranto mengawali paparannya dengan merujuk pada pengalaman Paulus yang bermimpi ada orang Macedonia melambai-lambai minta tolong. Mimpi itu menggerakkan Paulus yang semula mewarta di daerah Palestina dan Asia kecil saja untuk berani menyeberang mewarta di daerah Yunani dan Eropa. Romo Putranto menyebut langkah kecil ini ternyata merupakan langkah besar dalam perkembangan Kekristenan selanjutnya.
Merujuk pengalaman Paulus, Romo C. Putranto menyebut era digital, terkhusus dunia internet, sebagai benua baru. Ia meyakinkan bahwa kita harus berani menyeberang menuju benua baru tersebut. Keyakinan dan keberanian itu, menurut Romo Putranto, didorong oleh ajaran Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI. Dalam keyakinan Rm. Putranto, kedua Paus yang sudah mengalami zaman internet itu seakan mendorong: jangan takut, masukilah benua baru itu.
40 tahun setelah KV II, Gereja mengajak umat beriman untuk tidak takut memanfaatkan internet: Tinggal di belakang akibat ketakutan akan teknologi atau oleh suatu sebab lain merupakan sikap yang tidak dapat diterima, mengingat begitu banyaknya kemungkinan positif yang terkandung dalam internet (2002, Pernyataan Pontifical Commision for Social Communications).
Memasuki benua baru internet, bukan berarti sekedar menggunakan instrumen-instrumen digital, namun juga merasuki budaya baru di benua baru tersebut.
Romo Putranto menyebut adanya dua cara pandang Gereja yang saling melengkapi terhadap alat-alat komunikasi modern.
·         Cara pandang pertama adalah cara pandang instrumentalisasi, yaitu cara pandang yang melihat media komunikasi modern sebagai sarana penting untuk melaksanakan tugas misioner Gereja, yaitu mewartakan Injil.
·         Cara pandangan kedua adalah cara pandang perjumpaan, yaitu cara pandang yang melihat media komunikasi modern sebagai aeropagus baru zaman ini, di mana berlangsung secara nyata evangelisasi budaya-budaya baru. Media komunikasi modern menghasilkan budaya baru, dan ke situlah Injil harus dipertemukan.
Kedua cara pandang yang saling melengkapi tersebut mengajak Umat Beriman untuk ikut aktif bukan hanya menggunakan media komunikasi digital dan internet, namun sekaligus juga berdialog dengannya yaitu dengan aktif mengisinya.
Untuk itu, sebagaimana dituturkan oleh Romo Iswarahadi, kita harus menggali, mengenali dan memahami bahasa-bahasa baru dan cara berkomunikasi baru di benua baru era digital sekarang ini. Menurut Rm. Iswarahadi, permasalahan pokok pewartaan di zaman ini bukanlah alat komunikasi apa yang harus kita pakai  melainkan cara komunikasi macam apakah yang perlu kita pakai agar pewartaan iman mengena bagi umat yang hidup di zaman digital itu.

SETELAH memplenokan hasil diskusi, peserta PKKI-X diajak untuk belajar bahwa film ternyata bisa menjadi media refleksi. Film yang ditampilkan sebagai pembelajaran adalah film Artificial Intelligence.
Sebelum belajar dari film tersebut, Ibu Yap Fu Lan, Dosen Katekese dari Universitas Atmajaya Jakarta, terlebih dahulu memberi pengantar. Baginya, dunia digital menawarkan banyak kemudahan. Namun, orang zaman sekarang justru menjadi takut pada keheningan. Sehingga manusia zaman sekarang tidak tertarik mengambil nilai/pesan, hanya melihat teknologi digital sebagai sarana hiburan. Film sebenarnya juga bisa menjadi media refleksi.
Menurut Ibu Yap Fu Lan, Film Artificial Intelligence merupakan sarana bagi para peserta PKKI-X untuk berhenti sejenak dari proses diskusi, masuk ke dalam keheningan dan menarik maknanya bagi karya katekesenya: media komunikasi sosial digital jangan sampai menghilangkan nilai-nilai manusiawi kita.
Ibu Yap Fu Lan mengisahkan bahwa film Artificial Intelligence ini merupakan film science fiction yang diluncurkan tahun 2001. Film ini  mengangkat kisah dari sebuah novel dan menghubungkannya dengan cerita Pinokio. Film ini menampilkan obsesi David, seorang bocah robotik yang sangat ingin menjadi anak laki-laki sungguhan. Film ini juga menyajikan kontras: robot yang ingin menjadi sangat manusiawi dan manusia yang justru tenggelam oleh ambisi, kedengkian dan perilaku barbar.
Dari film ini, Ibu Yap Fu Lan mengajak para peserta PKKI-X menyadari bahwa kita hidup di era digital sekarang ini cenderung menjadi bagaikan robot.
pribadi orang beriman. Ia mengingatkan bahwa berkatekese bukan sekedar transfer pengetahuan, melainkan untuk mencerdaskan umat beriman dan membentuk perilaku hidup Kristiani mereka.
Dengan kesadaran bahwa kita manusia bukan hanya daging dan mesin, kita harus menghidupkan dimensi spiritual kita. Caranya adalah dengan terlibat sebagai pribadi dan masuk ke dalam keheningan.
Dari film ini, Ibu Yap Fu Lan mengajak para peserta PKKI-X belajar bahwa keinginan menggunakan teknologi tercanggih utnuk pewartaan dan pendidikan iman, khususnya dalam berkatekese, jangan sampai membuat kita lupa akan tujuan katekese untuk mendewasakan iman dan mendewasakan pada pertemuan pleno. Pada  malam hari menjadi kesempatan diskusi pleno.
Selama hari ke-4 PKKI-X ini, peserta diajak menukikkan pembicaraan pada tema yang diangkat PKKI-X, yaitu “Katekese di Era Digital: Peran Imam dan Katekis dalam Karya Katekese Gereja Katolik Indonesia di Era Digital”.
Maka ada 3 hal pokok yang dibicarakan, yaitu:
·         Apa profil katekese Gereja Katolik Indonesia di era digital?;
·         Apa peran katekis dalam katekese di era digital?;
·         Apa peran imam dalam katekese di era digital?
Banyak gagasan yang muncul. Namun kiranya ada alur kesadaran baru bahwa era digital merupakan situasi zaman baru yang membawa perubahan karakteristik-karakteristik budaya, masyarakat dan manusia dibandingkan zaman sebelumnya. Situasi zaman baru era digital itu disadari menantang karya katekese untuk melakukan sesuatu dan tidak berdiam diri: memasukinya dengan tetap besikap kritis-profetis tanpa melupakan hakekat dan tujuan katekese. 
Para peserta PKKI-X masih tetap mengakui pentingnya dan masih relevannya katekese konvensional sebagaimana selama ini berjalan (katekese sakramen-sakramen, katekese umat, pendidikan agama katolik di sekolah, dll). Namun juga para peserta PKKI menyadari bahwa katekese di era digital merupakan pendidikan iman yang menanggapi perubahan zaman.
Para peserta PKKI-X menyadari bahwa katekese di era digital bukan hanya tentang penggunaan sarana di era digital namun mengangkat dan berdialog dengan budaya baru yang muncul di era digital. Katekese di era digital harus juga menggunakan ‘bahasa-bahasa baru’, ‘cara-cara berkomunikasi baru, dan ‘ungkapan-ungkapan baru’ manusia di era digital.
Dalam pembahasan tentang profil katekese di era digital ini, muncul gagasan tentang ‘katekese on-line’. Hal itu bisa dilakukan misal dengan penggunaan media jejaring sosial dan youtube atau skype untuk melakukan katekese on-line.
Pembahasan lebih ‘gayeng’ lagi ketika membahas locus katekese di era digital, komunitas riil dan komunitas virtual. Komunitas virtual seringkali diistilahkan sebagai komunitas maya. Namun saya lebih suka mengistilahkannya sebagai komunitas virtual sebab orang-orang yang terlibat ya sungguh riil, hanya medianya saja yang berbeda dengan media konvensional di komunitas riil konvensional.
Apakah komunitas virtual bisa digolongkan sebagai komunitas gerejawi? Bisakah komunitas virtual ini menjadi locus katekese? Rupanya disadari bahwa memasuki era digital perlu ada dekonstruksi makna konvensional soal komunitas
Dalam katekese di era digital, selain tetap mempertahankan peran konvensionalnya dalam karya katekese, katekis dan imam harus berani maduk juga ke dunia digital dan mewarnainya. Katekis dan imam perlu menguasai media, bahasa dan cara berkomunikasi di era digital; tidak hanya menjadi pengguna internet namun juga memberi kontribusi di media internet. Ia bisa juga menjadi moderator komunitas virtual. Katekis dan imam diharapkan bisa memobilisasi massa di komunitas virtual untuk sampai pada perjumpaan yang nyata dan konkrit.

Yohanes Krisostomus/September’12

Kasih Ibunda

Suatu pagi di sebuah perkampungan miskin. Tampak seorang ibu dengan penuh semangat sedang membikin adonan untuk membuat tempe, pekerjaan membuat dan menjual tempe telah digeluti selama bertahun-tahun sepeninggal suaminya.Saat membuat adonan, sesekali pikirannya menerawang pada sepucuk surat yang baru diterima dari putranya yang sedang menuntut ilmu di rantau orang. Dalam surat itu tertulis, “Bunda tercinta, dengan berat hati, ananda mohon maaf harus mohon dikirim uang kuliah agar dapat mengikuti ujian akhir. Ananda mengerti bahwa bunda telah berkorban begitu banyak untuk saya. Ananda berharap secepatnya menyelesaikan tugas belajar agar bisa menggantikan bunda memikul tanggung jawab keluarga dan membahagiakan bunda. Teriring salam sayang dari anakmu yang jauh.”Dua hari lagi adalah hari pasaran, biasanya tempe hasil buatan si ibu dibawa ke pasar untuk dijual. Kali ini, tempe yang dibuat dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya, dengan harapan mendapatkan lebih banyak uang sehingga bisa mengirimkan ke anaknya.Sehari menjelang hari pasar, hati dan pikiran si ibu panik karena tempe buatannya tidak jadi, entah karena konsentrasi yang tidak penuh atau porsi tempe yang dibuat melebihi biasanya. Kemudian si ibu pun sibuk berdoa dgn khusuk di sela-sela waktu yang tersisa menjelang keberangkatannya ke pasar, memohon kepada Tuhan diberi kemujizatan agar tempenya siap dijual dalam keadaan jadi. Tetapi sampai tibanya diadi pasar, tempenya tetap belum jadi.Sepanjang hari itu dagangannya tidak laku terjual. Si ibu tertunduk sedih, matanya berkaca-kaca membayangkan nasib anaknya yang bakal tidak bisa mengikuti ujian.Saat hari pasar hampir usai para pedagang lain pun mulai meninggalkan pasar, tiba-tiba datang seorang ibu berjalan dengan tergesa-gesa, “Bu, saya nyari tempe yang belum jadi, dari tadi nggak ada, ibu tahu saya harus cari ke mana?”“Untuk apa tempe belum jadi kok dicari?” tanya si penjual heran.“Saya mau membeli untuk dikirim ke anak saya di luar kota, dia sedang ngidam tempe khas kota ini,” kata ibu calon pembeli.Ibu penjual tempe ternganga mendengar kata-kata yang baru didengarnya, seakan tak percaya pada nasib baiknya, seolah tangan Tuhan memberi kemurahan kepadanya. Akhirnya tempe dagangannya diborong habis tanpa sisa. Dia begitu senang, bersyukur dan menambah keyakinan bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan diri umatnya selama manusia itu sendiri tidak putus asa dan tetap berjuang.

Kekuatan berusaha dan berdoa
Pepatah kuno menyatakan, ora et labo`ra, berusaha dan berdoa. Memang, doa dan usaha harus seiring dan sejalan dalam perjalanan hidup setiap manusia.

Kamis, 06 September 2012

Rahasia Kebahagiaan


Seorang pemilik toko menyuruh anaknya pergi mencari rahasia kebahagiaan dari orang paling bijaksana di dunia. Anak itu melintasi padang pasir selama empat puluh hari, dan akhirnya tiba di sebuah kastil yang indah, jauh tinggi di puncak gunung. Di sanalah orang bijak itu tinggal.
“Namun ketika dia memasuki aula kastil itu, si anak muda bukannya menemukan orang bijak tersebut, melainkan melihat kesibukan besar di dalamnya: para pedangang berlalu-lalang, orang-orang bercakap-cakap di sudut-sudut, ada orkestra kecil sedang memainkan musik lembut dan ada meja yang penuh dengan piring-piring berisi makanan-makanan paling enak di belahan dunia tersebut. Si orang bijak berbicara dengan setiap orang dan anak muda itu harus menunggu selama dua jam. Setelah itu, barulah tiba gilirannya.
“Si orang bijak mendengarkan dengan seksama saat anak muda itu menjelaskan maksud kedatangnnya, namun dia mengatakan sedang tidak punya waktu untuk menjelaskan rahasia kebahagiaan. dia menyarankan anak muda itu melihat-lihat sekeliling istana, dan kembali kesini dua jam lagi.
“Sementara itu, aku punya tugas untukmu,’kata si orang bijak.
Diberikannya pada si anak muda sendok teh berisi dua tetes minyak. ‘Sambil kau berjalan-jalan bawa sendok ini, tapi jangan sampai minyaknya tumpah.’
“Anak muda itu pun mulai berkeliling-keliling naik turun sekian banyak tangga istana, sambil matanya tertuju pada sendok yang dibawanya. Setelah dua jam, dia kembali ke ruangan tempat orang bijak itu berada.
“Nah,’kata si orang bijak,’apakah kau melihat tapestri-tapestri Persia yang tergantung di ruang makanku? Bagaimana dengan taman hasil karya ahli taman yang menghabiskan sepuluh tahun untuk menciptakannya? Apa kau juga melihat perkamen-perkamen indah di perpustakaanku?’
“Anak muda itu merasa malu. Dia mengakui bahwa dia tidak sempat melihat apa-apa. Dia terlalu terfokus pada usaha menjaga minyak di sendok itu supaya tidak tumpah.
“Kalau begitu, pergilah lagi berjalan-jalan, dan nikmatilah keindahan- keindahan istanaku,’kata si orang bijak. ‘Tak mungkin kau bisa mempercayai seseorang, kalau kau tidak mengenal rumahnya.’
“Merasa lega, anak muda itu mengambil sendoknya dan kembali menjelajahi istana tersebut, kali ini dia mengamati semua karya seni di langit-langit dan tembok-tembok. Dia menikmati taman-taman, gunung- gunung di sekelilingnya, keindahan bunga-bunga, serta cita rasa yang terpancar dari segala sesuatu di sana. Ketika kembali menghadap orang bijak itu, diceritaknnya dengan mendetail segala pemandangan yang telah dilihatnya.
‘Tapi di mana tetes-tetes minyak yang kupercayakan padamu itu?’ tanya si orang bijak.
“Si anak muda memandang sendok di tangannya, dan menyadari dua tetes minyak itu sudah tidak ada.
“Nah, hanya ada satu nasihat yang bisa kuberikan untukmu,’kata orang paling bijak itu. ‘Rahasia kebahagiaan adalah dengan menikmati segala hal menakjubkan di dunia ini, tanpa pernah melupakan tetes-tetes minyak di sendokmu.

Reflektif


Pertama: Ada dua orang, bapak dan anaknya melihat sebuah mobil impor yang sangat mewah. Dengan nada yang tidak pantas si anak berkata kepada ayahnya, "Orang yang duduk dalam mobil jenis ini, pastilah orang yang kurang pendidikan." 
Ayahnya lalu mejawab secara sepintas lalu, "Orang yang mengucapkan kata-kata semacam ini, dalam sakunya pasti tak punya uang!"
Bagaimana pandangan Anda mengenai masalah ini, apakah juga mencerminkan sikap sebenarnya dalam hati Anda?
Kedua: Setelah makan malam, seorang ibu dan putrinya bersama-sama mencuci mangkuk dan piring, sedangkan ayah dan putranya menonton TV di ruang tamu. Mendadak, dari arah dapur terdengar suara piring yang pecah, kemudian sunyi senyap. Si putra memandang ke arah ayahnya dan berkata, "Pasti ibu yang memecahkan piring itu."
"Bagaimana kamu tahu?" kata si Ayah.
"Karena tak terdengar suara dia memarahi orang lain."
Kita semua sudah terbiasa menggunakan standar yang berbeda melihat orang lain dan memandang diri sendiri, sehingga acapkali kita menuntut orang lain dengan serius, tetapi memperlakukan diri sendiri dengan penuh toleran.
Ketiga: Ada dua grup pariwisata yang pergi bertamasya ke pulau Yi Do di Jepang. Kondisi jalannya sangat buruk, sepanjang jalan terdapat banyak lubang. Salah satu pemandu berulang-ulang mengatakan keadaan jalannya persis seperti orang yang jerawatan.
Sedangkan pemandu yang satunya lagi berbicara kepada para turisnya dengan nada puitis, "Yang kita lalui sekarang ini adalah jalan protokol ternama di Yi Do yang bernama jalan berdekik yang mempesona."
Walaupun keadaannya sama, namun pikiran yang berbeda akan menimbulkan sikap yang berbeda pula. Pikiran adalah suatu hal yang sangat menakjubkan, bagaimana berpikir, keputusan berada di tangan Anda.
Keempat: Murid kelas 3 SD yang sama, mereka memiliki cita-cita yang sama pula yaitu menjadi badut. Guru dari Tiongkok pasti mencela, "Tidak mempunyai cita-cita yang luhur, anak yang tidak bisa dididik!"
Sedangkan guru dari Barat akan bilang, "Semoga Anda membawakan kecerian bagi seluruh dunia!"
Kita sebagai angkatan tua, bukan hanya lebih banyak menuntut daripada memberi semangat, malahan sering membatasi definisi keberhasilan dengan arti yang sempit.
Kelima: Istri sedang memasak di dapur. Suami yang berada di sampingnya mengoceh tak berkesudahan, "Pelan sedikit, hati-hati! Apinya terlalu besar. Ikannya cepat dibalik, minyaknya terlalu banyak!"
Istrinya secara spontan menjawab, "Saya mengerti bagaimana cara memasak ikan.
Suaminya dengan tenang menjawab, "Saya hanya ingin dirimu mengerti bagaimana perasaan saya ... saat saya sedang mengemudikan mobil, engkau yang berada disamping mengoceh tak ada hentinya."
Belajar memberi kelonggaran kepada orang lain itu tidak sulit, asalkan Anda mau dengan serius berdiri di sudut dan pandangan orang lain melihat suatu masalah.
Keenam: Sebuah bus yang penuh dengan muatan penumpang sedang melaju dengan cepat menelusuri jalanan yang menurun, ada seseorang yang mengejar bus ini dari belakang.
Seorang penumpang mendongakkan kepala keluar jendala bus dan berkata dengan orang yang mengejar bus, "Hai kawan! Sudahlah Anda tak mungkin bisa mengejar!"
"Saya harus mengejar bus ini..." Dengan nafas tersenggal-senggal dia menjawab, "Saya adalah pengemudi dari bus ini!"
Ada sebagian orang harus berusaha keras dengan sangat serius, jika tidak demikian, maka akibatnya akan sangat tragis! Namun juga dikarenakan harus menghadapi dengan sekuat tenaga, maka kemampuan yang masih terpendam dan sifat-sifat khusus yang tidak diketahui oleh orang lain selama ini akan sepenuhnya muncul keluar.
Ketujuh: Si A : "Tetangga yang baru pindah itu sungguh jahat, kemarin tengah malam dia datang ke rumah saya dan terus menerus menekan bel di rumah saya."
Si B : "Memang sungguh jahat! Adakah Anda segera melapor polisi?"
Si A : "Tidak. Saya menganggap mereka orang gila, yang terus menerus meniup terompet kecil saya."
Semua kejadian pasti ada sebabnya, jika sebelumnya kita bisa melihat kekurangan kita sendiri, maka jawabannya pasti berbeda.
Kedelapan: Zhang San sedang mengemudikan mobil berjalan di jalan pegunungan, ketika dengan santai menikmati pemandangan yang indah, mendadak dari arah depan datang sebuah truk barang.
Si sopir truk membuka jendela dan berteriak dengan keras, "Babi! Babi!"
Mendengar suara ini Zhang San menjadi emosi, dia juga membuka jendela memaki, "Kamu sendiri yang babi!"
Baru saja selesai memaki, dia telah bertabrakan dengan gerombolan babi yang sedang menyeberangi jalan.
Jangan salah menafsirkan maksud kebaikan dari orang lain, hal tersebut akan menyebabkan kerugian Anda, juga membuat orang lain terhina.
Kesembilan: Seorang bocah kecil bertanya kepada ayahnya, "Apakah menjadi seorang ayah akan selalu mengetahui lebih banyak dari pada anaknya?"
Ayahnya menjawab, "Sudah tentu!"
"Siapa yang menemukan listrik?"
"Edison."
"Kalau begitu mengapa bukan ayah Edison yang menemukan listrik?"
Pakar acapkali adalah kerangka kosong yang tidak teruji, lebih-lebih pada zaman pluralis terbuka sekarang ini.
Kesepuluh: Ketika mandi Toto kurang hati-hati telah menelan sebongkah kecil sabun, ibunya dengan gugup menelpon dokter rumah tangga minta pertolongan.
Dokter berkata, "Sekarang ini saya masih ada beberapa pasien, mungkin setengah jam kemudian saya baru bisa datang ke sana."
Ibu Toto bertanya, "Sebelum Anda datang, apa yang harus saya lakukan?"
Dokter itu menjawab, "Berikan Toto secangkir air putih untuk diminum, kemudian melompat-lompat sekuat tenaga, maka Anda bisa menyuruh Toto meniupkan gelembung busa dari mulut untuk menghabiskan waktu."
Jika peristiwa sudah terjadi, mengapa tidak dihadapi dengan tenang dan yakin. Dari pada khawatir lebih baik berlega, dari pada gelisah lebih baik tenang.
Kesebelas: Sebuah gembok yang sangat kokoh tergantung di atas pintu, sebatang tongkat besi walaupun telah menghabiskan tenaga besar, masih juga tidak bisa membukanya.
Kuncinya datang, badan kunci yang kurus itu memasuki lubang kunci, hanya diputar dengan ringan, 'plak' gembok besar itu sudah terbuka.
Hati dari setiap insan, persis seperti pintu besar yang telah terkunci, walaupun Anda menggunakan batang besi yang besar pun tak akan bisa membukanya. Hanya dengan mencurahkan perhatian, Anda baru bisa merubah diri menjadi sebuah anak kunci yang halus, masuk ke dalam sanubari orang lain.